KABARINDO, MANADO - Tambang emas Toka Tindung di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara terus berkembang seiring dengan potensi temuan cadangan bijih (reserve) di lokasi tersebut.
Tambang emas terbesar di kawasan Asia Tenggara ini dikelola oleh PT Archi Indonesia Tbk (ARCI). Archi merupakan bagian dari PT Rajawali Corporation, perusahaan milik pengusaha Peter Sondakh. Archi mengelola Tambang Emas Toka Tindung melalui anak usahanya, PT Meares Soputan Mining dan PT Tambang Tondano Nusajaya.
Perusahaan yang baru saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 Juni 2021 lalu itu, menargetkan bisa menggarap bisnis emasnya dari hulu hingga hilir. Mulai dari kegiatan eksplorasi, kontraktor penambangan, pabrik pengolahan, permunian, hingga produk logam emas batangan.
DIkutip dari Kompas.com, Rudy Suhendra, Deputy Chief Executive Officer Archi Indonesia di Manado, Sulawesi Utara mengungkapkan bahwa perusahaannya ingin menjadi perusahaan pure-play emas (pure-play gold producer) yang terintegrasi dan terbesar di Asia Tenggara.
Archi memiliki sekitar 40.000 hektar wilayah konsesi, terdiri dari 31.000 hektar oleh Tambang Tondano Nusajaya dan 9.000 hektar oleh Meares Soputan Mining. Keduanya merupakan pemegang Kontrak Karya (KK) untuk kawasan tambang ini sampai 2041.
Ada 4 blok di kawasan tambang ini yang digarap dengan metode pertambangan terbuka (open pit). Keempatnya yakni Blok Toka, Blok Kopra, Blok Alaskar, dan Blok Araren. Adapun Blok Araren menjadi pit terbesar dengan tingkat kadar emas tertinggi dibandingkan pit lainnya di tambang emas Toka Tindung.
Luas Blok Araren mencapai sekitar 1 kilometer dengan kadar emas mencapai lebih dari 3 gram emas per ton material dari rata-rata kadar di tambang ini sekitar 2 gram emas per ton material. Hingga akhir 2020, jumlah cadangan emas di koridor timur mencapai 3,9 juta ounces dan sudah tersertifikasi JORC, artinya sudah economic feasible.
Saat ini Archi sedang mengembangkan koridor barat yang memiliki potensi tambahan cadangan emas sekitar 5,3-13 juta ounces dalam 5 tahun ke depan. Seiring dengan adanya tambahan cadangan emas di koridor barat, Archi pun akan menambah kapasitas pabrik pengolahannya menjadi 8 juta ton per tahun atau million ton per annum (mtpa) di 2025. Pada akhir 2020, kapasitas pabrik pengolahan baru mencapai 3,6 juta ton dan meningkat menjadi 4 juta ton di akhir tahun.
Adapun hasil tambang dari keempat blok emas yang dimiliki Archi kemudian diolah di pabrik pengolahan yang berada di dalam kawasan tambang. Pabrik ini baru menghasilkan produk gold bullion (gold dore) yang berupa campuran emas dan perak. Selanjutnya, gold dore produksi Archi dikirim ke PT Antam Tambang Tbk dan PT Bumi Sukesindo, kedua perusahaan ini punya sertifikat untuk pemurnian emas. Archi sendiri hingga saat jni belum punya pabrik pemurnian sendiri, meski sedang bersiap untuk pembangunannya mulai tahun depan.