Oleh: Sabpri Piliang
WARTAWAN SENIOR
"DONALD TRUMP" adalah gejala "penyakit" global. Eropa menyadari. "Intimidasi Trump", harus di akhiri!
Perang dagang Trump, bukan saja menjadi ancaman sekutu Eropanya (trans-atlantik). Lebih jauh, menjadi sandungan mitra dagang terbesarnya (China), bahkan seluruh kawasan.
China yang rilek, akan lebih banyak memperoleh ambivalens "revenue". Perang dagang yang diawali Trump sejak 2 April itu, memberi "opportunity" dan hikmah pada Pemerintahan Xi Jinping dan PM Li Qiang.
Li Qiang, PM China ke-8 (sejak 2023). Merupakan pemimpin yang Pro-bisnis, dan mudah beradaptasi dengan Eropa yang kecewa terhadap perang dagang Trump.
Keuntungan dobel (revenue ambivalens) China di sini. Xi Jinping-Li Qiang dapat memperbaiki hubungannya dengan Eropa dari sisi perdagangan.
Pula keuntungan politik yang selama ini harus "pamit" dulu kepada AS. Sebelum melakukan kontak langsung dengan China. Akan menjadi lebih pragmatis. Kira-kira "fatsoen" atau tatakrama politiknya seperti itu.
Kunjungan Presiden China Xi Jinping ke kawasan Asia Tenggara pekan lalu. Adalah cara China untuk mengatakan, "perang dagang" ala Trump, membuat China mudah merengkuh Asia, Eropa, bahkan kawasan Amerika Utara lain.
Perang dagang yang dicetuskan Trump, telah memberi "roadmap" pada China. Untuk "menenun" perjanjian dan kemitraan alternatif bersama negara-negara yang kecewa.
Bagi negara-negara Eropa, juga Asia (kecuali China), "Perang Dagang" AS terhadap mereka. Adalah sebentuk perundungan ("pelecehan") dari negara "superpower". Kepada negara-negara kecil yang mengandalkan kemakmuran dari ekspor.
Banyak perusahaan yang sangat bergantung pada arus barang (hulu dan hilir) ke dan dari AS. Perang dagang, serta tindakan balasan dari Tiongkok kepada AS. Telah mempersulit mereka. Secara signifikan dan jangka panjang.
Tarif yang tinggi, seperti AS terhadap China (245 persen). AS terhadap Indonesia (47 persen). Meskipun sah dilakukan timbal balik, tarif yang tinggi akan merugikan konsumen di seluruh dunia.
Perang Dagang (Perang Tarif) China dan AS sebagai dua "market" induk dunia. Akan membebani pertumbuhan ekonomi. Sekaligus melemahkan permintaan yang sudah lesu.
Perang dagang adalah satu "penyakit". Penyakit itu telah menjalar ke mana-mana. LVMH, pemilik Louis Vitton dan Christian Dior, misalnya. Membukukan penurunan sebesar 3 persen di kuartal pertama, menjadi USD 23 milyar.
Perang dagang telah mengubah, dan akan mengubah geopolitik dunia. Meski tidak se-ekstrem yang kita duga. Setidaknya menciptakan "close friend" baru, atau pragmatisme terhadap "perkawanan", atau "permusuhan".
Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen mengindikasikan itu. "Ide tradisional tentang "Barat" (baca: AS dan Eropa) yang bersatu adalah "masa lalu", katanya.
China, Eropa, dan Asia, akan bersatu untuk mulai meninggalkan AS. Sangat mungkin!