KABARINDO, Uni Eropa - Badan Pengawas Obat-obatan Uni Eropa, Kamis (25/11), telah menyetujui rekomendasi penggunaan vaksin COVID Pfizer-BioNTech untuk kelompok anak berusia 5-11 tahun di Eropa. Disebutkan dalam pernyataan mereka, "Komite Obat Untuk Manusia (CHMP-EMA) telah membuat keputusan setelah menyimpulkan bahwa manfaat Comirnaty pada anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun lebih besar daripada risikonya, terutama pada mereka dengan kondisi Kesehatan yang dapat meningkatkan risiko COVID-19 yang parah".
Comirnaty adalah istilah badan tersebut untuk vaksin-vaksin yang digunakan dalam mencegah penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) pada anak-anak berusia 12 tahun ke atas. Comirnaty mengandung molekul messenger RNA (mRNA) dengan arahan untuk memproduksi protein dari SARS-CoV-2, yang merupakan virus penyebab COVID-19. Dengan demikian, Comirnaty tidak mengandung virus itu sendiri dan tidak dapat menyebabkan COVID-19.
Dosis yang disuntikkan ke kelompok usia 5-11 tahun itu akan "lebih rendah daripada yang digunakan pada orang berusia 12 tahun ke atas", tegas badan tersebut.
Pengawas Obat Uni Eropa mendasarkan keputusan penggunaan Pfizer-BioNTech ini pada penelitian yang dilakukan pada hampir 2.000 anak yang mengklaim hasil "90,7% efektif dalam mencegah gejala COVID-19". Keputusan tersebut juga diambil setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan awal pekan ini bahwa Eropa dan Asia Tengah dapat terancam jumlah kematian COVID mencapai 2 juta pada 1 Maret 2022 kecuali jika tindakan mendesak segera diambil.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat, CDC, lebih dulu merekomendasikan vaksin pediatrik Pfizer-BioNTech untuk anak-anak usia 5-11 tahun di awal bulan ini (2/11). CDC menyatakan bahwa kasus COVID-19 pada anak-anak dapat mengakibatkan rawat inap, kematian, MIS-C (sindrom inflamasi) dan komplikasi jangka panjang, seperti "covid panjang" (long Covid), di mana gejalanya dapat bertahan selama berbulan-bulan.
Penyebaran varian Delta juga mengakibatkan lonjakan kasus COVID-19 pada anak-anak sepanjang musim panas di negara Paman Sam tersebut. Selama periode 6 minggu pada akhir Juni hingga pertengahan Agustus, jumlah rawat inap COVID-19 di antara anak-anak dan remaja di sana meningkat lima kali lipat.
Di Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendukung izin vaksin Sinovac untuk anak usia 6-11 tahun juga di awal bulan ini. Dalam jumpa pers di kanal YouTube Badan POM RI (1/11), Dokter Spesialis Anak Piprim Basarah Yanuarso dari IDAI menyatakan bahagia mendengar kabar disetujuinya vaksin Sinovac untuk anak ini karena angka kematian anak terkait COVID-19 paling tinggi dibandingkan dengan banyak negara lain.