Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Ekonomi & Bisnis > WEF: Isu Keamanan Siber dan Program Luar Angkasa Perparah Tantangan Iklim dan Pandemi

WEF: Isu Keamanan Siber dan Program Luar Angkasa Perparah Tantangan Iklim dan Pandemi

Ekonomi & Bisnis | Selasa, 11 Januari 2022 | 19:36 WIB
Editor : Hauri Yan

BAGIKAN :
WEF: Isu Keamanan Siber dan Program Luar Angkasa Perparah Tantangan Iklim dan Pandemi

KABARINDO, JENEWA – Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum –WEF) dalam laporan yang dirilis hari Selasa (11/1) menyebutkan keamanan siber dan program-program ruang angkasa merupakan risiko yang muncul dalam ekonomi global, menambah berbagai tantangan yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan pandemi virus corona.

Laporan Risiko Global biasanya dirilis menjelang pertemuan musim dingin elit tahunan para CEO dan pemimpin dunia di resor ski Swiss, Davos, tetapi acara tersebut telah ditunda untuk tahun kedua secara berturut-turut akibat pandemi COVID-19. 

Forum Ekonomi Dunia masih merencanakan beberapa sesi virtual minggu depan.

Laporan yang didasarkan pada survei terhadap sekitar 1.000 pakar dan pemimpin menyorot beberapa isu secara khusus.

Perkiraan Global

Masih berlangsungnya pandemi dan berlanjutnya dampak ekonomi yang disebabkan menjadi fokus utama laporan tersebut.

Ketidakseimbangan distribusi vaksin dan akses kesehatan dapat berujung pada pemulihan ekonomi yang sangat tidak merata dan dapat “memperluas perpecahan sosial dan meningkatkan ketegangan geopolitik.”

Pada 2024, pertumbuhan ekonomi global secara umum diperkirakan 2,3% lebih kecil daripada kondisi normal tanpa pandemi. Angka ini tidak memperlihatkan jurang pertumbuhan antara negara-negara berkembang (yang ekonominya diperkirakan tumbuh 5,5% lebih kecil dari sebelum pandemi) dengan negara-negara kaya, yang diperkirakan tumbuh 0,9%.

WEF: Isu Keamanan Siber dan Program Luar Angkasa Perparah Tantangan Iklim dan Pandemi

Bahaya Digital

Tingginya aktifitas daring selama pandemi turut meningkatkan risiko keamanan, sebut laporan itu.

“Kami sekarang berada di titik di mana ancaman siber tumbuh lebih cepat daripada kemampuan kami untuk mencegah dan mengelolanya secara efektif,” kata Carolina Klint, pemimpin manajemen risiko di Marsh, yang perusahaan induknya Marsh McLennan ikut menulis laporan tersebut dengan Zurich Insurance Group.

Serangan siber menjadi lebih agresif dan meluas, sementara kebangkitan cryptocurrency memudahkan penjahat online untuk menyembunyikan pembayaran yang telah mereka kumpulkan.

Klint menekankan kekhawatiran kurangnya prioritas akan masalah tersebut, yang menunjukkan bahwa hal ini adalah "titik buta" bagi perusahaan dan pemerintah.

Kompetisi Ruang Angkasa

Sejumlah pihak swasta dan beberapa negara telah berlomba-lomba meningkatkan program luar angkasa mereka demi mengejar kekuatan geopolitik dan militer, atau keuntungan ilmiah dan komersial, kata laporan itu.

Dikutip lebih lanjut, “Peningkatan eksploitasi orbit ini membawa risiko kemacetan, peningkatan puing-puing dan kemungkinan tabrakan di wilayah dengan sedikit struktur pemerintahan [yang memiliki rencana] untuk mengatasi ancaman baru [ini].”

Eksploitasi ruang angkasa adalah salah satu bidang yang menurut responden memiliki jumlah kerja sama internasional yang paling sedikit untuk menghadapi tantangan tersebut.

WEF: Isu Keamanan Siber dan Program Luar Angkasa Perparah Tantangan Iklim dan Pandemi

Krisis Iklim

Partisipan survey menempatkan kegagalan untuk bertindak mengatasi perubahan iklim, cuaca ekstrem, dan hilangnya keanekaragaman hayati sebagai tiga risiko teratas.

Mereka umumnya beranggapan bahwa mengambil tindakan yang cepat atau lambat sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.

Upaya yang lamban akan menggusarkan rakyatnya, sedangkan gerak cepat mengatasi masalah lingkungan dapat memicu gejolak ekonomi dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.

“Mengadopsi kebijakan lingkungan yang tergesa-gesa juga dapat memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan bagi alam,” tambah laporan itu. “Masih ada banyak risiko yang tidak diketahui dari penerapan teknologi bioteknik dan geoteknik yang belum teruji.”

Laporan Risiko Global itu mengungkapkan, dari semua ahli yang mengerjakan survey, hanya 1 dari 6 yang optimis dan hanya 1 dari 10 yang percaya bahwa pemulihan global bisa dipercepat. ***(Sumber: AP, Weforum; Foto: Weforum)


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER