The Body Shop Indonesia; Luncurkan Kampanye No! Go! Tell!
Fokus utama Prevention and Recovery (Pencegahan dan Pemulihan)
Surabaya, Kabarindo- The Body Shop Indonesia meluncurkan Kampanye No! Go! Tell! (Katakan Tidak, Jauhi, Laporkan!) yang berlangsung dari Juni hingga Agustus 2021.
Ini merupakan kolaborasi kampanye The Body Shop Indonesia bersama Plan Indonesia, Magdalene, Yayasan Pulih dan Makassar International Writers Festival dengan fokus utama Prevention and Recovery (Pencegahan dan Pemulihan).
Suzy Hutomo, Owner & Executive Chairperson The Body Shop Indonesia, mengatakan kampanye tersebut merupakan lanjutan dari kampanye Stop Sexual Violence Pada fase kedua ini, pihaknya ingin menjangkau lapisan masyarakat yang lebih luas dengan fokus utama edukasi dan tindak pencegahan kekerasan seksual melalui mekanisme dasar No! Go! Tell! dengan dukungan dari seluruh mitra.
“Mekanisme perlindungan diri dasar yang diciptakan dalam kampanye ini diharapkan bisa menjadi mekanisme yang melindungi masyarakat ketika menghadapi situasi yang rawan kekerasan seksual,” ujarnya.
Terdapat dua aspek yaitu Prevention (Pencegahan) dan Recovery (Pemulihan). Tujuan utama aspek Prevention membuat mekanisme keamanan bagi semua perempuan dan perempuan muda dalam mencegah mereka dari bahaya kekerasan seksual. Untuk mencapai fokus ini, The Body Shop Indonesia didukung oleh Magdalene, Yayasan Plan International Indonesia dan Makassar International Writers Festival. Juga menggandeng Yayasan Pulih dalam mencapai aspek Recovery untuk menciptakan ruang aman (safe space) dan program pemulihan bagi para korban kekerasan seksual, khususnya kaum perempuan maupun remaja perempuan.
Berikut mekanisme Katakan Tidak, Jauhi, Laporkan:
Katakan Tidak (No!) - Pahami apa saja bentuk kekerasan seksual dan berani berkata TIDAK jika mengalami tindak kekerasan seksual.
Jauhi (Go!) - JAUHI pelaku dan pergi dari tempat yang membuat anda tidak nyaman dan segera cari tempat yang aman.
Laporkan (Tell!) - LAPORKAN kejadian kepada pihak atau orang yang anda percayai. Didukung dengan informasi lengkap mengenai yayasan/lembaga/komunitas yang dapat menampung pengaduan atas situasi kekerasan seksual agar para korban mendapat rasa tenang dan aman.
Kampanye No! Go! Tell! (Katakan Tidak, Jauhi, Laporkan!) terdiri dari rangkaian kegiatan yang melibatkan banyak pihak, khususnya di institusi pendidikan seperti di sekolah dan kampus dengan target utama para pelajar dan mahasiswa/i, khususnya remaja perempuan, termasuk para guru sebagai tenaga pendidik. Kampanye ini juga akan ditujukan kepada para pekerja kantoran yang rentan mengalami bahaya kekerasan seksual.
Menurut Dini Widiastuti, Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia, dampak kekerasan berbasis gender, salah satunya kekerasan seksual, dapat berakibat fatal bagi tumbuh kembang anak dan kaum muda, terutama perempuan.
“Plan Indonesia berkomitmen untuk memberikan ruang aman dan perlindungan serta kebijakan yang mendorong kesetaraan bagi anak perempuan, salah satunya dengan kolaborasi lintas sektor. Dengan begitu, kami berharap dapat berkontribusi terhadap pengurangan angka kekerasan berbasis gender di Indonesia,” ujarnya.
Devi Asmarani, Editor in Chief & Co - Founder Magdalene, mengatakan pihaknya memiliki program Campus Online Talkshow yang memperlihatkan bahwa kekerasan seksual merupakan isu yang besar di lingkungan kampus. Banyak mahasiswa mengalami beragam bentuk kekerasan, mulai dari pelecehan seksual dan kekerasan berbasis online hingga perkosaan.
“Ketiadaan perspektif gender dan perspektif korban di kalangan otoritas dan petinggi kampus, serta kurangnya pemahaman tentang konsep dasar seperti konsen di kalangan mahasiswa dan dosen, membuat masalah ini terus ada dan tidak dipandang urgen. Lingkungan tempat kerja juga menjadi lingkungan yang rawan akan potensi kekerasan seksual, khususnya karena masih banyak tempat kerja yang belum memiliki SOP untuk mengatasi kekerasan seksual,” ujarnya.
Karena itu, pihaknya bertekad terus memberikan edukasi kepada mahasiswa, komunitas maupun lingkungan perkantoran tentang pentingnya pencegahan kekerasan seksual, diantaranya melalui Creative Skills Training Program, pelatihan pembuatan video pendek, produksi podcast dan penulisan essai, yang dilanjutkan dengan Kompetisi Karya Kreatif. Juga tetap melakukan edukasi melalui berbagai platform sosial media.
Wawan Suwandi, Public Relations Yayasan Pulih, mengatakan pada kampanye kali ini, pihaknya membuka layanan konsultasi psikologi bagi korban dan penyintas kekerasan seksual serta menjalankan program psikoedukasi, kelas dukungan bagi penyintas dan penguatan kapasitas kelembagaan. Tujuannya memberikan penanganan pemulihan trauma, juga terlibat pada pencegahan melalui edukasi dan penguatan melalui kelas dukungan.
Lily Yulianti Farid, Founder Makassar International Writers Festival, menambahkan pihaknya membuat video berdasarkan 2 kisah nyata. Yaitu kisah Kartika Jahja, penyintas dan aktivis yang lantang menyuarakan penghapusan kekerasan seksual, serta Daya (9 tahun) anak perempuan yang mendapatkan bekal No Go Tell di keluarganya serta telah mempraktikkannya di lingkungan tempat tinggalnya saat ia berada dalam situasi rawan kekerasan.
Penulis: Natalia Trijaji