KABARINDO, JAKARTA- Heboh beberapa waktu lalu video perempuan berdurasi 61 detik yang diduga mirip Nagita Slavina. Namun, pihak kepolisian telah mengonfirmasi bahwa video tersebut adalah palsu.
"Hasil koordinasi dengan Siber Polda Metro Jaya video itu fake alias palsu, hasil editing," ujar Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Wisnu Wardhana.
Publik sempat heboh lantaran video tersebut memiliki hasil edit yang halus. Belakangan, disebut-sebut bahwa video tersebut memanfaatkanaplikasi berteknologi deepfake yang dapat merekayasa wajah seseorang mendekati realistis.
Ciri-ciri Deepfake
Dilansir dari The Guardian, video palsu hasil olahan deepfake tetap memiliki kekurangan visual yang bisa dikenali. Siwei Lyu, profesor Ilmu Komputer Universitas Albany, pada 2018 menemukan bahwa subjek di video-video deepfake memiliki kedipan mata yang kaku.
Kedipan mata merupakan ekspresi alami manusia. Jika diperhatikan dengan jeli, wajah di deepfake lebih jarang berkedip dibandingkan manusia di dunia nyata. Hal ini dikarenakan deepfake seringkali hanya menempelkan wajah dari foto-foto berkualitas rendah yang tersebar di internet atau media sosial.
Terlebih, foto-foto yang tersebar di internet memiliki ekspresi yang terbatas. Hal ini membuat video yang direkayasa terlihat lebih minim ekspresi dan kurang menampilkan detail seperti kerutan wajah, mata yang memicing, serta elemen lainnya.
Selain itu, detail pada bagian rambut juga sulit ditirukan oleh teknologi ini. Akibatnya, helai-helai rambut halus yang biasa terlihat di bagian atas kepala atau jatuh di pinggir wajah tidak tampak sama sekali dan proporsinya menjadi tidak rapi.
Terakhir, kita bisa mengenali deepfake dari konsistensi pencahayaan video. Apabila pantulan cahaya tampak berubah-ubah, atau jatuhnya bayangan tampak tidak selaras dengan arah cahaya datang, maka video tersebut bisa dicurigai sebagai palsu. Selain itu, pantulan visual pada iris mata subjek bisa jadi petunjuk tentang keaslian video tersebut.
Ketiga hal ini bisa dijadikan pegangan untuk berjaga-jaga semata. Namun, tetap diperlukan alat pendeteksi yang lebih canggih untuk bisa memastikan keaslian video tersebut.
Cara Kerja Deepfake
Sebelum membuat video deepfake, pelaku telah memiliki video target yang akan diedit dengan wajah orang lain. Pelaku juga memiliki beberapa foto atau potongan video berisi wajah orang yang ingin direkayasa. Kedua bahan ini kemudian akan diproses menggunakan teknologi autoencoder yang berfungsi mempelajari gerak-gerik target dari berbagai sudut dan menyesuaikannya dengan berbagai kemungkinan situasi dan lingkungan.
Kemudian, Generative Adversarial Networks (GAN) selaku teknologi kunci akan dimasukkan ke dalam video untuk memperbaiki kekurangan dalam video deepfake. Setelah beberapa kali pendeteksian dan perbaikan, video deepfake selesai dibuat dan siap dijadikan alat melanggar hukum dengan berbagai cara.
Meski saat ini teknologi deepfake masih bisa dideteksi dengan peralatan yang ada dan baru sebatas menyebar berita bohong, teknologi ini dikhawatirkan akan semakin canggih di masa depan. Dikhawatirkan dapat digunakan untuk melakukan kejahatan besar seperti pemerasan, teror, dan tindakan kriminal lain yang bisa mengancam keamanan dan reputasi seseorang.
Jadi tetap berhati-hati saat membagikan momen-momen pribadimu di media sosial ya.
Sumber: beautynesia
Foto: pinterest.com/justaskthales.com