KABARINDO, JAKARTA -- Lebih dari 90.000 orang atau sekitar empat persen penduduk Gaza tewas, terluka atau hilang, kata lembaga pengawas hak asasi manusia (HAM) yang berpusat di Jenewa, Swiss. Lembaga tersebut, Euro-Med Human Rights Monitor, mengatakan pada Jumat bahwa serangan darat, laut, dan udara yang dilancarkan Israel telah menghancurkan sekitar 70 persen infrastruktur sipil di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Lembaga pengawas itu menuding Israel telah membuat Jalur Gaza menjadi tak berpenghuni. “Israel membuat ratusan ribu warga sipil mengungsi secara paksa,” kata Euro-Med Human Rights Monitor lewat pernyataannya, Sabtu (6/1/2024), dikutip dari Anadoulu.
Menurut Euro-Med, ratusan jenazah yang tidak dapat dijangkau masih tergeletak di jalan, khususnya di lokasi tentara Israel melakukan serangan darat. uro-Med mengatakan serangan Israel adalah sebuah “upaya nyata” untuk memperluas wilayah mereka sampai mencakup seluruh Jalur Gaza.
Gempuran Israel itu juga disebutkan mencabut keberadaan sebagian besar penduduk yang melanggar hukum internasional, yang menurut lembaga tersebut “kemungkinan merupakan kejahatan perang, kejahatan terhadap manusia, dan genosida." Sambil merujuk pada laporan bahwa Israel lebih sering melarang masuk pasokan kemanusiaan ke Jalur Gaza, Euro-Med mencatat bahwa Israel menggunakan “kelaparan sebagai senjata.”
Pihaknya kembali menegaskan tuntutan bagi pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan jaksa Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menyelidiki “pelanggaran yang sudah banyak didokumentasikan sejak Israel memulai perang genosida mereka di Gaza.” Israel terus melancarkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas dilakukan oleh Hamas pada 7 Oktober.
Sedikitnya 22.600 warga Palestina tewas dan 57.910 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan Gaza. Sementara itu, hampir 1.200 orang Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas. Serangan intens Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza. Sekitar 60 persen infrastruktur di sana rusak atau hancur, dan hampir dua juta penduduk mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan. Red dari berbagai sumber