KABARINDO, BAGHDAD – Dilansir dari kantor berita AFP, badan-badan PBB memperingatkan bahwa sedikitnya 519 anak telah tewas atau terluka oleh ranjau darat dan persenjataan yang tidak meledak di Irak dalam lima tahun terakhir.
"Lebih dari 80 persen anak-anak yang terkena dampak adalah anak laki-laki," kata kelompok hak asasi manusia UNICEF, badan anak-anak dunia; dan Layanan Pekerjaan Ranjau Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNMAS) dalam sebuah pernyataan bersama pada Senin malam (4/4).
Mereka menambahkan bahwa anak laki-laki "terdampak secara tidak proporsional akibat insiden pekerja anak, seperti menggembalakan hewan atau mengumpulkan besi tua untuk dijual".
Pernyataan itu mengatakan meskipun Irak tidak "menderita konflik terbuka" selama beberapa tahun terakhir, "efek senjata peledak akan terus bergema selama bertahun-tahun yang akan datang".
Sebuah laporan oleh badan amal Humanity & Inclusion mengatakan: "Irak dianggap sebagai salah satu negara yang paling terkontaminasi oleh bahan peledak di dunia," dengan lebih dari 3.225 kilometer persegi tanahnya terkontaminasi dengan persenjataan yang belum meledak.
Kebanyakan ranjau dan senjata yang belum meledak itu ada di dekat perbatasan dengan Iran, Kuwait dan Arab Saudi, serta semua wilayah di mana Irak telah terlibat dalam konflik bersenjata selama empat dekade terakhir.
Selain perang dengan Iran antara 1980-1988 dan Perang Teluk pertama yang dipicu oleh invasi mereka ke Kuwait pada 1990, antara 2014 dan 2017 militer Irak (didukung oleh koalisi internasional) berperang melawan kelompok ISIS/DAESH.
Dalam pernyataan bersama, UNICEF dan UNMAS mendesak "semua pihak untuk mempercepat setiap upaya untuk membersihkan ranjau yang ada dan persenjataan yang belum meledak" dan meminta "semua pihak untuk mempercepat upaya mereka untuk menghilangkan ranjau dan sisa-sisa bahan peledak, untuk memperkuat bantuan korban dan untuk mendukung hak-hak anak. menuju lingkungan yang aman, tenteram dan terlindungi”.
***(Sumber: AFP/France24; Foto: Dirayuna/AFP)