EDUKASI : Allianz Life Indonesia gencar melakukan edukasi untuk meningkatkan literasi berasuransi masyarakat. (FOTO/Istimewa)
KABARINDO, JAKARTA -- Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa memiliki jaminan berupa asuransi kesehatan maupun asuransi jiwa hanya membuang uang. Anggapan itu muncul lantaran literasi asuransi masyarakat masih rendah. Padahal, literasi keuangan masyarakat cukup tinggi. Literasi keuangan dan asuransi seharusnya bisa berjalan beriringan karena keduanya memberi pengetahuan bagi masyarakat untuk membuat keputusan yang tepat,. Tak sekadar untuk melindungi aset, tetapi juga melindungu masa depan.
Masih belum idealnya literasi asuransi itu membuat penetrasi industri asuransi jiwa masih terbatas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penetrasi asuransi di Indonesia mengalami penurunan dari 2020 sampai 2023. Trennya menurun berturut-turut setiap tahun. Pada 2020 mencapai 3,11%, kemudian 2021 menjadi 3,05%, 2022 mencapai 2,71%, dan 2023 hanya 2,59%. Itu berarti, masih banyak orang Indonesia belum memahami dengan baik mengenai pentingnya asuransi, sehingga pada akhirnya tidak bisa memutuskan untuk mulai memiliki produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Kenapa literasi dan inklusi asuransi jiwa dan kesehatan masih rendah, karena masyarakat masih melihat produk keuangan harus ada hasilnya. Masyraajat baru sadar perlunya asuransi jika sudah kena musibah,”tegas Perencana Keuangan Safir Senduk kepada KABARINDO beberapa waktu lalu. Padahal, lanjut dia, peran asuransi sangat penting. Safir mengilustrasikan, memiliki jaminan asuransi ibarat seseorang membeli payung. Dengan memiliki payung, akan melindungi seseorang dari limpahan air hujan. Semakin besar payung yang dimiliki, maka semakin besar pula jaminan yang akan didapatkan. “Karenanya, perlu menyadarkan masyarakat melalui edukasi. Bahwa produk keuangan tidak selalu harus memiliki hasil yang terlihat dan bisa dinikmati dalam waktu cepat. Sebab, ada produk keuangan yang tidak bisa dinikmati secara cepat, namun memberikan manfaat yang lebih besar di masa depan yakni asuransi,”paparnya.
Tak hanya asuransi kesehatan, menurut Safir, memiliki asuransi jiwa juga sangat penting bagi perlindungan masa depan. Terlebih, di Indonesia, penghasilan keluarga berasal dari active income. Apabila si pencari nafkah tidak bekerja, maka tidak ada penghasilan yang masuk. “Kalau pencari nafkah meninggal dunia income otomatis berhenti. Jadi penting sekali keluarga punya asuransi jiwa yang melindungi pencari nafkah, kalau dia meninggal masih ada jaminan masa depan keluarganya dari asuransi,” paparnya.
Edukasi, kata dia, tak hanya sebagai sebagai tanggung jawab perusahaan asuransi, tetapi seluruh stakeholder termasuk pemerintah. Penetrasi asuransi di Indonesia hanya 1,4 % dari PDB, yang berarti jauh lebih rendah dari banyak negara di kawasan ASEAN. Sebut saja, Singapura yang,mencapai 12,5%, Thailand 3,8% dan Malaysia 3,8%. Masalah lainnya, tingkat densitas asuransi juga masih berada di bawah ideal. Hal ini terlihat dari pendalaman dan perluasan sektor keuangan, dimana sumber pendanaan jangka panjang dari asuransi dan dana pensiun menurun menjadi 7,3% pada 2022 silam.
Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Budi Tampubolon, mengungkapkan, industri asuransi jiwa di Indonesia mencatat pertumbuhan hanya 2,6% sepanjang semester I-2024. "Total pendapatan premi industri asuransi jiwa pada semester I-2024 mencapai Rp88,49 triliun, atau tumbuh 2,6 persen dibandingkan semester I-2023," katanya. Sedangkan Ketua Bidang Literasi & Perlindungan Konsumen AAJI, Freddy Thamrin, menjelaskan bahwa pada periode Januari hingga Juni 2024, industri asuransi jiwa berhasil membayarkan klaim sebesar Rp77,67 triliun. Angka tersebut disalurkan kepada lebih dari 9,82 juta penerima manfaat asuransi jiwa. Secara umum, total klaim yang dibayarkan oleh industri asuransi jiwa cenderung menurun. Namun, tren ini berbanding terbalik dengan jumlah klaim kesehatan yang terus meningkat pada Semester 1 2024.
