KABARINDO, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengutuk serangan unilateral Israel atas Iran yang telah menimbulkan korban kemanusiaan yang besar, dan berpotensi mengundang keterlibatan pihak-pihak lain, termasuk negara-negara besar.
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf di Jakarta pada Sabtu, menyatakan bahwa perang ini menjadi ancaman yang berbahaya terhadap kemanusiaan, keamanan dan stabilitas internasional.
"PBNU mengutuk serangan unilateral Israel terhadap Iran yang memicu eskalasi konflik militer di kawasan, dan meminta Israel mengakui hak Iran sebagai negara yang berdaulat untuk mempertahankan diri," ujar dia.
Yahya juga menyatakan keprihatinan PBNU terhadap korban kemanusiaan yang terjadi akibat eskalasi konflik militer ini dan khawatir dengan potensi dampak global yang mengiringinya.
Oleh karena itu, PBNU mendesak semua pihak untuk mengupayakan de-eskalasi konflik dan melakukan gencatan senjata sesegera mungkin, serta meminta Pemerintah Republik Indonesia mengambil langkah-langkah politik internasional sebagai kontribusi untuk mengupayakan solusi.
"PBNU juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera bertindak sebagai otoritas pemelihara tatanan internasional guna membendung konflik-konflik militer yang marak di berbagai kawasan dewasa ini (Rusia-Ukraina, Pakistan-India, termasuk Iran-Israel) demi keamanan dan stabilitas global," ucap Yahya.
Ia juga mengajak segenap warga NU, kaum Muslimin, dan seluruh umat manusia dari latar belakang kebangsaan atau agama manapun untuk turut memanjatkan doa dan memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa demi perdamaian, keselamatan peradaban dan kemanusiaan.
Diplomat tinggi Iran pada Jumat (20/6), menyatakan tuduhan bahwa Israel melancarkan 'perang yang sewenang-wenang dan kriminal" dan meminta masyarakat internasional mengutuk tindakan yang disebutnya "agresi yang kejam".
Menteri Luar Negeri Sayed Abbas Araghchi, saat berbicara di hadapan Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa mengatakan Iran, negara dengan populasi hampir 100 juta jiwa, saat ini menghadapi tindakan agresi terang-terangan oleh rezim yang telah melakukan genosida di Palestina selama dua tahun terakhir.
Dia menyebut serangan Israel, yang dimulai minggu lalu, menargetkan kawasan permukiman, infrastruktur publik, rumah sakit, pusat kesehatan, dan tentu saja Kementerian Luar Negeri.