KABARINDO, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gempa bermagnitudo 5,3 pada Minggu sore di Samudra Hindia selatan Pacitan, tidak berkaitan dengan rentetan aktivitas gempa swarm tektonik di zona subduksi selatan Jawa Timur.
"Gempa ini juga tidak berkaitan dengan rentetan aktivitas gempa swarm tektonik di zona subduksi selatan Jawa Timur yang berlangsung sejak tanggal 9 Juli 2022 hingga 11 Juli 2022 yang termonitor oleh BMKG sebanyak 146 kali gempa berkekuatan kecil," ujar Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Sabtu.
Daryono menerangkan gempa tersebut juga tidak berkaitan dengan gempa Tasikmalaya – Pangandaran yang terjadi tadi malam pukul dan 22.05 WIB dengan Magnitudo 4,5 kedalaman 62 km yang mengguncang Jawa Barat bagian selatan.
Episenter gempa di laut (Samudra Hindia) pada jarak 117 km arah Barat Daya Kota Pacitan, Jawa Timur dengan kedalaman hiposenter 40 km..
"Gempa selatan ini terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Pulau Jawa. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa yang terjadi memiliki mekanisme sumber kombinasi pergerakan geser - naik (oblique thrust)," kata Daryono.
Gempa tersebut dirasakan oleh warga di Nganjuk, Karangkates, Bantul, Wonogiri, Trenggalek, Pacitan, Sleman, Jember dengan skala intensitas II MMI dengan diskripsi getaran dirasakan oleh warga, hingga benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena magnitudonya yang relatif kecil untuk menciptakan deformasi batuan dasar laut yang mampu mengganggu kolom air laut. Hingga pukul 17.00 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa susulan (aftershock).