Tak seorang pun dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa depan. Kecelakaan, penyakit serius, atau bahkan bencana alam dapat menimpa siapa saja dan kapan saja. Situasi-situasi ini tidak hanya mengancam kesehatan atau keselamatan. Asuransi memberikan jaminan bahwa seseorang dan keluarga terlindungi dari berbagai kejadian tak terduga. Hal itulah yang dirasakan nasabah Allianz Life Indonesia Michelle Nandita. Dia mendapatkan pelayanan rumah sakit yang luar biasa baik. “Sya dirawat selama 1 minggu, prosesnya cepat, 100% cashless. Saya tidak dikenakan biaya sedikitpun, cukup dengan kartu Allianz. Tagihan Rp 45,9 juta dibayar lunas oleh Allianz tanpa harus saya mengeluarkan uang sedikitpun. Tidak terbayang jika saya tidak memiliki asuransi kesehatan. Proses mudah dan tidak khawatir lagi jika jatuh sakit,”ungkapnya.
Sedangkan Ade Ridwan, seorang guru honorer di Bogor menngaku, Allianz menjadi asuransi yang terbaik hingga saat ini bagi dirinya. Ini terbukti dari layanan informasi-informasi yang sangat dimengerti nasabah. “Saya adalah seorang guru honorer dan saya sudah menjadi nasabah Allianz dari tahun 2015. Hingga saat ini saya masih mempercayakan klaim asuransi saya kepada Allianz,”ucapnya.
Memberikan Edukasi Sekaligus Solusi
Salah satu stakeholder asuransi nasional yakni PT Allianz Life Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang sangat serius dalam menyikapi beragam kondisi di industri asuransi nasional. Alasannya, asuransi tak sekadar sebuah ekosistem yang saling menguntungkan antara nasabah dan perusahaan asuransi, tetapi juga memberikan dampak terhadap perekonomian bangsa.
Beragam langkah strategis terus digencarkan oleh perusahaan asuransi yang berbasis di Jerman itu. Edukasi yang dilakukan, tak hanya menyasar kalangan tua, tetapi hingga usia sekolah.Generasi muda di Indonesia semakin memiliki kesadaran untuk mengelola keuangan, khususnya untuk investasi. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), terdapat 13, 07 juta investor di pasar modal Indonesia per semester I 2024, dimana 55,38% di antaranya adalah generasi milenial dan generasi Z yang berusia di bawah 30 tahun. Padahal, sebelum berinvestasi, hal yang perlu dipersiapkan terlebih dahulu adalah dana darurat dan asuransi, terutama asuransi kesehatan. Karena ketika terjadi risiko sakit, biaya yang akan dikeluarkan dapat mengganggu rencana keuangan yang telah dimiliki. Menurut survei yang dilakukan IDN Research Institute dalam Indonesia Gen-Z Report 2024, 26% responden Gen-Z belum menyiapkan dana darurat sama sekali dan sebanyak 23% responden tidak mengalokasikan pendapatannya untuk asuransi dan biaya kesehatan.
Head of Investment Communication & Fund Development Allianz Life Indonesia Meta Lakhsmi, mengatakan, generasi muda saat ini semakin sadar akan pentingnya investasi. Namun, jika melihat dari piramida finansial, dua hal mendasar yang sebenarnya perlu diutamakan adalah dana darurat dan asuransi. “Kedua hal ini yang seringkali kurang diperhatikan. Tanpa perlindungan asuransi yang memadai, masalah kesehatan bisa saja menyebabkan beban keuangan yang besar karena biaya pengobatan,"sebutnya.
Asuransi kesehatan menjadi prioritas utama yang harus dimiliki oleh setiap individu, diikuti oleh asuransi kondisi kritis dan asuransi jiwa. Tersedia dua jenis asuransi kesehatan yang umum dikenal, yaitu asuransi kesehatan tradisional (standalone) dan yang tergabung sebagai manfaat tambahan dalam unit link atau yang lebih dikenal sebagai rider. Salah satu yang sering menjadi keluhan nasabah terkait produk unit link adalah ketika nilai tunai atau manfaat investasi yang dimiliki mengalami penurunan sehingga merasa rugi. Nilai tunai sendiri dipengaruhi oleh kinerja pasar dan harus dilihat secara jangka panjang.
Selain itu, beberapa miskonsepsi umum mengenai asuransi unit link, seperti anggapan bahwa premi yang dibayarkan hanya untuk investasi sehingga dapat memberikan hasil investasi besar dalam waktu singkat. Padahal, premi yang dibayarkan tidak seluruhnya digunakan untuk investasi, dan nilai tunai didapat dari hasil investasi, bukan semata-mata dari jumlah premi yang dibayarkan. “Adanya miskonsepsi ini menyebabkan nasabah memiliki ekspektasi yang berbeda dengan manfaat dan perlindungan yang didapatkan. Penting untuk dipahami bahwa manfaat utama asuransi unit link adalah perlindungan jangka panjang,” jelas Meta.
