KABARINDO, JAKARTA - Ketua Badan Etik dan Hukum PP Perbasi Charles Bronson Siringoringo mengungkap cerita soal skandal pengaturan skor yang terjadi di Indonesian Basketball League (IBL).
Dilansir dari Tempo, Charles mengungkapkan bahwa kasus pengaturan skor yang terjadi kali ini merupakan permiintaan dari pemain judi daring.
Charles mengatakan bahwa ada "pesanan" untuk para pemain agar mengalah 10 bola.
"Apabila mereka bisa memenuhi target misalnya 'pesanannya' kalah 10 bola, maka mereka dapat uang dari pemesan judi online," ungkap Charles.
"Jadi ini murni pesanan dari para pemain judi online, tidak ada arah klub tertentu yang memesan untuk mengalah. In murni karena adanya permintaan dari pemain judi online."
Sementara it, perwakiln Pacific Caesar Irsan Pribadi mengungkap bahwa mereka sudah curiga ada yang janggal dari beberapa pemain sejak awal musim.
Irsan mengatakan bahwa setidaknya ada 5-6 pertandingan yang direkayasa.
"Selama pertandingan reguler di bubble, kami koordinasi rutin hingga mendapatkan bukti yang cukup dan pengakuan dari semua pemain," kata Irsan.
"Kami mempertegas bahwa pemain bertindak atas inisiatif mereka, tidak ada manajemen, staf maupun pemain lain yang terlibat dalam match-fixing ini. Ini murni untuk kepentingan individu terutama alasan finansial,” tuturnya menambahkan.
Irsan juga mengungkap bahwa motif para pemain melakukan hal tersebut adalah karena masalah finansial.
Enam Pemain Dihukum Seumur Hidup
Sebelumnya, pada Rabu (29/12/2021), pihak Indonesian Basketball League (IBL) mengungkap ada enam pemain basket yang dijatuhi hukuman skorsing karena terlibat dalam praktik match fixing.
Keenam pemain yang dimaksud adalah Aga Siedarta Wismaya, Jorge Gabriel Senduk, M. Nur Aziz Wardhana, Yoseph Wijaya, Ariesanda Djauhari, dan Yerikho Tuasela.
Dalam kompetisi IBL 2021, lima nama yang disebut pertama tercatat memperkuat Pacific Caesar Surabaya sedangkan sosok terakhir merupakan pemain Bali United Basketball.
"IBL mendapat laporan dari manajemen Pacific mengenai kejanggalan beberapa pertandingan dan permainan beberapa pemain di klub terkait pada kompetisi musim reguler IBL 2021," kata Junas Miradiarsyah selaku Direktur Utama IBL.
Dari laporan tersebut, IBL bersama PP Perbasi membentuk tim investigasi untuk mengumpulkan bukti. Hukuman pun resmi diberikan pada 21 September 2021 meski pengumuman ke publik baru dilakukan pada 29 Desember 2021.
Sumber berita: Tempo
Foto: IBL