Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Gaya hidup > Pendopo Dampingi Lebih dari 90 Penenun Ikat Sikka Sebagai Ekosistem Pendukung Pelestarian Budaya

Pendopo Dampingi Lebih dari 90 Penenun Ikat Sikka Sebagai Ekosistem Pendukung Pelestarian Budaya

Gaya hidup | Jumat, 10 Februari 2023 | 20:55 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Pendopo Dampingi Lebih dari 90 Penenun Ikat Sikka Sebagai Ekosistem Pendukung Pelestarian Budaya

Pendopo Dampingi Lebih dari 90 Penenun Ikat Sikka Sebagai Ekosistem Pendukung Pelestarian Budaya

Surabaya, Kabarindo- Pendopo, merek usaha Kawan Lama Group yang menjadi rumah bagi UMKM lokal, berkolaborasi dengan LSM, pemerintah daerah dan desainer lokal melakukan program pendampingan masyarakat adat tenun ikat Sikka di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Pendopo telah bekerja sama dengan lebih dari 200 UKM di seluruh Nusantara di bawah naungan PT ACE Hardware Indonesia Tbk. Program pendampingan yang diadakan sejak September 2021 hingga Oktober 2022 ini menjangkau lebih dari 90 penenun dari 4 kelompok tenun. Hasilnya kemudian dikolaborasikan dengan desainer lokal untuk dipasarkan melalui Pendopo. Selain meningkatkan perekonomian penenun hingga 122%, Pendopo juga menerbitkan modul sebagai panduan standarisasi tenun dan bahan pembelajaran bagi penenun baru sebagai wujud komitmen Pendopo dalam pelestarian budaya Indonesia.

Tenun ikat Sikka sendiri adalah salah satu kekayaan budaya Nusantara yang berasal dari Kabupaten Sikka, Pulau Flores, NTT. Dibuat dengan teknik pewarnaan ikat dan proses menenun yang bisa memakan waktu hingga berbulan-bulan, wastra ini terus dipertahankan karena bernilai filosofis dan estetika tinggi. Tenun ikat sikka juga telah terdaftar sebagai salah satu indikasi geografis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual pada Maret 2017 lalu.

Tasya Widya Krisnadi, Direktur Pendopo, mengatakan Pendopo hadir sebagai ekosistem pendorong pengembangan produk lokal dan pelestarian budaya Indonesia melalui tiga fokus utama, yaitu pengembangan produk, kolaborasi dengan para pengrajin, pemerintah maupun desainer lokal, lalu memperkenalkannya kepada publik melalui pengalaman ritel. Salah satu wujudnya adalah program pendampingan dan pelatihan di Sikka.

Sejak awal program pendampingan yang dimulai pada September 2021, ditemukan bahwa masih banyak potensi dari produk tenun maupun SDM penenun yang bisa dikembangkan. Untuk itu, Pendopo bekerja sama dengan sebuah yayasan dan pemerintah daerah mengadakan 29 kali program pelatihan dan pendampingan secara berkala selama Desember 2021 hingga September 2022. Materi yang diberikan meliputi pelatihan SDM (termasuk regenerasi penenun), penyusunan laporan keuangan, manajemen produksi dan penerimaan pesanan, hingga pembuatan demplot (metode penyuluhan) pewarnaan alam (re-planting). Pendopo juga memberikan workshop ekonomi kreatif untuk menggali potensi, menghadirkan inovasi dan mengeksplorasi produk turunan dari tenun ikat Sikka sesuai dengan selera masa kini.

Pada Oktober 2022 Pendopo melakukan pengukuran hasil akhir dan menemukan bahwa melalui program pendampingan ini Pendopo telah berhasil menjangkau lebih dari 90 penenun. Mayoritas penenun tergabung dalam empat kelompok yaitu kelompok tenun Tati Nahing, Na’ni House, Bliran Sina dan Watubo. Sebagai langkah regenerasi, kegiatan ini juga berhasil menjangkau para penenun muda (24% dari total), termasuk dari komunitas Remaja Flores Creative yang berusia 18-34 tahun. Melalui program ini, kondisi ekonomi masyarakat juga meningkat, terbukti dari peningkatan pendapatan penenun hingga 122% dan terserapnya 12 tenaga kerja baru ke dalam komunitas tenun.

