OJK Jatim Berhasil Tingkatkan Akses Keuangan Masyarakat, Total Simpanan Rp.4,66 Triliun dalam 8,77 Juta Rekening
Surabaya, Kabarindo- Program inklusi seperti Kredit/Pembiayaan Melawan Rentenir (K/PMR) dan Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) berhasil meningkatkan akses keuangan Masyarakat dengan total simpanan mencapai Rp.4,66 triliun dalam 8,77 juta rekening.
Hal ini disampaikan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur, Yunita Linda Sari, dalam media briefing dengan tema “Memperkuat Pilar Nusantara melalui Sinergi Jawa Timur dalam Menjaga Stabilitas, Menavigasi Tantangan dan Mendorong Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan”. Kegiatan ini diadakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur (BI Jatim) berkolaborasi dengan OJK Jatim, Kantor LPS II Jawa Timur dan Kementerian Keuangan di Provinsi Jawa Timur.
Yunita mengatakan, OJK Jatim juga aktif dalam meningkatkan literasi dan inklusi keuangan melalui program Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN), yang telah menjangkau lebih dari 288.000 peserta. Selain itu, Program Desa Ekosistem Keuangan Inklusif (Desa EKI) diimplementasikan di berbagai wilayah untuk mendorong kemandirian ekonomi berbasis komunitas.
Perrtumbuhan perbankan Jatim solid
Perbankan Jawa Timur memiliki permodalan yang kuat dengan risiko kredit terkendali. Secara umum kinerja intermediasi perbankan terus melanjutkan tren pertumbuhan secara yoy, baik penghimpunan dana pihak ketiga maupun penyaluran kredit.
Linda mengatakan sampai dengan Maret 2025, kinerja sektor perbankan Jatim menunjukkan pertumbuhan yang solid dengan peningkatan kredit sebesar 6,37% (yoy) mencapai Rp.609 triliun dan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 2,94% (yoy) menjadi Rp.793 triliun.
Ia menjelaskan, stabilitas perbankan juga tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) yang termitigasi 3,29% dan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat sebesar 30,43%. Rasio likuiditas perbankan juga tetap terjaga dengan AL/DPK sebesar 11,16% (threshold 10%) dan AL/NCD sebesar 52,62% (threshold 50%). Hal ini menunjukkan ketahanan sektor perbankan terhadap risiko likuiditas.
Linda mengatakan, kinerja pasar modal semakin berkembang. Hal ini tercermin dari pertumbuhan jumlah emiten, total penghimpunan dana melalui IPO, jumlah penerbit SCF dan total penghimpunan dana melalui SCF. Pasca pandemi Covid-19, pertumbuhan emiten dari Jatim sangat menggembirakan, tercermin dari jumlah emiten yang bertambah dari 38 perusahaan/emiten pada 2019 menjadi 58 perusahaan per Maret 2025.
“OJK di Jatim selalu berupaya meningkatkan pengembangan pasar modal melalui kolaborasi dengan Bursa Efek Indonesia dan LJK dengan melakukan edukasi pengembangan industri yang potensial untuk melakukan IPO, pengenalan alternatif pendanaan melalui SCF, serta pengenalan investasi dan waspada investasi bagi para investor pemula. Hal ini menjadikan Jatim provinsi terbanyak ketiga secara nasional untuk total investor dengan total Single Investor Identification (SID) sebesar 1,8 juta,” paparnya.
Yunita menambahkan, kepercayaan masyarakat untuk menggunakan produk asuransi semakin meningkat. Premi asuransi tumbuh 1,19% secara yoy menjadi Rp.20,83 triliun pada triwulan IV-2024 dengan komposisi premi asuransi jiwa sebanyak Rp.15,89 triliun (share 76,31%) dan premi asuransi umum sebesar Rp.4,93 triliun (share 23,69%). Untuk industri Dana Pensiun, di Jatim terdapat 10 Dana Pensiun dengan total aset netto per Maret 2025 sebesar Rp.4,36 triliun. Sedangkan untuk industri penjaminan, terdapat 1 KP perusahaan penjaminan dengan total outstanding penjaminan per Maret 2025 sebesar Rp.8,13 triliun.
Kondisi lembaga pembiayaan, perusahaan modal ventura, lembaga keuangan mikro dan lembaga jasa keuangan lainnya (PVML) menunjukkan tren positif yang ditunjukkan dengan pertumbuhan pembiayaan, outstanding fintech lending, pembiayaan pergadaian swasta dan LKM/S, serta penyertaan/pembiayaan perusahaan modal ventura.
Per Maret 2025, total pembiayaan yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan tumbuh 6,11% yoy menjadi sebesar Rp.47,32 triliun. Pertumbuhan juga terjadi untuk outstanding pembiayaan fintech lending menjadi sebesar Rp.10,03 triliun atau tumbuh 27,66% yoy. Sementara itu, penyaluran pembiayaan modal ventura dan gadai tumbuh masing-masing sebesar 16,56% dan 55,03% secara yoy per Maret 2025. Sedangkan untuk pembiayaan oleh LKM/S tumbuh sebesar 6,42% yoy per Desember 2024. Non-Performing Financing (NPF) Gross perusahaan pembiayaan dan tingkat wanprestasi 90 hari untuk fintech lending masih terjaga yaitu sebesar 2,92% dan 2,98%.
Yunita menekankan, OJK Jatim berkomitmen untuk terus memperkuat sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan. Fokus OJK adalah memastikan stabilitas sistem keuangan, meningkatkan literasi dan inklusi keuangan, serta mendorong inovasi di sektor jasa keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Melalui penguatan sinergi, inovasi dan regulasi yang adaptif, OJK Jatim optimis dapat berkontribusi signifikan dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan,” katanya.