Sedangkan Country Chief Product Officer, Allianz Life Indonesia Himawan Purnama mengungkapkan, generasi muda perlu memilih dan menyesuaikan asuransi kesehatan dengan kebutuhan masing-masing individu. “Sebelum melakukan pembelian produk asuransi kesehatan, sebaiknya pahami terlebih dahulu kebutuhan proteksi dan bandingkan berbagai produk asuransi kesehatan sambil memperhatikan rekam jejak perusahaan asuransi tersebut,”ungkapnya.
Sebagai perbandingan, asuransi kesehatan tradisional hanya fokus pada perlindungan kesehatan. Sedangkan rider asuransi kesehatan pada unit link bisa ditambahkan berbagai perlindungan lain, seperti penyakit kritis, payor, kecelakaan dan cacat tetap serta manfaat lainnya sesuai kebutuhan. Selain itu, premi awal asuransi kesehatan tradisional bisa saja lebih murah, namun kenaikan setiap tahunnya bisa lebih cepat. Sedangkan, asuransi kesehatan unit link memiliki tambahan unsur investasi. “Untuk asuransi kesehatan tradisional memang lebih disarankan bagi mereka yang masih muda atau para first jobber karena premi awal yang lebih terjangkau namun tetap mendapatkan manfaat proteksi. Sementara itu, asuransi kesehatan unit link lebih cocok bagi mereka yang sudah lebih mapan dan membutuhkan proteksi yang lebih lengkap sesuai dengan fase kehidupan mereka,” papar Himawan.
Allianz Indonesia juga menjelaskan beberapa kemungkinan klaim asuransi kesehatan ditolak dan memberikan beberapa tips memilih asuransi kesehatan yang tepat agar masyarakat dapat merasakan manfaat optimal dari asuransi kesehatan yang dimiliki. "Generasi muda perlu memahami bahwa asuransi bukan hanya sebagai proteksi kesehatan, tetapi bagian penting dari perencanaan keuangan. Dengan memprioritaskan asuransi, kita dapat memastikan bahwa kita siap menghadapi risiko finansial yang mungkin timbul kelak. Hal ini sejalan dengan tujuan Allianz untuk melindungi masa depan masyarakat Indonesia," tutup Himawan.
Tak hanya bagi generasi muda, Allianz Indonesia juga menggencarkan edukasi dalam rangka peningkatan literasi asuransi dengan menyasar ibu rumah tangga.Alasannya, peran perempuan sebagai perencana dan pengelola keuangan keluarga, serta penentu beberapa keputusan strategis menyangkut urusan keuangan, menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian berbagai pihak dalam rangka meningkatkan literasi dan pemahaman terkait keuangan. Allianz Indonesia sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa keuangan, menyampaikan materi literasi keuangan dan asuransi untuk mendukung upaya tersebut, salah satunya untuk para Ibu rumah tangga.
Berdasarkan hasil survey Indonesia Millennial Gen Z Report 2025, 65% Milenial dan Gen Z sudah memiliki fokus finansial untuk menyiapkan dana darurat dan 30% responden fokus untuk memiliki dana pensiun serta asuransi kesehatan, sebagai strategi untuk mencapai masa depan yang aman. Namun, sebanyak 66% generasi muda juga memiliki tantangan finansial terbesar akibat peningkatan biaya hidup, disusul dengan adanya keterbatasan pendapatan, pengelolaan keuangan yang buruk, dan kurangnya tabungan. Dengan adanya berbagai tantangan ini, keraguan untuk memiliki fondasi finansial yang kuat lewat upaya manajemen risiko seringkali bukan menjadi prioritas dan kemudian memengaruhi perencanaan keuangan yang sudah direncanakan atau sepatutnya dialokasikan secara rutin.
“Generasi muda seperti Gen Z masih pada tahapan di antara memulai perjalanan finansial, sedangkan Milenial sudah berada pada tahapan yang lebih matang namun masih pada fase mencari kestabilan finansial untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untuk itu, fondasi keuangan lewat manajemen risiko seperti dana darurat dan asuransi harus tetap dimiliki agar dapat menunjang tujuan finansial selanjutnya di masa depan,” ungkap Presiden Direktur Allianz Utama Indonesia. Sunadi.