Orimus Osias, salah seorang peserta pendampingan dari kelompok Bliran Sina, mengaku senang karena Pendopo mengadakan pelatihan-pelatihan, terutama tentang manajemen keuangan.

“Kami juga merasa sangat terbantu, karena selain membantu perekonomian keluarga, kami dapat melestarikan budaya dengan membuat kain tenun dengan pewarna alam, namun masih dengan motif-motif tradisional, sehingga bisa dinikmati bahkan oleh orang-orang di luar Sikka,” ujarnya pada Jumat (10/2/2023).

Selain meningkatkan perekonomian penenun, Pendopo juga menerbitkan sebuah modul sebagai panduan standarisasi tenun dan bahan pembelajaran bagi penenun baru sebagai salah satu komitmen Pendopo untuk mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG). Modul tersebut dapat membantu penenun merumuskan harga, menghitung keuangan, menerapkan standar kualitas kain tenun, serta berbagai pengetahuan teknis mengenai proses pewarnaan dengan bahan alami dan motif tenun.

Pendopo juga memberikan empat buah alat tenun portabel yang dapat dimanfaatkan untuk menenun dan membantu proses pembelajaran serta menjadi perangkat portabel untuk dibawa ke berbagai pameran dan ekshibisi agar tenun ikat Sikka semakin dikenal. Selain itu, Pendopo mendonasikan lebih dari 200 bibit tanaman pewarna untuk mendukung pewarnaan yang ramah lingkungan; katalog benang, kain dan motif untuk membantu standarisasi pemesanan kain serta dukungan branding.

“Setelah melihat hasil pengukuran akhir, kami merasa tujuan akhir pendampingan sudah tercapai, bahkan di beberapa aspek melebihi apa yang ditargetkan. Terlebih dengan modul yang kami buat, para penenun bisa dengan mandiri mentransfer seluruh ilmu yang didapatkan pada saat pendampingan kepada penenun-penenun baru. Sebagai keberlanjutan dukungan, kami akan terus memasarkan dan mempromosikan kain tenun ikat Sikka melalui Pendopo,” ujar Tasya.

Selanjutnya, sebagian kain tenun ikat Sikka hasil dari program pendampingan ini dihadirkan sebagai koleksi kain tenun ikat Sikka di Pendopo yang berkolaborasi dengan desainer lokal. Pendopo mengajak desainer muda Iyonono, perancang busana muda yang berfokus pada pemberdayaan ibu rumah tangga, dan Didiet Maulana untuk mengkreasikan kain tenun ini, sehingga dapat mengikuti selera masa kini.

“Kolaborasi dengan Pendopo ini spesial, karena melalui karya, kita bisa menghubungkan para ibu penjahit dari Cirebon dan Kuningan dengan para mama penenun di Sikka. Harapan saya, hadirnya koleksi ini dapat semakin memberdayakan para ibu di studio Seikat Cerita, juga para penenun di Sikka,” ujar Iyonono

Tasya menambahkan, kegiatan yang dilakukan mulai dari peningkatan kualitas produk hingga manajemen mutu dari pengrajin kain tenun ikat Sikka di NTT. Selanjutnya Pendopo akan mengolaborasikan para penenun adat dengan Didiet dan Iyonono untuk menyesuaikan selera masa kini, dan akhirnya melestarikan produk budaya tersebut melalui publikasi dan pembukaan akses ke pasar modern melalui Pendopo.

“Harapannya, melalui program ini, Tenun Ikat Sikka bisa lestari dan dapat dinikmati generasi kini dan nanti,” ujarnya.


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER