KABARINDO, MARTINSBURG – Pasangan suami-istri Toebbe mengaku bersalah di pengadilan federal di Martinsburg, Virginia Barat, Amerika Serikat, karena bersekongkol untuk mencoba menjual rahasia negara.
Diana Toebbe, 46, hari Jumat (18/2) mengaku bersalah membantu suaminya mencoba menjual rahasia tentang kapal selam bertenaga nuklir ke negara asing.
Suaminya, seorang insinyur Angkatan Laut AS, Jonathan Toebbe, 42, telah mengaku bersalah awal pekan ini.
Kejahatan keduanya membawa kemungkinan hukuman seumur hidup. Namun, berdasarkan kesepakatan pembelaan mereka dengan jaksa federal, Jonathan akan menerima hukuman sekitar 12-17 tahun, sementara Diana akan dipenjara hingga tiga tahun.
Aksi Spionase
Jonathan Toebbe adalah seorang ahli dalam sistem propulsi nuklir di kapal selam, salah satu rahasia negara yang paling dijaga ketat.
Dia mencoba menjual informasi itu kepada pemerintah asing, mengirim pesan kepada seseorang yang dia yakini sebagai pejabat asing, menurut departemen kehakiman. Faktanya, orang itu adalah agen FBI yang menyamar.
Selama bertahun-tahun, menurut para penyelidik, Jonathan Toebbe mengumpulkan informasi tentang kapal selam nuklir, menyelundupkan dokumen pekerjaan, beberapa halaman sekaligus, sehingga dia bisa melewati pos pemeriksaan keamanan.
"Saya sangat berhati-hati untuk mengumpulkan arsip yang saya miliki secara perlahan dan alami dalam rutinitas pekerjaan saya, jadi tidak ada yang akan mencurigai rencana saya," tulisnya kepada agen FBI yang menyamar bekerja untuk pemerintah asing.
Diana bertindak sebagai pengintai sementara suaminya meninggalkan informasi di tempat “dead drop", setelah menyembunyikan kartu data di dalam sandwich selai kacang.
“Dead drop” adalah metode spionase bertukar benda atau informasi antara dua individu menggunakan lokasi rahasia tanpa harus bertemu muka.
(Foto: Pasangan Toebbe -BBC/CBS)
Diana menemani suaminya ke tiga titik “dead drop” dari empat yang ditentukan agen yang menyamar itu, yakni di Virginia Barat, Pennsylvania, dan Virginia.
Menurut dokumen pengadilan, Jonathan mengatakan dia akan memberikan dokumen tentang desain kapal selam nuklir kepada pemerintah asing dengan imbalan $100.000 dalam mata uang kripto.
Pasangan Toebbe tidak menyadari bahwa mereka telah jatuh ke dalam perangkap.
Dalam salah satu catatan, Toebbe menulis tentang ‘persahabatannya’ dengan sang agen penyamar dan harapannya untuk masa depan: "Suatu hari, ketika aman, mungkin dua teman lama akan memiliki kesempatan untuk bertemu satu sama lain di sebuah kafe, berbagi sebotol anggur dan menertawakan cerita tentang eksploitasi bersama mereka."
Profil Kedua Pasangan
Sebelum penangkapan mereka pada bulan Oktober, keluarga Toebbes tinggal bersama dua anak mereka di Annapolis, Maryland, rumah dinas dari Akademi Angkatan Laut AS.
Jonathan Toebbe bertugas di Angkatan Laut sebelum menjadi anggota cadangan militer. Dia bekerja di kantor kepala operasi angkatan laut di Arlington, Virginia.
Sedangkan Diana Toebbe mengajar sejarah dan bahasa Inggris di sekolah swasta. Dia memiliki gelar PhD dalam bidang antropologi dari Emory University di Atlanta.
(Foto: Kediaman keluarga Toebbe di Maryland, AS -BBC)
Kesepakatan Peradilan
Penyelidik federal menangani kasus ini dengan sangat serius, kata para ahli hukum, namun mereka mungkin bersedia untuk mendukung hukuman yang lebih ringan bagi terdakwa dengan imbalan informasi dari mereka, sebuah tawar-menawar yang jarang terjadi di pengadilan.
Kadang-kadang, kata Daniel Richman, seorang profesor hukum Columbia di New York, "jaksa membatalkan hukuman maksimum untuk terdakwa agar mereka mengatakan hal-hal yang mungkin membantu mereka dalam operasi kontra-intelijen".
Sebagai bagian dari kesepakatan pembelaan mereka, pasangan Toebbe mengatakan bahwa mereka akan membantu FBI memulihkan uang kripto yang dikirimkan kepada mereka selama penyelidikan federal yang menyebabkan penangkapan mereka.
***(Sumber dan foto: BBC, CBS News)