Batik Sebagai Brand Nation Indonesia
Salemba, Jakarta, Kabarindo -- Kecintaan pada kain batik harus dimulai pada lingkungan keluarga, mulailah perkenalkan pada anak Anda sejak usia dini. Maka akan timbul rasa cinta dan kegemaran berbatik dalam keluarga.
Pesan ini disampaikan Pemerhati Batik, Jeri Wongiyanto yang juga Fotografer Wakil Presiden RI, dalam acara Batik Talk Edisi 18 bersama Founder Batik Sakera dan Author Batik dan Sejuta Impian, Suci Wijayanti, dengan tema "Batik sebagai Brand Nation Indonesia" melalui Instagram Live @suciwijayantiofficial, Rabu (27/10) sambut hari Sumpah Pemuda.
Talk show yang digelar dalam rangka hari batik ini juga disiarkan langsung di YouTube Suci Wijayanti Kanal.
Suci Wijayanti sebagai host, kali ini menampilkan tamu yang tidak biasa, bukanlah seorang pakar atau ahli batik, namun seorang fotografer Wapres yang juga dikenal sebagai brand ambassador sebuah merek batik ternama dan pemerhati batik.
Jeri Wongiyanto, mengisahkan pengalamannya bagaimana batik Indonesia sebagai tampil brand nation. Saat bertugas sebagai fotografer Wakil Presiden pada Sidang Umum PBB di New York tahun 2015 dan 2019.
" Saat itu Wakil Presiden Jusuf Kalla, sehari sebelum berpidato dalam Sidang Debat Tahunan PBB, memerintahkan pada semua menteri dan staf yang ikut tanpa terkecuali, harus memakai batik, karena Pak JK juga akan tampil berpidato dengan batik. Padahal menurut aturan protokol panitia di PBB mengharuskan berbusana PSL (pakaian sipil lengkap) atau berjas. Waktu itu bulan Oktober bertepatan dengan Hari Batik, maka jadilah rombongan memakai batik. Jarak hotel ke Markas PBB ada sekitar 1 kilometer, dalam perjalanan kami menjadi pusat perhatian delegasi lain, begitu juga saat Pak JK tampil di atas podium, banyak kepala negara yang kagum," cerita Jeri.
Menurutnya, masyarakat kita pun harus memiliki rasa cinta pada produk Indonesia sendiri. Contoh seperti inilah yang sudah diperlihatkan para pemimpin kita, seperti Presiden Jokowi yang selalu mengenakan batik di beberapa event penting.
"Ketika Presiden memakai batik di satu acara resmi. Maka para pecinta batik, akan berlomba-lomba mencari motif atau busana batik yang dipakai presiden, artinya apa, kecintaan masyarakat Indonesia sangat tinggi pada batik."
Bincang bincang kemudian berlanjut ke pertanyaan tentang kewajiban Batik yang ber SNI (Standar Nasional Indonesia). Menurut Suci Wijayanti, ia bersama para produsen atau pengusaha batik lainnya kini tengah berjuang agar batik ber SNI terus digalakkan pemerintah. Suci berharap pihak pemerintah tidak tinggal diam membiarkan produk produk batik yang tidak sesuai standar terus diproduksi.
Namun Jeri menilai, kecintaan masyarakat pada batik tentu tidak bisa dibendung. " Konsumen kita masih memilih batik yang murah, ini tentu sesuai dengan daya beli mereka. Saya yakin suatu saat masyarakat juga akan lebih suka memilih batik yang berstandar SNI. Yang tentu lebih bergengsi ketimbang Batik yang tidak berkualitas. Yang terpenting adalah bagaimana kita terus menumbuhkan rasa cinta masyarakat kita pada batik. Perlu edukasi yang baik, tentang batik ber SNI. SNI akan sangat membantu para produsen batik, karena menjadi jaminan bahwa batik yang dijualnya benar benar berkualitas, " kata Jeri yang saat tugas negara di dalam maupun di luar negeri selalu mengenakan batik.
Jeri optimis, Batik Indonesia akan menjadi brand nation yang akan sejajar dengan produk fashion ternama lainnya.
"Saya optimis, bulan lalu saya menggelar lomba foto Batikku Keren bersama Batik Bali Lestari di Instagram, target saya hanya 200 peserta atau foto yang masuk. Tapi di luar ekspektasi saya, foto yang masuk lebih dari 1300 foto, ini tentu hal yang menggembirakan, bahwa ternyata antusias dan minat masyarakat terutama generasi millenial sangat tinggi. Ini hal yang baik, saya yakin masyakarat kita ke depannya akan maskin sadar berbatik yang berkualitas," kata Jeri bersemangat dilansir dari rilis yang berlabuh di meja redaksi pagi ini.