Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Berita Utama > Mengenang Puang Hj Lu’luiyah binti Muhammad Kasim

Mengenang Puang Hj Lu’luiyah binti Muhammad Kasim

Berita Utama | Rabu, 8 Maret 2023 | 18:56 WIB
Editor : Orie Buchori

BAGIKAN :
Mengenang Puang Hj Lu’luiyah binti Muhammad Kasim

Dalam rangka mengenang 100 hari wafatnya almarhumah Puang Hajjah Lu'luiyah binti H. Muhammad (1 Desember 2022-10 Maret 2023)

Oleh: Munadjat Mubarak

KABARINDO, JAKARTA - Nama setiap insan sejatinya mengandung makna dan do'a untuk yang bersangkutan, mempunyai pengharapan oleh kedua orangtuanya atau orang khusus yang telah memberikan nama kepadanya.

*Lu'lu'an* atau *lu'lu'iyah* dalam pengertian harfiah adalah *mutiara* yang mempunyai sifat yang unik dimana warnanya akan terlihat memiliki tone atau gradasi warna yang memukau, mempunyai karakter dan ciri spesifik yang berbeda dengan batu permata lainnya, dan proses terbentuknyapun berdurasi cukup lama bahkan puluhan tahun sampai dengan ratusan tahun.

Oleh karena itu mutiara  *bernilai sangat tinggi* yang tak ada tandingannya, bahkan menjadi *simbol kebanggaan* sekaligus melambangkan *kesempurnaan.*

Lebih jauh kata *lu'lu'an* tercantum dalam *Al Qur'an* beberapakali, antara lain:
*1. Surah Al Hajj (haji), QS: (22:23)*
Mengandung makna bahwa "Sungguh Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka diberi perhiasan di sana berupa gelang-gelang yang terbuat dari emas dan *mutiara,* dan pakaian di sana dari sutera";

*2. Surah Fatir (pencipta), QS: (35:33)*
Yang terjemahannya adalah "Mereka akan mendapatkan surga 'adn, mereka masuk ke dalamnya, mereka diberi perhiasan di dalamnya berupa gelang-gelang dan emas dan *mutiara*, dan pakaian di dalamnya adalah sutera";

*3. Surah At Tur (bukit), QS: (52:24)*
Yang maksudnya "Dan berkeliling disekitar mereka anak-anak muda untuk mereka, seakan-akan mereka itu *mutiara* yang tersimpan";

*4. Surah Ar Rahman (yang maha pemurah), QS: (55:22)*
Yang artinya "Keluar dari keduanya *mutiara* dan marjan"
Ayat sebelumnya (19-21) menerangkan bahwa (19) "Dia membiarkan mengalir dua laut keduanya bertemu; (20) Diantara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing; (21)Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan";
Setelah ayat (22) dimaksud diulang lagi sama dengan ayat (21) yakni ayat (23)"Maka yang manakah nikmat Tuhanmu yang kamu dustakan";

*5. Surah Al Insan (manusia), QS: (76:19)*
Yang maknanya "Dan mengelilingi kepada mereka pemuda-pemuda yang tetap muda, apabila kamu melihat mereka kamu akan mengira mereka *mutiara* yang bertaburan;

*In memoriam* dimulai dari masa anak-anak (usia SD) yang terekam dalam ingatan saya bahwa almarhumah sangat perhatian dan penuh kehangatan. Waktu itu sebagai bagian dari keluarga, saya ikut ayah (a'ba) bersilaturrahim ke rumah beliau di tanjung batu majene untuk bertemu dengan keluarga *Alm Puang Pa'bicara Kambo* (masih saudara dengan ayah saya), disana saya merasakan kehangatan seorang ibu terhadap anak sekaligus sangat familiar terhadap siapapun, apalagi terhadap tamu dari keluarga sendiri.

Mengenang Puang Hj Lu’luiyah binti Muhammad Kasim

Menginjak usia remaja, saya lebih intens ke rumahnya, sebab putra tunggalnya atas nama *Syafruddin* remaja, kami sama-sama satu kelas, satu group belajar, mulai dari kelas 1, 2, 3 SMP II (1973-1976) sampai dengan kelas 1, 2, 3 SMA 165 (1976-1980) yang keduanya berada di kota Majene.
Selama kurang lebih 6 tahun itu, pastilah sering ke rumah beliau dan tentunya biasa berinteraksi dengan beliau sebagai anak dengan orangtua. 

