Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Ekonomi & Bisnis > Pengusaha: Indonesia Surganya Sawit Tetapi Harga Minyak Goreng Kok Mahal?

Pengusaha: Indonesia Surganya Sawit Tetapi Harga Minyak Goreng Kok Mahal?

Ekonomi & Bisnis | Selasa, 15 Februari 2022 | 19:14 WIB
Editor : Sebastian Renaldi

BAGIKAN :
Pengusaha: Indonesia Surganya Sawit Tetapi Harga Minyak Goreng Kok Mahal?

KABARINDO, JAKARTA- Indonesia penghasil minyak sawit atau crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Tetapi kenapa harga minyak goreng melambung tinggi di negara kaya sawit? Pengusaha sawit buka suara akan hal tersebut.
"Ada lagi yang berpendapat begini, ini kita produksi, produksi Indonesia kenapa dijual ke Indonesianya mahal sekali? ini namanya komoditi ya kan, waktu harga murah juga, (harga) dunianya murah, Indonesianya murah juga," kata Direktur Utama PT Astra Agro Lestari Tbk Santosa dalam bincang virtual, Selasa (15/2/2022).

Jadi, Indonesia mengikuti harga CPO dunia. Dia menjelaskan di saat harga CPO dunia turun pun getahnya dirasakan oleh pelaku industri sawit dalam negeri. Bahkan ketika harga CPO turun, petani sampai kesulitan membeli pupuk.

"Waktu petani pada rugi karena nggak bisa sampai beli pupuk karena waktu itu saya ingat 2018 itu pembelian buah per kilo (kg) itu di bawah Rp 1.000, mungkin sampai ke tangan petani sesudah dipotong transfer paling tinggal Rp 800, nggak mungkin dia beli pupuk ya kan," tuturnya.

Harga jual minyak goreng pun kala itu dipatok Rp 11.000 per liter sesuai harga eceran tertinggi (HET) sebelum direvisi. Dia menjelaskan keuntungan yang diterima petani pun tak seberapa.

"Apakah petaninya ada yang nyumbang? kan nggak ada juga. Kemudian ini harga enam bulan terakhir naik tinggi, baru 6 bulan, sekarang sudah digebukin," papar Santoso.

Dia juga memastikan bahwa industri CPO tidak menahan suplainya ke produsen minyak goreng. Sebab, begitu kelapa sawit memasuki masa panen maka harus sesegera mungkin diolah.

"Kalau ada buah kita harus panen. Kalau tidak dipanen kan rusak. Kalau sudah jadi CPO nggak bisa lama-lama juga ditahan, gimana mau ditahan? seandainya produksi setahun 50 juta (ton), tidak boleh ekspor, memang di Indonesia mau dipakai buat apa ya kan? kalau kebutuhan bahan bakarnya 9 juta (ton), kemudian bahan makanan, minyak goreng, dan industri hanya 8 juta (ton), 16-17 juta (totalnya), lah yang 30 juta mau diapain? masa kita mau berenang pakai CPO, kan nggak bisa juga," tambahnya.
 

Sumber: detik.com

Foto: istimewa


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER