Sektor Kesehatan di Indonesia Miliki Fokus Baru pada Penggunaan Teknologi Inti
Buka kekuatan data dan analitik prediktif
Surabaya, Kabarindo- Royal Philips, pemimpin global dalam teknologi kesehatan, mengumumkan temuan dari laporan Indonesia Future Health Index (FHI) 2022 tentang Pengaturan Ulang Layanan Kesehatan: Prioritas Bergeser Saat Para Pemimpin Layanan Kesehatan Menavigasi Perubahan Dunia.
Laporan Future Health Index 2022 pada tahun ketujuh ini berdasarkan penelitian eksklusif dari hampir 3.000 responden di 15 negara, termasuk Indonesia, dan mengeksplorasi bagaimana para pemimpin layanan kesehatan memanfaatkan kekuatan data dan teknologi digital untuk mengatasi tantangan utama yang muncul pada masa pandemi.
Pim Preesman, President Director Philips Indonesia, mengatakan pandemi menghadirkan tantangan dari segi sumber daya, sistem dan penyediaan perawatan pada setiap kesempatan di setiap negara.
“Seiring pemulihan pasca-pandemi, kami melihat para pemimpin layanan kesehatan mulai melakukan pengaturan ulang dengan memfokuskan pada sejumlah prioritas baru dan yang sudah ada, mulai dari masalah kekurangan staf, memperluas pemberian perawatan hingga memanfaatkan data besar serta analitik prediktif, saat mereka menavigasi realitas baru dalam manajemen medis,” ujarnya pada Rabu (21/9/2022).
Menurut laporan, para pemimpin layanan kesehatan di Indonesia memiliki pandangan positif tentang dampak analitik prediktif yang dapat mempengaruhi berbagai aspek perawatan. Sebagian besar percaya teknologi dapat memberikan dampak positif terhadap pengalaman pasien (93%), hasil kesehatan (90%) dan perawatan berbasis nilai (89%).
Namun ada beberapa tantangan kesehatan terkait dengan ketimpangan dalam penyediaan layanan akibat perbedaan geografis dalam penerapan teknologi canggih. Infrastruktur teknologi layanan kesehatan lebih berkembang di lingkungan perkotaan, namun layanan kesehatan digital di pedesaan mungkin sulit dilakukan, sebagian karena kurangnya internet berkecepatan tinggi. Angka penetrasi internet di beberapa wilayah kepulauan Indonesia hanya mencapai 3%.
Untuk menjawab tantangan terkait infrastruktur ini, para pemimpin layanan kesehatan Indonesia memprioritaskan elemen-elemen dasar teknologi kesehatan digital. Lebih dari seperempat dari mereka (26%) menyatakan bahwa meningkatkan infrastruktur teknologi pada fasilitas mereka adalah prioritas utama. Dibandingkan dengan rata-rata global (20%), para pemimpin layanan kesehatan Indonesia cenderung memprioritaskan keamanan data dan privasi (31%), yang mungkin mencerminkan keinginan mereka untuk melindungi data sembari meningkatkan ekosistem teknologi.
Setelah teknologi inti diimplementasikan, akan muncul fokus baru untuk memperluas isu-isu layanan kesehatan dan sosial. Dalam tiga tahun ke depan, 27% dari para pemimpin layanan kesehatan di Indonesia berencana untuk terus bersiap menghadapi krisis, sementara 19% mengatakan mereka berencana untuk menerapkan praktik yang berkelanjutan di rumah sakit. Prioritas yang tidak terlalu berfokus pada teknologi ini lebih mengarah pada masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan yang lebih luas.
Fokus baru ini juga tidak lepas dari investasi pada inovasi layanan kesehatan. Hampir setengah (47%) dari para pemimpin layanan kesehatan di Indonesia berinvestasi dalam rekam medis digital dan 44% lainnya memprioritaskan pusat-pusat operasi klinis. Kedua angka ini secara signifikan lebih besar dari pada rata-rata global yaitu sebesar 39% dan 22%. Saat melihat keuntungan dari investasi ini, para pemimpin layanan kesehatan berharap untuk mengalihkan perhatian mereka ke aspek layanan yang lebih canggih secara digital selama tiga tahun mendatang, seperti AI (82%, naik dari 38% saat ini) dan telehealth (49%, naik dari 37% saat ini), di mana kenaikan ini mencerminkan tren layanan kesehatan global.