Masih teringat kuat dalam benak saya bahwa sewaktu SMP teman yang sering datang adalah sebatas teman laki-laki, nanti setelah SMA barulah teman-teman yang sering hadir di rumah panggung waktu itu adalah selain kawan laki-laki (6 org lebih) juga ada teman-teman wanita (4-5 org), dan ini terjalin sepanjang waktu sampai dengan saat ini, *Alhamdulillah.*
Kesan yang terindah dengan almarhumah yang tak akan terlupakan adalah *kita semua dianggap sebagai anaknya sendiri,* sebagaimana layaknya anak dan ibu, perhatiannya luar biasa, kasih sayangnya mendalam, dan kepeduliannya sangat tinggi, *MasyaAllah TabarakAllah.*

Seiring berjalannya waktu, kami yang berteman akrab, istilah saya *sahib (sahabat karib)* sebagian besar lanjut ke perguruan tinggi dan selanjutnya menata karier masing-masing, dan sebagian kecil lagi menjadi ibu rumahtangga dan ada pula yang berwirausaha, sekaligus menjadi orangtua yang membesarkan dan mendidik anak-anaknya untuk meniti prospek masa depannya masing-masing.
Diantara yang lanjut ke Perguruan Tinggi ada yang alumni ITB, IPB, Unhas, Unlam, IKIP (UNM sekarang), UMI dan lainnya, serta satu-satunya yang lanjut ke AKABRI (dahulu) atau AKMIL dan AKPOL (sekarang) adalah anak kesayangan, putra kebanggaan, serta harapan ibu dan keluarga bernama *Syafruddin* sang pemuda simpatik, yang kelak menjadi *Wakapolri dan Menpan RB* dikemudian hari, serta pemimpin berbagai organisasi pendidikan, kemasyarakatan dan keagamaan yang berkiprah tidak saja ditingkat nasional tetapi sampai ketingkat internasional.

Nah, salahsatu bentuk kasih sayang terhadap anak yang tetap terlihat adalah senantiasa meluangkan waktu untuk *menyiapkan khusus makanan kesukaan putra tersayangnya,* misalnya lauk tradisional: bau piapi (ikan masak ala mandar), penja tu'mis (ikan seribu yg kering digoreng tumis), dan do'ayu bue (sayur santan kacang ijo), begitu pula kue tradisional favorit, antara lain: sirikaya, buarangas, bikang (surabi), dan uleule' tarreang (semacam  bubur pake gula merah mandar), dan seterusnya. 
Kesemuanya ini terekam dalam berbagai kesempatan, terakhir sewaktu perbincangan saya dengan beliau (almarhumah) di rumah jabatan Kapolda Kalsel di Banjarmasin dan di rumah dinas Menpan RB di Jakarta

Almarhumah dalam memberikan kasihsayang, kepedulian, dan perhatian, *rupanya tidak terbatas kepada putranya dan anak-anaknya (saudara sebapak, saudara sesusu, saudara kerabat, teman-teman putranya),* tapi lebih dari itu *kepada siapapun yang memerlukan pertolongan, bantuan, dan perhatian.*
Sampai dengan saat ini, sudah banyak memberikan infaq dan sadaqah berupa *santunan* kepada kaum duafa', fisabilillah, anak sekolah, mahasiswa, dan masyarakat; 
Juga tak terhitung besarnya *sumbangan atau donasi* yang telah disalurkan kepada pondok pesantren, panti asuhan, pembangunan mesjid/musholla diberbagai tempat di sulawesi, kalimantan dan jawa serta berbagai tempat di Indonesia;
Bahkan sampai ke timur tengah sekalipun, khususnya *di jalur gaza Palestina* yang telah mensuplai air bersih secara rutin di wilayah tersebut sebagai salahsatu kebutuhan mendasar dan vital;
Demikian pula sudah ratusan orang yang telah diberangkatkan menunaikan *ibadah haji,* bahkan ribuan orang pula yang sudah diberangkatkan *ibadah umroh.*
*Subhanallah,* semoga menjadi amal jariyah bagi almarhumah untuk bekal berharga di alam barzah dan di alam akhirat nanti, *Insya Allah;*

Buah kasihsayang yang tulus, hasil dari perhatian yang penuh, dan efek dari kepedulian yang tinggi, *akan melahirkan suatu keberkahan dan kerahmatan dari Allah SWT* yang tentunya tercurah kepada setiap hambaNya yang berbuat kebaikan. Bukankah dalam *sabda Rasul* disebutkan bahwa ibarat setiap benih kebaikan yang ditanam akan menumbuhkan pohon/batang yang kelak akan bercabang tujuh, setiap cabangnya akan tumbuh 100 butir benih kebaikan, sungguh maha besar Tuhan yang telah melimpakan rahmatNya, maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?

Buah, berkah dan rahmat itu tidak hanya diperoleh di alam barzah dan di akhirat kelak, namun di duniapun sudah bisa dirasakan.

Hal ini tergambar dalam dua kesempatan yang berbeda, sewaktu beliau melaksanakan *ibadah haji dan ibadah umroh,* diceriterakan bahwa:

Waktu pelaksanaan ibadah haji diberitakan akan terjadi cuaca yang ekstrim, dimana badai gurun pasir dengan kecepatan angin yang cukup dahsyat, dan akan menimpa beberapa wilayah termasuk kawasan Armina (arafah dan mina) yang menurut BMKGnya Arab Saudi akan terjadi beberapa jam mendatang, pada saat itu pasukan pengamanan elit kerajaan dengan pakaian seragam militer mendatangi kemah yang ditempati *ibunda Komjen Dr H Syafruddin,* dengan menyebut nama dan memanggil-manggil serta mencarinya: *"Ya Ummi... ummi...hajjah Lu'luiyah, hajjah....hajjah",* mendengar suara itu dengan bercampur aduk rasa waswas, heran dan kaget, apa gerangan ada militer arab yang mencariku, satu jawaban isyarat hanya bisa dilakukan (tanpa berkata apa-apa, karena harus menjawabnya dalam bahasa arab) *dengan mengangakat tangannya (maksudnya adalah sayalah rupanya orang yang dicari)*.

