Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Berita Utama > Upacara Pakelem Agung Pamahayu Jagat; Masih Lestari Di Pulau Dewata Bali

Upacara Pakelem Agung Pamahayu Jagat; Masih Lestari Di Pulau Dewata Bali

Berita Utama | Jumat, 5 November 2021 | 22:31 WIB
Editor : ARUL Muchsen

BAGIKAN :
Upacara Pakelem Agung Pamahayu Jagat; Masih Lestari Di Pulau Dewata Bali

AGUNG MANIK DANENDRA (AMD),  KETUA PHDI BALI, WALIKOTA DENPASAR, GELAR UPACARA PAKELEM AGUNG PAMAHAYU JAGAT  SEBAGAI WARISAN ADILUHUNG BALI DEMI MENSELARASKAN BUMI 

Denpasar, Kabarindo- Tak terasa sudah hampir dua dekade Indonesia mengalami kondisi pandemi Covid-19 yang sangat memprihatinkan.

Pandemi ini dirasakan pula oleh seluruh dunia tidak hanya di Indonesia saja. Bencana alam dan pemanasan iklim global menjadi momok karena dapat mempengaruhi stabilitas kehidupan, khususnya pembangunan dan ekonomi. 

Pemanasan iklim global tersebut dapat mempercepat terjadinya bencana alam sehingga membahayakan keberadaan mahkluk hidup yang bermukim di dalamnya. Waktu terus berjalan, sewaktu-waktu bencana alam dapat terjadi kapan saja, hal inilah yang menjadi keresahan bangsa-bangsa di dunia. Maka dibutuhkan komitmen penuh bagi seluruh umat untuk segera memperbaiki lingkungan, saling peduli, dan bergotong royong merawat dan memuliakan bumi rumah kita. 

Salah satu tradisi Bali yang masih dilestarikan untuk menjaga keseimbangan alam adalah Upacara Pakelem Agung Pamahayu Jagat.

Kata kunci Pakelem itu sendiri bermakna makelem yang berarti tenggelam atau menenggelamkan  sekaligus mengorbankan hewan ternak, seperti ayam, bebek, sapi atau kerbau dilengkapi dengan beragam sesajen ke lautan. Upacara adat tersebut bertujuan untuk memohon keselamatan kepada Sang Maha Pencipta, dengan cara menenggelamkan sesajen dan hewan korban di dalam air, baik laut, danau atau kawah gunung. Kegiatan suci ini digelar sekali dalam satu tahun, masyarakat Bali biasa menyebutnya dengan dilarung, sehingga bumi pertiwi selalu dihargai, dijaga, dan kehidupan antara mahkluk hidup bersama alam semesta dapat tumbuh harmonis. Tradisi adiluhung yang diteruskan turun menurun ini telah dilakukan oleh umat Hindu di Bali, bahkan nusantara sudah sejak zaman dulu.

2 -4 November 2021 telah diadakan serangkaian upacara Pakelem Agung Pamahayu Jagat lan Pamelastian Ida Ratu Bhatara-Bhatari Puri Tegal Denpasar Pamecutan. Acara ini langsung dipimpin oleh Dr. Anak Agung Ngurah Manik Danendra, S.H., M.H., M.Kn. yang akrab disapa AMD (Agung Manik Danendra). Sedangkan jadwal pelarungan sesajen dan hewan-hewan korban dilaksanakan, Kamis (4/11) 2021 di Pantai Matahari Terbit Sanur Denpasar, bertepatan dengan Tilem Kalima. 

Upacara dihadiri pula oleh Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) yaitu Gusti Ngurah Sudiana. PHDI merupakan  majelis organisasi umat Hindu Indonesia yang mengurusi kepentingan keagamaan maupun sosial. Selama acara turut hadir pula pemerintah Walikota Denpasar IGN Jayanegara, beserta tokoh masyarakat muslim di Bali yaitu Bapak H. Bambang Santoso, serta beberapa tokoh penting lainnya, termasuk keluarga Puri Tegal Denpasar Pamecutan. Acara disambut dengan meriah oleh partisipasi masyarakat dan berbagai pertunjukan tarian Randa dan Barong yang menawan.

Agung Manik Danendra (AMD) memiliki kepedulian yang kuat terhadap keselarasan alam dan kearifan lokal Bali. Jiwa spiritualnya memotivasi generasi milenial untuk tergerak memperbaiki lingkungan yang sehat terhindar dari pandemi. AMD juga  menyampaikan bahwa upacara pakelem pemahayu jagat merupakan bentuk permohonan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, serta manifestasi dalam wujud Bhatara Baruna, agar memberikan anugerah keselamatan jagat, serta karahayuan jagat.

Sehingga kota Bali pada khususnya maupun masyarakat Indonesia bahkan masyarakat di dunia bisa bebas dari pandemi Covid-19. Dampak pandemi Covid-19 telah menyebabkan perekonomian di Bali sangat terpuruk, dikarenakan Bali masih bergantung pada sektor industri pariwisata.  Upacara pakelem agung pemahayu jagat merujuk pada lontar Widhi Sastra Roga Sanghara Gumi, yang ditulis Bhagawan Darmaloka di era kerajaan Majapahit.  Dengan adanya rujukan lontar tersebut diharapkan acara turut disaksikan ida bhatara-bhatari, agar dapat mampu membersihkan bhuana agung dan bhuana alit dari pandemi. 

Acara ini didukung oleh Adventure Documentary Festival Academy, Adroit Indonesia, Authentic Indonesia (Metro TV), My Journey Indonesia, dan Demi Film Indonesia sebagai bentuk solidaritas pemulihan dan pertumbuhan wisata seni budaya di Bali.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER