KABARINDO, WINA – Kesepakatan nuklir Iran 2015 tidak dapat diselamatkan bila Iran tidak membebaskan empat warga Amerika Serikat yang menurut Washington disandera, kata pemimpin perunding nuklir AS kepada Reuters, Minggu (24/1).
Utusan Khusus AS untuk Iran, Robert Malley, mengulangi posisi lama AS bahwa masalah empat orang yang ditahan di Iran itu terpisah dari negosiasi nuklir. Namun, kini dia bergerak selangkah lebih dekat, dengan mengatakan bahwa pembebasan mereka adalah prasyarat untuk perjanjian nuklir.
"Kedua hal itu terpisah dan kami berusaha mencapai keduanya. Sangat sulit bagi kami untuk membayangkan kembali ke kesepakatan nuklir, sementara empat orang Amerika yang tidak bersalah disandera oleh Iran," kata Malley kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
"Jadi, bahkan saat kami melakukan pembicaraan dengan Iran secara tidak langsung mengenai nuklir, kami melakukan, sekali lagi secara tidak langsung, diskusi dengan mereka untuk memastikan pembebasan sandera kami," katanya di Wina, di mana pembicaraan sedang berlangsung untuk membawa Washington dan Teheran kembali ke kepatuhan penuh dengan kesepakatan nuklir 2015.
Kesepakatan 2015, bernama resmi Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), adalah kesepakatan di mana Iran berjanji untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi dari AS dan kekuatan dunia lainnya.
Tahun 2018, Presiden Donald Trump mengeluarkan AS dari kesepakatan itu, dan menerapkan kembali sanksi ekonomi keras AS terhadap Iran.
Baca juga: Korsel Bayarkan Tunggakannya, Iran Dapat Hak Suara Lagi...
Berhenti Mogok Makan
Malley berbicara dalam wawancara bersama dengan Barry Rosen, mantan diplomat AS berusia 77 tahun yang melakukan mogok makan di Wina, Austria untuk menuntut pembebasan tahanan AS, Inggris, Prancis, Jerman, Austria, dan Swedia di Iran.
Rosen dulu adalah salah satu dari lebih dari 50 diplomat AS yang ditahan selama krisis penyanderaan Iran 1979-1981.
"Saya telah berbicara dengan sejumlah keluarga sandera yang sangat berterima kasih atas apa yang dilakukan Tuan Rosen, tetapi kami juga memintanya untuk menghentikan mogok makannya, karena pesan telah disampaikan," kata Malley.
(Foto: Robert Malley, kiri, dan Barry Rosen. -Reuters)
Rosen mengatakan bahwa setelah lima hari tidak makan dia merasa lemah dan akan mengindahkan permintaan itu.
"Dengan permintaan dari Utusan Khusus Malley dan dokter saya dan lainnya, kami telah sepakat (bahwa) setelah pertemuan ini saya akan menghentikan mogok makan saya, tetapi ini tidak berarti bahwa orang lain tidak akan melakukan hal yang sama," kata Rosen.
Ditanya apakah Iran dan Amerika Serikat mungkin bernegosiasi secara langsung, Malley mengatakan: "Kami tidak mendengar apa pun tentang hal itu. [Tetapi] Kami akan menyambutnya."
(Foto: Barry Rosen di Wina, Austria. -VOA Persia)
Empat warga AS termasuk pengusaha Iran-Amerika Siamak Namazi, 50, dan ayahnya Baquer, 85, telah dihukum karena "kolaborasi dengan pemerintah yang bermusuhan".
Namazi masih di penjara, sementara ayahnya dibebaskan dengan alasan medis pada tahun 2018 walaupun secara efektif masih dilarang meninggalkan Iran.
Sandera lainnya antara lain adalah aktivis lingkungan Morad Tahbaz, 66, seorang pengusaha keturunan Amerika-Iran yang berkebangsaan ganda, AS dan Inggris, serta pengusaha Emad Shargi, 57. ***(Sumber dan foto: Reuters dan VOA Persia)