Masyarakat Indonesia Lebih Menyukai Konten Podcast dengan Video. Peluang Monetisasi Lebih Luas bagi Kreator
Surabaya, Kabarindo - Menurut penelitian terbaru Populix, saat ini masyarakat Indonesia cenderung lebih menyukai konten podcast dengan video ketimbang audio saja. Hal ini membuka peluang monetisasi yang lebih luas bagi para kreator podcast, namun pada sisi lain berisiko menurunkan kualitas konten yang dihasilkan. Topik ini dibahas secara mendalam pada sesi Podcast Day Asia di gelaran Radiodays Asia 2025 di Jakarta baru-baru ini.
Indah Tanip, VP of Research Populix, mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia saat ini cenderung lebih menyukai konten podcast dalam bentuk video daripada konten yang berupa audio/suara saja. Dibandingkan dengan data Populix tahun 2023, penikmat podcast format audio berkurang lebih dari setengahnya.
“Dua dari tiga penikmat video podcast mengaku menonton keseluruhan video dari awal hingga akhir. Sebagian lainnya mengaku lebih selektif dan hanya memilih menonton video ketika tertarik dengan bintang tamu yang dihadirkan. Hal ini menunjukkan ketertarikan kuat audiens dengan format video, khususnya jika didorong dengan narasumber yang menarik,” jelasnya pada Senin (8/9/2025).
Temuan ini disambut oleh Ron Baetiong, Founder dan CEO Podcast Network Asia, produsen podcast terbesar di Filipina yang memproduksi, mengembangkan dan mendorong monetisasi podcast dengan bantuan teknologi.
“Podcast saat ini tidak hanya memanjakan telinga saja. Dibutuhkan sspek visual yang memperkaya pengalaman audiens, juga membuka peluang bisnis podcast lebih jauh lagi. Tidak hanya adlibs (iklan yang dibacakan), kreator podcast juga dapat menunjukkan produk yang mereka iklankan maupun sekadar memampang logo produk dalam video mereka,” ujarnya.
Menurut Ron, ada beberapa peluang monetisasi yang dapat dilakukan di era ini, seperti product placement, menaruh produk makanan, minuman atau mengenakan pakaian di dalam video. Beberapa platform bahkan memampukan para kreator podcast untuk mendapatkan komisi affiliate dengan menyantumkan link penjualan produk di video podcast mereka. Saat ini audiens juga mulai tak ragu untuk berlangganan konten podcast berbayar, bahkan memberikan tips/donasi untuk kreator favorit mereka.
James Cridland, Editor Podnews dan Radio Futurologist, menambahkan iklan di podcast saat ini sudah mulai dilirik oleh berbagai merek. Menurut data Magellan AI, nilai belanja iklan di podcast pada paro pertama 2025 meningkat 28% dibanding tahun sebelumnya, dan diprediksi akan terus meningkat hingga akhir tahun.
“Hal ini menunjukkan peningkatan kesejahteraan para kreator podcast. Namun demikian, layaknya pedang bermata dua, muatan iklan dalam konten podcast berpotensi menurunkan kualitas konten dan pengalaman pendengar, serta menciptakan ketergantungan kreator pada pengiklan,” ujarnya.
Cridland menekankan pentingnya para kreator untuk tetap menjaga ownership serta kualitas podcast yang mereka buat. Karena pada akhirnya, para pendengarlah yang akan memiliki andil besar dalam keberlanjutan podcast mereka. Dari berbagai cara monetisasi, James cenderung menyarankan bentuk langganan sebagai pilihan monetisasi paling “aman” bagi para kreator.
“Saat ini semua orang bisa mendengarkan podcast tanpa batasan genre tertentu. Banyak kantong-kantong pendengar bahkan dengan topik yang spesifik sekalipun, contohnya Horses in the Morning, sebuah podcast yang secara khusus berbicara tentang kuda dengan pendengar di lebih dari 90 negara. Kuncinya ada di bagaimana cara kreator mengemas informasi dan menyampaikan cerita mereka agar mudah dan menarik untuk disimak oleh para pendengar,” ujar Cridland.
Indah Tanip menerangkan, menurut penelitian Populix, masing-masing pendengar podcast memiliki preferensi konten berbeda. Generasi milenial lebih tertarik dengan topik yang berat, seperti politik, berita dan motivasi. Sedangkan gen Z yang lebih muda, tertarik dengan konten ringan seperti komedi dan hiburan, dengan durasi podcast yang lebih singkat. Diperlukan strategi khusus untuk menjangkau masing-masing target pendengar dengan perspektif dan persona berbeda tersebut.
“Harapannya data yang kami sampaikan dan diskusi mengenai masa depan industri podcast ini dapat mendukung perkembangan dan keberlanjutan industri hiburan audio di Indonesia. Juga menginspirasi para pencerita di seluruh Indonesia untuk mengembangkan potensi mereka melalui podcast,” ujarnya.
Laporan terbaru Populix “How People Enjoy Podcasts in Daily Life” secara khusus mengupas preferensi para pendengar podcast di Indonesia. Penelitian ini dilakukan melalui sebuah survei kepada 1.100 generasi milenial dan Z di seluruh Indonesia pada Juni 2025. Jumlah responden laki-laki dan perempuan seimbang, mayoritas pekerja dengan status ekonomi menengah ke atas dan tinggal di Pulau Jawa.
Foto: istimewa