KABARINDO, JAKARTA – Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI) resmi menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2025 untuk pertama kalinya di Hotel Grandhika Iskandarsyah, Jakarta Selatan, Kamis (4/11/2025).
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Ketua Umum (Ketum) PBPI, Galih Dimuntur Kartasasmita, dan dihadiri perwakilan dari 15 Pengurus Provinsi (Pengprov) Padel Indonesia.
Rakernas perdana ini menjadi momentum penting PBPI untuk melaporkan capaian 2025, mengevaluasi perjalanan prestasi nasional maupun internasional, sekaligus memetakan program strategis menuju tahun 2026. Salah satu fokus utama adalah peluang masuknya padel ke dalam Program Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Ketum PBPI Galih Dimuntur menegaskan bahwa Rakernas perdana ini berisi diskusi panjang dan padat arah.
“Karena ini rakernas pertama, pembahasannya sangat panjang. Ada 15 provinsi yang hadir, dan kami menyampaikan seluruh laporan kegiatan 2025—mulai dari Sirnas yang sudah dijalani hingga capaian prestasi di Doha. Semua disampaikan kepada para Pengprov,” ujar Galih.

Ia menjelaskan bahwa program 2026 menjadi perhatian besar, terutama menghadapi Asian Games 2026 di Nagoya, Jepang
“Sorotan utama kami adalah Asian Games Nagoya. Selain itu ada beberapa program lain yang harus kami siapkan secara matang,” katanya.
Galih menekankan pentingnya kesiapan berkelanjutan bagi Timnas Padel Indonesia. Tim yang sudah terbentuk akan kembali menjalani seleknas untuk menambah kekuatan.
PBPI memperkirakan akan ada empat nomor yang dipertandingkan di Nagoya—dua nomor tambahan di beregu putri—sehingga jumlah atlet yang harus disiapkan menjadi lebih banyak.
“Kalau benar ada empat nomor, berarti akan ada penambahan empat atlet dari tim Doha. Total bisa mencapai 20 atlet,” ujar Galih.
Galih juga memaparkan agenda persiapan timnas yang sudah disusun, termasuk rencana uji coba dan training camp (TC).
“Ada banyak program untuk timnas, seperti uji coba. Saat ke luar negeri kemarin, banyak negara yang mengajak friendly match—Jepang, Saudi, hingga beberapa negara Eropa seperti Slovenia,” ungkapnya.
“Tahun depan juga ada event di Thailand yang bisa dimanfaatkan untuk persiapan. Minimal ada enam ajang FIP yang bisa diikuti,” tambahnya.
Mengenai persaingan Asian Games, Galih menyebut peta kekuatan akan lebih dinamis.
“Peta persaingannya mirip dengan Doha, tapi ada negara yang belum kami temui seperti Taiwan, Hong Kong, dan Malaysia yang baru bergabung. Pasti peta kekuatan berubah
Tim putra harus diperbaiki, tim putri harus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Prestasi kemarin membuat negara lain mewaspadai Indonesia,” tegasnya lagi.
Peluang Masuk DBON: "Kami Siap Bersaing Sehat Lewat Prestasi:
Menanggapi peluang padel masuk DBON, Galih menyampaikan bahwa proses tersebut berada di kewenangan Menpora.
“Kemarin kami sudah audiensi dan dijelaskan panjang lebar. Kalau tidak salah, Presiden sudah menugaskan Menpora bahwa DBON itu dinamis—ada promosi dan degradasi tergantung prestasi,” ucapnya.
“Saya berharap padel bisa masuk jika tahun depan kami bisa membuktikan prestasi. Ini persaingan sehat. Bukan berharap ada yang keluar, tapi kami ingin menunjukkan bahwa padel layak,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa padel bukan sekadar olahraga tren. “Walaupun dianggap olahraga fomo, kami sudah membuktikan diri dengan prestasi,” katanya.
Target 2026 dan Peluang Menuju Olimpiade
Galih menegaskan bahwa dirinya tidak ingin memberi tekanan berlebih kepada atlet, namun tetap optimistis.
“Saya tidak ingin memberi pressure, tapi saya percaya atlet-atlet kita bisa menjadi cabang olahraga berprestasi. Tahun depan banyak peluang—di ASEAN, Asia, hingga dunia. Ada potensi besar,” jelasnya.
Ia juga menyinggung peluang jangka panjang menuju Olimpiade. “Kalau bicara Olimpiade, kita tahu target 2032. Qatar juga akan memasukkan cabang ini. Yang belum pasti adalah Los Angeles 2028—apakah inklusi padel di Nagoya bisa dibawa ke LA. Kalau iya, Indonesia punya kans besar karena kita sudah bicara dengan KOI dan telah mendapat formulir keanggotaan untuk mengikuti Asian Games,” tutup Galih.
Rakernas pertama PBPI ini menjadi langkah awal untuk memperkuat pondasi organisasi, meningkatkan prestasi, sekaligus membuka jalan padel Indonesia menuju panggung internasional yang lebih besar.





