KABARINDO, BANGKOK – Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha merosot ke posisi kedua dalam jajak pendapat karena jumlah pemilih yang ragu-ragu menyusut di tengah spekulasi pemilihan umum awal, lapor Bloomberg hari Minggu (27/3).
Prayut, pemimpin kudeta yang berubah menjadi Perdana Menteri, mendapat 12,7 persen suara dalam survei 10 hingga 15 Maret oleh lembaga jajak pendapat National Institute of Development Administration (NIDA).
Angka itu turun dari 16,9 persen pada Desember 2021, dan menjadi peringkat terendahnya dalam empat survei triwulanan yang dilakukan oleh lembaga itu.
Pita Limjaroenrat, pemimpin oposisi Partai Maju Maju, memimpin daftar dengan 13,4 persen suara popularitas.
Sedangkan, jumlah peserta yang ragu-ragu mencapai 27,6 persen, turun dari 36,5 persen pada Desember.
Nona Paetongtarn Shinawatra, putri mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra dan pemimpin partai oposisi terbesar Pheu Thai; Sudarat Keyuraphan, mantan calon perdana menteri; dan Sereepisuth Temeeyaves dari Partai Seri Ruam Thai termasuk di antara kandidat pilihan lainnya dalam survei Nida.
Partai politik Thailand telah meningkatkan kampanye dan program penjangkauan dalam beberapa bulan terakhir untuk mengantisipasi bahwa pemilihan umum akan diadakan sebelum akhir masa jabatan empat tahun Prayut pada Maret tahun depan.
Hal itu disebabkan oleh kekesalan publik yang semakin membesar terhadap penanganan pemerintahannya atas pandemi Covid-19 dan inflasi yang melonjak.
Pemerintah Prayut berkomitmen untuk memastikan manfaat semua lapisan masyarakat, melalui berbagai tindakan, untuk mengurangi dampak harga energi yang tinggi yang berasal dari perang Rusia di Ukraina dan pandemi, kata juru bicara Thanakorn Wangboonkongchana dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Posisi fiskal negara stabil dan kuat, katanya, seraya menambahkan bahwa pemerintah siap mengambil langkah-langkah tambahan untuk menahan inflasi.
***(Sumber: The Straits Times/Bloomberg; Foto: Reuters)