Dengan sigap, cekatan, gercep tetapi tetap santun dan hormat kepada ummi, langsung mengamankan dan memindahkan ke tempat yang lebih save dan aman (tempat khusus kerajaan yang berada juga dikawasan perkemahan). *Alhamdulillah, safety!*

Pada momen lain sewaktu melaksanakan *ibadah umroh* bersama rombongan keluarga dan kerabat, putranya *pak Jendral Syaf akan menyusul.* 

Tanpa ada pemberitahuan sebelumnya bahwa ibundanya akan dipindahkan dari hotel ke istana raja di Mekkah (persis di samping mesjidil haram di kota mekkah al mukarramah), ini semua dilakukan atas perintah istana raja dan petinggi ulama rabitah alam al islami langsung dari Riyadh.
Singkat cerita datanglah pak Syaf menyusul ke mekkah untuk bergabung dengan rombongan ibundanya setelah finally kunjungan kerja kebeberapa negara.

Saat itu terjadi dialog dan negosiasi antara pak Syaf dengan pihak protokoler kerajaan arab saudi, intinya pak Syaf dijemput dan akan langsung dibawa ke istana raja di Mekkah, tentu pak Syaf bersikukuh dan agak keberatan dengan tawaran itu, dengan tegas dikatakan bahwa akan tinggal di hotel (dengan maksud akan bergabung dengan ibunda tercinta), tapi pihak protokoler juga ngotot akan membawanya ke istana raja (karena ini adalah perintah istana), setelah nego barulah pak Syaf okekan untuk ke istana namun setelah itu minta diantar ke hotel.

Singkat waktu tibalah dipintu istana dengan disambut protokol istana, paspampresnya istanalah, namun sungguh kaget dan heran bercampur kekaguman, karena yang menyambut selain mereka, ada *sosok perempuan yang sepuh duduk di atas kursi roda,* tak lain ia adalah ibundanya sendiri, dengan berucap "Ibu (mama) kenapa bisa ada disini", dijawabnya dalam bahasa daerah yang artinya "saya juga heran ada rombongan pasukan berseragam dan ada juga yang berpakaian arab datang menjemputku di hotel dan membawaku ke sini (istana raja)", tentu dengan pengharapan nantinya akan dipertemukan anaknya disana.

Dua peristiwa ini sengaja dituliskan untuk menggambarkan *secercah curahan rahamatNya* yang perlu disyukuri karena ada kemungkinan ini adalah salahsatu buah kebaikan dari berbagai amal perbuatan yang telah dilakukan selama ini, betapa tidak Ia bukanlah seorang presiden ataupun pejabat negara, bukan pula seorang ratu dari kerajaan suatu negara, bahkan bukan juga tamu negara dari pemerintah indonesia, tetapi beliau adalah seorang Ibu yang datang beribadah di tanah suci secara pribadi bersama rombongannya, *tiba-tiba mendapatkan perlakuan istimewa dan fasilitas yang wah,* layaknya rombongan kepresidenan dari suatu negara tertentu, *Subhanallah.*

Demikian pula disaat *tawaf* dan mencium *hajar aswad* mendapatkan prioritas, kemudahan dengan penjagaan dan pengamanan yang super ketat dari para askar yang bertugas di mesjidil haram.

Begitu juga pada saat *ziarah di makam Rasul dan taman Raudah* di mesjid nabawi al musyarrafah yang berada di kota madinahtul munawwarah.
Bahkan sempat pula bertanya-tanya dan terkagum-kagum dari segelintir orang yang bertugas baik para askar maupun petugas lainnya, sampai mengatakan bahwa, sepanjang yang dilihat, selama yang diketahui, hal sedemikian belum pernah terjadi ada tamu peziarah yang teristimewa seperti kali ini, antara lain karena bisa masuk di area makam rasul berikut kursi rodanya, tanpa protokol yang ketat. *MasyaAllah TabarakAllah.*

Kembali kemakna dan arti sesungguhnya kata *mutiara*, yakni : *kemuliaan, keagungan, kebanggaan, dan kesempurnaan.* Itu semua bagi hamba Allah almh Hj Lu'luiyah telah diperoleh di dunia seberkas sinar Cahaya rahmat dan keberkahan dari TuhanNya, kita bedo'a semoga berlanjut ke alam barzah dan kelak diakhirat nanti mendapatkan juga syafa'atNya, *Insya Allah.*
Rabbigfirlaha warhamha waafiha wa'fuanha
Amin YRA. Foto: Istimewa

*) Almh Puang Hj Lu'luiyah binti H Muhammad Kasim adalah isteri dari Puang Pa'bicara Kambo, juga adalah ibu kandung dari Bapak Komjen Pol (Pur) Dr (HC) H. Syafruddin Kambo, MSi.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER