Mengaburkan batas antara fashion dan seni performatif, Future Loundry hadirkan eksplorasi tubuh sebagai arsip hidup dalam kolaborasi penuh makna bersama Persona di panggung JF3 2025.
KABARINDO, JAKARTA —
Malam penutupan JF3 2025 menjadi salah satu momentum paling tak terlupakan dalam sejarah festival ini, saat Future Loundry, label eksperimental asal Bali, menampilkan koleksi terbaru mereka bertajuk “RAGA”. Digelar pada Sabtu, 2 Agustus 2025 di Re-Crafted Hall, Summarecon Mall Serpong, pertunjukan ini tak hanya menjadi peragaan busana, tetapi berubah menjadi pengalaman emosional dan sensorik yang mengguncang.
Didirikan oleh Ican Harem pada 2015 dan diperkuat oleh Manda Pinky sejak 2019, Future Loundry dikenal lewat pendekatan upcycle fashion yang berpadu dengan pengaruh subkultur dan estetik post-apocalyptic yang nyentrik. Mengangkat realitas kehidupan urban dan budaya bawah tanah Asia Tenggara, brand ini selalu tampil dengan narasi yang kuat dan visual yang mengundang tafsir.
Di panggung JF3 tahun ini, Future Loundry berkolaborasi dengan Persona untuk menghadirkan “RAGA”—sebuah pernyataan artistik yang menggali tubuh sebagai wadah memori, luka, perubahan, dan kekuatan. Tidak hanya tentang pakaian, tetapi tentang keberadaan, tentang rasa, dan tentang perjumpaan paling intim antara penonton dan peraga.
Tubuh Sebagai Arsip Hidup
Mengusung konsep non-tradisional catwalk, penonton tidak lagi hanya menjadi pengamat, tetapi ikut terbenam dalam pusaran aksi. Performer dan model bergerak di tengah penonton, bahkan terkadang menembus kerumunan, menciptakan atmosfer yang imersif dan menggugah.
Koleksi ini tidak disajikan secara linier, melainkan melalui tiga babak performatif yang membentuk satu kesatuan naratif:
The Echo of the Self
Pertunjukan dibuka dengan keheningan. Performer mulai bergerak perlahan, seolah tubuh baru saja terlahir dari diam dan kekosongan. Gerakan mereka menyiratkan rasa sakit, kebingungan, dan pencarian bentuk. Kain-kain yang membungkus tubuh menjadi simbol transisi: bisa dilepas, diubah, atau mengungkap bagian-bagian yang tersembunyi dari diri.
Aksi dan Reaksi
Ketegangan meningkat. Ritme drum mulai memecah udara. Di tengah tarian penuh ekspresi, performer mulai melepaskan kain, merobek, mengurai, seolah mengeluarkan trauma dari dalam tubuh. Model-model berjalan mengitari ruang, mengelilingi energi performer yang menggelegak di tengah panggung. Setiap gerakan terasa seperti percakapan sunyi antara rasa sakit dan pembebasan.
Aku Ada
Sebagai klimaks, satu sosok menjulang dalam balutan hitam memasuki tengah ruangan. Hening menyelimuti seluruh hall. Ia berdiri, lalu bergerak perlahan—satu tarikan napas yang berat, satu keheningan yang dalam. Model lain berjalan pelan menembus kerumunan, menghadirkan pertanyaan eksistensial: apakah keberadaan terasa lebih nyata saat bergerak, atau saat diam?
“RAGA” bukan hanya tentang desain, tapi tentang kesadaran akan tubuh—yang rapuh, yang kuat, yang terus berubah. Dalam 75 tampilan yang ditampilkan, Future Loundry dan Persona memperlihatkan kekayaan bentuk, tekstur, dan makna. Material upcycle diberi jiwa baru lewat konstruksi yang tak biasa, layering kompleks, serta siluet yang menentang konvensi.
Koleksi ini adalah puisi visual yang melampaui estetika. Ia menantang, menggugah, dan mengajak kita untuk menyentuh sisi terdalam dari eksistensi kita sendiri.
Dengan “RAGA”, Future Loundry membuktikan bahwa fashion dapat menjadi ruang perenungan yang mendalam. Sebuah panggung tempat tubuh bukan sekadar kanvas, tapi bahasa. Dan mode, bukan sekadar penampilan—melainkan pengalaman yang menggugah kesadaran kita tentang siapa, dan bagaimana, kita ada di dunia. Foto: Dok. JF3 Fashion Festival 2025