KABARINDO, MOSKOW – Pejabat Rusia telah meminta diplomat Amerika Serikat paling senior kedua di Moskow, Bartle Gorman, untuk meninggalkan negara itu, Kamis (18/2).
Menjabat sebagai wakil kepala misi, Gorman adalah pejabat tertinggi kedua di kedutaan AS di Moskow. Ia diminta untuk meninggalkan negara itu di tengah kekhawatiran bahwa Rusia sedang bersiap untuk menyerang Ukraina.
Belum ada keterangan jelas mengenai alasan pengusiran tersebut. Departemen Luar Negeri AS mengatakan langkah itu "tidak beralasan" dan menggambarkannya sebagai langkah eskalasi situasi.
"Kami menyerukan Rusia untuk mengakhiri pengusiran tak berdasar diplomat dan staf AS dan bekerja secara produktif untuk membangun kembali misi kami," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Ia menambahkan, "Sekarang lebih dari sebelumnya, sangat penting bahwa negara kita memiliki personel diplomatik yang diperlukan untuk memfasilitasi komunikasi antara pemerintah kita."
Kedutaan Besar AS di Moskow mengatakan akan menanggapi pengusiran tersebut, menurut kantor berita Interfax.
Bertentangan Pandangan
AS bersikukuh dengan pandangan bahwa Rusia akan menyerang Ukraina dalam waktu dekat, sementara Rusia terus menyangkal hal tersebut.
Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa Bangsa Linda Thomas-Greendfield mentwit pada hari Kamis, "Semalam, setelah serangkaian percakapan dengan Gedung Putih, Dewan Keamanan Nasional, dan Departemen Luar Negeri, saya meminta Sekretaris Blinken untuk datang berbicara langsung dengan Dewan Keamanan PBB dalam perjalanan ke Munich tentang situasi serius di Ukraina."
Dia lebih lanjut menambahkan, "Tujuan kami adalah untuk menyampaikan gawatnya situasi. Bukti di lapangan adalah bahwa Rusia bergerak menuju invasi yang akan segera terjadi. Ini adalah momen penting. Pertemuan Dewan hari ini seharusnya tidak mengalihkan perhatian kita dari itu, melainkan harus fokus tentang apa yang terjadi sekarang di Ukraina."
Sementara, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Rusia akan mengakhiri latihan militernya sesuai jadwal yaitu pada tanggal 20 Februari.
Dia juga mengatakan bahwa pertanyaan tentang akhir dari krisis Ukraina harus ditujukan kepada para pemimpin negara-negara Barat.
"Situasi [yang dikabarkan itu] tidak berkembang di sini, di wilayah Rusia. Situasi itu berkembang di pikiran [negara] Barat, otak dan media, terutama di AS dan Inggris," kata Lavrov. ***(Sumber dan Foto: DW, Reuters, Twitter)