Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Ekonomi & Bisnis > Pekerja Independen di Indonesia; Butuh Keterampilan & Peluang Baru

Pekerja Independen di Indonesia; Butuh Keterampilan & Peluang Baru

Ekonomi & Bisnis | Kamis, 10 September 2020 | 16:23 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Pekerja Independen di Indonesia; Butuh Keterampilan & Peluang Baru

Pekerja Independen di Indonesia; Butuh Keterampilan & Peluang Baru

Terdampak Covid-19

Surabaya, Kabarindo- Flourish Ventures, sebuah perusahaan modal ventura global dengan investasi portofolio di Indonesia dan seluruh Asia, merilis laporan yang mengevaluasi bagaimana pekerja independen atau gig worker dalam ekonomi informal Indonesia mengatasi pandemi Covid-19.

Mereka seperti para pengemudi berbagi tumpangan atau ridesharing, penjual online, penyedia jasa rumah tangga dan kurir pengiriman. Sebagian besar mereka terkena dampak tersebut. Sebanyak 86% responden menyatakan penghasilan mereka berkurang.

Flourish adalah investor modal ventura global yang berfokus pada investasi Fintech tahap awal, yang membantu orang mendapatkan peluang ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan finansial mereka.

Laporan Indonesia Spotlight August 2020 memaparkan respon survei dari 586 pekerja independen di Indonesia. Ini adalah edisi ketiga dari seri laporan Flourish yang dinamakan The Digital Hustle: Gig Worker Financial Lives Under Pressure.

Flourish bermitra dengan perusahaan riset 60 Decibels dan perusahaan perintis untuk pekerja independen, Sampingan, dalam melakukan survei online terhadap 586 pekerja independen pada Juni 2020. Mereka terdiri dari 221 pengemudi berbagi tumpangan atau ridesharing, 191 penyedia jasa rumah (seperti asisten rumah tangga atau ahli kecantikan), 109 penjual online, dan 65 kurir pengiriman.

Laporan tersebut menunjukkan temuan-temuan penting:

• Jumlah pekerja independen di Indonesia dengan penghasilan lebih dari Rp 3 juta per bulan mengalami penurunan tajam, dari 43% pada Maret 2020 menjadi hanya 5% pada Juni/Juli 2020. Selain itu, terdapat lonjakan besar dalam jumlah pekerja independen dengan penghasilan kurang dari Rp 1 juta dari 8% pada Maret 2020 menjadi 55% pada Juni/Juli 2020.

• Sebanyak 74% responden sangat khawatir tentang Covid-19. Pekerja independen lebih khawatir tentang dampaknya terhadap mata pencaharian mereka (52%) dibandingkan terhadap kesehatan mereka (14%).

• Pekerjaan yang memerlukan interaksi tatap muka lebih terkena dampaknya. Sebanyak 71% penyedia layanan kesehatan di rumah (seperti mereka yang menawarkan jasa pijat di rumah), 65% pengemudi berbagi tumpangan atau ridesharing dan 55% pengemudi pengiriman telah kehilangan penghasilan. Penjual online dan pekerja rumah tangga seperti asisten rumah tangga, tidak terlalu terdampak.

• Tidak ada perbedaan penghasilan antara jenis kelamin. Laporan menunjukkan pria dan wanita sama terpengaruhnya oleh penurunan ekonomi. Di negara-negara lain yang disurvei sebagai bagian dari seri The Digital Hustle, kaum wanita lebih terkena dampaknya.

• Pekerja independen di kota-kota besar paling terkena dampaknya. Sebanyak 63% responden kehilangan penghasilan dibandingkan dengan 49% di kota-kota lebih kecil.

• Pekerja independen hidup dalam tekanan. Hampir 60% responden mengatakan jika mereka kehilangan sumber penghasilan utama, mereka tidak akan dapat mencukupi pengeluaran rumah tangga dalam satu bulan tanpa meminjam uang.

Tilman Ehrbeck, Managing Partner di Flourish, mengatakan dalam penurunan ekonomi akibat pandemi, pekerja independen secara signifikan terkena dampak dan mereka rentan mengalami kesulitan dalam hal finansial.

“Kami melakukan riset ini untuk memahami bagaimana perusahaan fintech dapat lebih baik melayani para pekerja independen, individu dan usaha kecil yang rentan mengalami kesulitan selama krisis ini dan pada masa mendatang,” ujarnya.

Laporan Flourish juga berisi pertanyaan bagaimana pekerja independen menyesuaikan diri dengan krisis Covid-19. Jawaban mereka:

• Di antara 66% dari mereka yang mengurangi konsumsi, makanan merupakan pengeluaran utama yang dikurangi.

• Sebanyak 61% responden menemukan pekerjaan baru atau pekerjaan tambahan, sebagian besar melalui platform digital, seperti penjualan ritel online atau pekerjaan berdasarkan permintaan.

• Hampir 40% berencana untuk mencari pekerjaan baru pada bulan-bulan mendatang.

Meskipun secara langsung khawatir tentang krisis, para pekerja independen juga fokus pada masa depan. Menabung demi masa depan merupakan tujuan nomor satu jangka pendek dan jangka panjang pekerja independen. Sebanyak 81% responden sangat mengkhawatirkan kemampuan mereka menabung untuk usia tua nanti.

Sebagian besar responden sangat khawatir mereka tidak mampu bekerja jika jatuh sakit atau terlibat dalam kecelakaan (66%) atau jika telepon atau mobil mereka rusak (59%). Pekerja independen lebih gelisah tentang kebutuhan uang tunai jangka pendek dari pada pendanaan jangka panjang. Sebanyak 63% responden sangat khawatir tentang apakah mereka memiliki cukup banyak uang tunai untuk melakukan pekerjaan, dibandingkan dengan hanya 32% yang khawatir tentang akses ke pendanaan aset.

Smita Aggarwal, Global Investments Advisor di Flourish, mengatakan pandemi meningkatkan tantangan yang dihadapi pekerja independen serta kemampuan beradaptasi mereka dan dorongan kewirausahaan mereka dalam menghadapi kesulitan.

“Pekerja independen telah menunjukkan ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi krisis ini, namun kami percaya terdapat peluang yang berarti untuk platform kerja independen dan fintechs guna mencukupi kebutuhan finansial pekerja yang belum terpenuhi. Juga membantu likuiditas jangka pendek, perlindungan penghasilan dan resiliensi jangka panjang,” ujarnya.

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER