KABARINDO, ALMATY – Menyusul kerusuhan terburuk di Kazakhstan yang mendorong diumumkannya keadaan darurat di tiga kota besar negara itu, kabinet pemerintah yang berkuasa menyatakan pengunduran diri kepada Presiden Kassym-Jomart Tokayev, Rabu pagi (5/1) sekitar jam 10.00 WIB.
Protes massal dan kerusuhan yang terjadi di ibu kota Kazakhstan, Nur-Sultan; di kota utama Almaty; dan di kota Mangistau, tempat sebagian besar cadangan minyak negara diekstraksi, menyebabkan diumumkannya keadaan darurat oleh Presiden.
Ribuan demonstran menyerbu dan membakar gedung-gedung publik, termasuk gedung administrasi kota dan balai kota di Almaty.
Siaran langsung lewat Instagram oleh seorang blogger menunjukkan api berkobar di kantor walikota Almaty, dengan suara tembakan terdengar di dekatnya. Video yang dikirim ke internet juga menunjukkan kantor kejaksaan terdekat terbakar.
Baca juga: Keadaan Darurat di Khazakstan
Pengunduran kabinet gagal meredam kemarahan para demonstran yang turun ke jalan sebagai tanggapan atas kenaikan harga bahan bakar sejak awal tahun baru.
Bentrokan dengan pasukan keamanan berlangsung hingga dini hari dan masih terus berlanjut.
Pihak berwenang tampaknya telah menutup negara itu dari internet saat kerusuhan menyebar. Netblocks, sebuah situs yang memantau konektivitas internet global, mengatakan negara itu "di tengah pemadaman internet skala nasional".
Kerusuhan ini adalah ujian terbesar bagi Tokayev, 68, yang mengambil alih kekuasaan pada 2019 sebagai penerus Nazarbayev, mantan bos Partai Komunis yang telah menjadi penguasa terlama di bekas Uni Soviet pada saat ia mengundurkan diri.
Nazarbayev, 81, masih memiliki otoritas substansial sebagai ketua partai yang berkuasa dan ketua dewan keamanan.
Departemen kesehatan kota mengatakan 190 orang telah mencari bantuan medis, termasuk 137 polisi. Pemerintah kota mendesak warga untuk tinggal di rumah, dan sejauh ini polisi telah menahan sedikitnya 200 orang. ***(Sumber: Reuters, Sky News; Foto: Sky News)