Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Ekonomi & Bisnis > Adaptasi & Gebrakan Jadi Kunci; Kiat Bisnis F&B Hadapi Pandemi

Adaptasi & Gebrakan Jadi Kunci; Kiat Bisnis F&B Hadapi Pandemi

Ekonomi & Bisnis | Minggu, 15 Agustus 2021 | 19:17 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Adaptasi & Gebrakan Jadi Kunci; Kiat Bisnis F&B Hadapi Pandemi

Adaptasi & Gebrakan Jadi Kunci; Kiat Bisnis F&B Hadapi Pandemi

Fokus membuat produk yang dibutuhkan market, bukan apa yang bisa kita buat

Surabaya, Kabarindo- Diplomat Success Challenge (DSC) telah menggelar webinar untuk edukasi dan berbagi pengetahuan kewirausahaan yang mengusung tema Business Opportunity in F&B Amid Pandemic Situation.

Webinar tersebut menghadirkan pembicara Ayu Utami - Founder Rosalie Cheese, Haidhar Wurjanto - Founder & CEO Simha Group dan Hendy Setiono - Founder & CEO Baba Rafi Enterprise. Mereka berbagi insight, pengalaman serta tips tentang bagaimana memaksimalkan peluang bisnis di sektor F&B di tengah pandemi saat ini.

Ayu menegaskan pentingnya untuk beradaptasi dalam menjalankan bisnis F&B pada situasi yang tidak menentu. Fokus membuat produk yang dibutuhkan market, bukan apa yang bisa kita buat. Karena pandemi berdampak pada industri pariwisata, Rosalie Cheese sebagai produsen keju lokal yang semula fokus pada segmen perhotelan dan restoran, mendorong Ayu untuk melakukan market shift. Ia mengubah bisnis dari B2B menjadi B2C dengan menjual langsung kepada pelanggan.

Berbekal insight kebutuhan konsumen, Rosalie Cheese mencoba menjangkau market Jawa serta berinovasi membuat berbagai paket keju dan turunan produk keju. Misalnya cheese for baking package, yaitu menyediakan paket berbagai jenis keju yang dibutuhkan pelanggan yang gemar membuat roti dan kue saat di rumah saja. Bahkan Rosalie Cheese berinovasi dengan mengadakan experience cheese & tea pairing yang bisa dilakukan di rumah, yaitu menikmati keju yang cocok disantap sambil menyesap teh. Pada akhirnya, formula agar peluang bisnis dapat maksimal adalah menciptakan peluang sesuai kebutuhan konsumen.

Ayu berbagi tips bagi pelaku bisnis F&B saat mengembangkan peluang usaha. Penting untuk kesiapan people management saat melakukan adaptasi perubahan strategi bisnis. Perang harga tidak bisa dihindari. Yang penting adalah pelaku bisnis harus mengetahui value dan uniqueness produk yang dimiliki.

Terakhir, tidak saja membangun, namun juga mempertahankan hubungan dengan konsumen sambil mendengar masukan dari mereka,ujarnya.

Pelaku bisnis F&B harus cepat membaca perubahan perilaku konsumen di tengah kondisi pandemi dan mengubah strategi agar memaksimalkan peluang usaha. Haidhar yang merintis Simha Group dengan berbagai usaha seperti Es Teh, Foresthree dan Mozza, mengatakan memahami perubahan perilaku konsumen adalah kunci sebelum membuat gebrakan bisnis. Berdasarkan pengamatan Haidar, konsumen kini sudah terbiasa menghabiskan waktu di rumah saja dan menjadikan TikTok sebagai sumber hiburan. Atas dasar itu, Es Teh menggunakan TikTok sebagai tool sekaligus direct touch kepada masyarakat. Konten TikTok yang dibuatnya berhasil viral dan berdampak terhadap awareness, sehingga mendorong penjualan.

“Kami percaya, meski produk jenis es teh banyak yang serupa, namun yang penting adalah how we deliver the message,” ujar Haidhar.

Setiap pelaku bisnis F&B harus memiliki mindset bahwa sektor F&B adalah kebutuhan pokok, sehingga tetap ada peluang untuk berkembang. Hendy yang sukses melakukan ekspansi bisnis hingga ke luar negeri, percaya bahwa mindset tersebut sebagai pendorong kita untuk mengembangkan peluang usaha F&B pada masa pandemi. Untuk memaksimalkan peluang, dibutuhkan inovasi dan berkolaborasi.

Hendy konsisten mengembangkan usaha kuliner dengan berkolaborasi konten dengan kreator influencer. Ia mengatakan, pelaku usaha dituntut untuk berkolaborasi agar bisnisnya bertahan dan memperkuatnya, sehingga mampu berekspansi. Namun saat hendak memutuskan berkolaborasi dengan mitra atau influencer, penting untuk memahami prinsip kolaborasi. Pertama, saling melengkapi antar pihak dalam berkolaborasi. Fokus pada strength dan pandai membaca kekurangan untuk saling melengkapi. Kedua, memiliki chemistry yang kuat. Ketiga, saling melengkapi diferensiasi skill yang dimiliki.

“Pelaku bisnis harus berani membuat gebrakan. Kunci untuk bersaing adalah berupaya menjadi pionir dan trendsetter,” ujarnya.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER