Sebanyak 99% Responden di Indonesia Menyadari Pentingnya Kesehatan Preventif
Surabaya, Kabarindo- Royal Philips mengumumkan hasil survei perdananya mengenai gaya hidup sehat di Asia.
Survei dilakukan oleh lembaga penelitian Kantar Profiles Network terhadap 4.000 orang di Singapura, Indonesia, Korea Selatan dan Thailand, yang menyoroti perubahan sikap konsumen terhadap hidup sehat, teknologi kesehatan dan kesehatan secara keseluruhan di Asia akibat pandemi COVID-19.
Survei ini menyoroti peningkatan penekanan pada kesehatan preventif di Asia dan peran menjanjikan dari teknologi kesehatan pribadi dalam memungkinkan hidup yang lebih sehat dan perawatan diri yang lebih baik.
Hasil survei tersebut menunjukkan 99% responden di Indonesia memahami pentingnya kesehatan preventif, tindakan yang diambil dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah penyakit atau mengurangi risiko kondisi kesehatan di masa depan. Ini termasuk mengikuti gaya hidup sehat dalam hal pola makan, olahraga dan kesejahteraan secara keseluruhan, pemeriksaan kesehatan serta pemantauan kesehatan secara teratur.
Faktor lainnya, pandemi telah memperkuat kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan bagi banyak orang. Di Indonesia, survei mengungkapkan 33% orang mengonsumsi makanan yang lebih sehat, 37% menginvestasikan lebih banyak uang untuk mempertahankan gaya hidup sehat, 59% lebih banyak membaca tentang kesehatan dan pencegahan penyakit serta 49% lebih memprioritaskan kesehatan dari pada komitmen kerja dibandingkan sebelum pandemi.
Terlepas dari langkah-langkah ini, survei menunjukkan 33% responden di Indonesia merasa mereka dapat melakukan lebih dari usaha saat ini untuk mempertahankan kesehatan. Di Indonesia, 49% responden menyebutkan kurangnya waktu untuk diri sendiri karena pekerjaan, keluarga dan komitmen pribadi yang menjadi penghalang utama bagi mereka untuk menjaga kesehatan dengan lebih baik.
Beberapa cara yang dapat mendorong mereka untuk mulai bertindak menjaga kesehatan diri sendiri meliputi pengetahuan lebih tentang menjalani gaya hidup sehat (68%), pengetahuan yang lebih luas seputar penggunaan perangkat kesehatan pribadi dan teknologi untuk memantau kesehatan (54%), peningkatan akses ke fasilitas rekreasi dan penjangkauan komunitas pendidikan (42%) serta pemahaman yang lebih baik mengenai cara berbagi data, yang didapatkan dari teknologi dan perangkat kesehatan pribadi dengan dokter (39%) dan diberikan akses yang lebih besar ke dokter (38%).
Muir Keir, Business Leader, Personal Health, Philips ASEAN Pacific, menyatakan gembira melihat banyak orang diAsia menyadari pentingnya menjaga kesehatan dan mengatur kondisi saat ini. Salah satu cara untuk mendorong perawatan preventif bisa terletak pada penciptaan teknologi kesehatan yang lebih cerdas. Konsumen di Asia telah menunjukkan keterbukaan untuk berinteraksi dengan teknologi kesehatan yang menawarkan pendekatan kesehatan yang dipersonalisasi untuk hasil kesehatan yang lebih baik.
“Di Philips, kami sudah menerapkan hal ini melalui perangkat seperti sikat gigi pintar yang terhubung ke aplikasi konsumen. Hal ini memberikan wawasan yang mendorong perkembangan perawatan kesehatan mulut yang lebih efektif,” ujarnya pada Senin (1/8/2022).
Survei Philips menemukan hampir sepertiga (30%) responden di Asia menggunakan teknologi dan perangkat kesehatan pribadi untuk memantau kesehatan secara lebih aktif dibandingkan yang mereka lakukan sebelum pandemi. Di Indonesia, 42% responden melakukan hal yang sama yaitu menggunakannya secara teratur untuk memantau kesehatan gigi dan mulut (42%), diet dan gizi (52%), kesehatan jantung (54%) dan memantau kesehatan seputar pra-kondisi (56%). Hal ini mencerminkan penyerapan dalam kebiasaan kesehatan preventif.
Sebanyak 78% responden setuju bahwa memiliki akses ke teknologi dan perangkat kesehatan pribadi akan mendorong mereka untuk merawat kesehatan dengan lebih baik, sedangkan 76% setuju bahwa mereka lebih memilih perangkat teknologi kesehatan pribadi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Sebanyak 59% mencantumkan kemampuan untuk menyesuaikan perangkat sesuai dengan tujuan kesehatan individu sebagai salah satu dari 5 faktor teratas yang akan mereka pertimbangkan ketika memilih perangkat, faktor lainnya seperti akurasi data (75%), parameter pelacakan kesehatan (72%), parameter pelacakan aktivitas (69%) dan biaya yang rendah (60%).
Secara keseluruhan, di Asia, orang melihat potensi teknologi kesehatan pribadi lebih besar dari pemakaiannya saat ini. Sebanyak 70% dan 68% responden mengatakan mereka ingin lebih sering menggunakan teknologi dan perangkat kesehatan pribadi untuk melacak kondisi umum kesehatan mereka dan penyakit yang sudah ada dalam 3 tahun ke depan berturut-turut. Di Indonesia, responden mengatakan mereka menginginkan hal yang sama. Hal ini menunjukkan mereka ingin menggunakan teknologi dan perangkat kesehatan pribadi untuk melacak kesehatan umum mereka (84%) dan penyakit yang ada sebelumnya (83%).
Pim Preesman, President Director Philips Indonesia, mengatakan ada peluang yang besar untuk mengadopsi teknologi kesehatan pribadi di Indonesia secara lebih luas. Sistem perawatan kesehatan di seluruh Asia berada di bawah tekanan. Nilai terhadap perawatan diri dan pendekatan proaktif yang dilakukan oleh orang-orang bertujuan mencegah penyakit di masa depan dan sangat penting untuk memaksimalkan kesehatan secara keseluruhan.
“Dalam beberapa tahun terakhir, kami melihat kemungkinan-kemungkinan baru yang didorong oleh adopsi teknologi kesehatan pintar untuk memberdayakan orang guna mencapai kesehatan terbaik mereka. Jika digunakan dengan tepat, perangkat ini dapat memberikan dampak yang lebih baik terhadap kesehatan, terutama jika masalah kesehatan terdeteksi sejak dini,” ujarnya.