KABARINDO, JAKARTA -- Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung sekaligus aktivis asal Gaza, Mohammed Adham Matar telah ditangkap Israel saat menjadi relawan di salah satu rumah sakit di Gaza. Kepulangan mahasiswa asal Palestina ini ke kampung halamannya di Gaza untuk membantu keluarga dan rakyatnya.
Baru-baru ini, teman seangkatannya di Pascasarjana UIN Bandung, Budiman Firmansyah menerima kabar menyedihkan. Syekh Matar, demikian panggilan akrabnya,
"Kabar terbaru hari Sabtu saya WA dan tanya kabar beliau. Tapi tidak balas-balas. Ternyata kata istrinya beliau dipenjara di Israel, terus ngirim foto-fotonya ke saya," ujar Budiman saat dikonfirmasi salah satu media, Selasa (6/2/2024).
Berdasarkan keterangan istrinya, menurut Budiman, Syekh Matar sudah ditahan 10 hari lebih oleh tentara Israel. Istrinya juga memohon agar teman-temannya yang ada di Indonesia turut mendoakan Syekh Matar.
"Nah saya juga kaget, sedih juga. Padahal kan beliau relawan kesehatan. Beliau juga seorang penceramah, soerang ulama di sana itu. Bahkan beliau ngajar di Universitas Gaza juga dan alumni Universitas Gaza," ucap Budiman.
Dia pun berharap, ada diplomat internasional yang bisa mengupayakan agar Syekh Matar dikeluarkan dari Israel, sehingga bisa kembali ke Indonesia san melanjutkan pendidikannya.
"Mudah-mudahan bisa kembali lagi ke Indonesia sebagai pelajar program doktoral di Indonesia. Harapan saya seperti itu. Semoga ada diplomasi internasional untuk beliau agar bisa dikeluarkan dari penjara yang ada di Israel," kata Budiman.
Budiman sendiri pertama kali mengenal Syekh Matar saat masuk program doktoral S3 di Pasca Sarjana UIN Bandung. Menurut dia, Syekh Matar mengambil jurusan ilmu tafsir.
"Kemudian beliau juga masuk di Universitas Malaysia juga. Jadi beliau ini mengambil dua program doktoral. Cuma tidak sempat ikut kuliah banyak. Karena Syekh Matar ini langsung pulang ke Gaza," jelas Budiman.
Dia mengatakan, Syekh Matar pulang ke kampung halamannya seminggu sebelum terjadinya perang Israel dan Palestina. Selama di Gaza, menurut Budiman, Syekh Matar kemudian menjadi relawan kesehatan salah satu rumah sakit di Gaza.
"Bisa dilihat di instagram-nya (@mohamd.90.2014) kegiatan-kegiatannya itu membantu korban anak-anak atau orang tua. Bahkan, beberapa waktu lalu beliau juga pernah mengabari saya bahwa rumahnya kenak roket. Dan alhamdulillah beliau hanya luka-luka saja sama keluarganya di sana," kata Budiman.
Menurut Budiman, Syekh Matar sendiri sudah cukup lancar dalam berbahasa Indonesia. Karena, sebelumnya Syekh Matar juga menempuh pendidikan S2-nya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
"Beliau bisa bahasa Indonesia, karena memang untuk beasiswa di Indonesia katanya syaratnya juga harus bisa bahasa Indonesia," jelas Budiman.
Teman Syekh Matar lainnya di Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Wahyu Aji mengatakan, beberapa saat sebelum genosida terjadi di kampung halamannya, Syekh Matar pulang untuk keluarganya di Gaza. Sehingga tidak bisa mengikuti satu semester.
Pada awal kepulangannya ke Gaza, menurut Wahyu, Syekh Matar masih sempat berkomunikasi dengan teman-temannya di Bandung, termasuk ketika ia beperan sebagai perawat di rumah sakit.
"Ketika perang meletus, ia menjadi relawan sebagai perawat di rumah sakit. Ia rajin menyampaikan apa yang ia lakukan dan lihat selama menjadi perawat di sosial medianya," ujar Wahyu.
Itulah satu-satunya cara Syekh Matar ikut memberi tahu dunia, terutama kepada teman-temannya di Indonesia, tentang apa yang sedang terjadi di Gaza.
"Ia mem-posting aktivitasnya dalam bahasa Indonesia agar dimengerti oleh teman-teman di sini. Sampai akhirnya kami terima kabar tersebut (kabar Syekh Matar ditangkap Israel)," kata Wahyu. Red dari berbagai sumber