Karena itu, hal yang harus terus didukung adalah pertumbuhan kelompok muda untuk memiliki dasar perlindungan keuangan dan memastikan bahwa manajemen risiko adalah hal yang esensial untuk dimiliki. Sunadi memaparkan, nasabah Generasi Z dan Milenial sudah mulai mengalami pertumbuhan yang hampir seimbang di antara keseluruhan jumlah nasabah Allianz Indonesia, yaitu sekitar 45% dan harapannya akan terus bertumbuh apabila edukasi keuangan dapat menyasar dengan baik kepada kelompok muda. ”Generasi saat ini sudah mulai menyadari risiko keuangan yang seringkali hadir secara tiba-tiba. Peran asuransi sebagai manajemen risiko sangat membantu dalam mempertahankan kestabilan finansial generasi muda, hal ini terbukti dengan dominasi kelompok muda yang terbantu dengan pengajuan klaim penyakit yang tidak memandang usia,”imbuhnya.
Untuk itu, kunci dalam menghadapi tantangan generasi muda yang ingin memiliki perencanaan keuangan yang matang dengan manajemen risiko dapat dimulai dengan perhitungan alokasi pengeluaran yang tepat dan tekad disiplin serta konsistensi dalam menyisihkan dana darurat yang sudah disesuaikan dengan pemasukan masing-masing. Bagi kelompok muda yang masih memulai perjalanan finansial dan mencari langkah perencanaan keuangan yang tepat dapat mengacu pada tingkat piramida keuangan dan dimulai dengan menjaga keuangan yang aman lewat dana darurat dan asuransi. Selanjutnya perencanaan keuangan di tahapan lebih lanjut dapat didukung dengan produk investasi dan pendapatan pasif, hingga masuk pada tahap akhir distribusi kekayaan. Beberapa tahapan perencanaan keuangan ini dapat menjadi arah acuan untuk perencanaan kesejahteraan finansial, khususnya bagi generasi muda yang ingin memulai pengelolaan keuangan yang stabil.
Allianz Indonesia juga melakukan berbagai inisiatif yang dapat mendukung generasi muda untuk dapat terus memiliki perlindungan finansial, yaitu melalui inovasi produk A-Z dan aplikasi teknologi agar semakin mudah untuk terlindungi dengan asuransi. Dalam meluruskan mindset generasi muda yang masih memiliki keraguan untuk memiliki perlindungan asuransi, Allianz Indonesia juga senantiasa berinovasi dalam menjalankan strategi, salah satunya lewat platform media sosial.
Hingga saat ini, Allianz Indonesia terus mengintegrasikan berbagai platform media sosial yang menargetkan Generasi Z dalam menumbuhkan mindset yang tepat terkait asuransi. Allianz Indonesia menyediakan konten yang relevan di media sosial dengan berperan sebagai financial influencer terpercaya yang lekat dengan karakterisik generasi muda. Hal ini tujuannya adalah untuk mengedukasi kelompok yang belum familiar dengan asuransi agar dapat memahami dan akhirnya memilih produk yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
”Kami bertekad untuk senantiasa berinovasi dalam menghadirkan produk yang mengikuti gaya hidup generasi muda, di mana perilaku dan kebutuhannya selalu berkembang. Fokus ini juga terus kami maksimalkan lewat kolaborasi baik dengan regulator, komunitas, dan mitra untuk menggelar literasi bagi segala kalangan, agar setiap orang dapat memahami dan memilih solusi proteksi yang sesuai dengan kebutuhan mereka,” tutup Sunadi. Saat ini, selain kepada pelajar, Allianz juga memberikan pelatihan kepada para guru dan karyawan sekolah
tentang bagaimana mengelola dan membuat proyeksi anggaran keuangan keluarga. Sedangkan Head of Agency Sales Allianz Life Indonesia Erlina, memaparkan, literasi keuangan dan asuransi untuk para Ibu rumah tangga digalakkan agar pada ibu bisa melakukan pengelolaan keuangan dengan tepat. Sehingga kondisi keuangan pribadi/keluarga selalu dalam keadaan baik dan dapat menjadi lebih baik lagi di masa depan.
“Allianz Indonesia terus konsisten melakukan edukasi dan literasi kepada masyarakat mengenai pentingnya mengelola keuangan. Para Ibu biasanya menjadi pengelola utama, bahkan seringkali harus membuat keputusan keuangan yang tepat untuk kepentingan keluarga. Oleh karena itu, kami senantiasa mendukung upaya meningkatkan pemahaman dan kemampuan masyarakat dalam mengelola keuangan, serta memahami pentingnya perlindungan asuransi untuk kehidupan yang lebih sejahtera ke depannya,” papar Erlina.
Manfaat Industri Asuransi Bagi Bangsa
Ketua Dewan Asuransi Indonesia, Yulius Bhayangkara mengatakan pemahaman tentang peran penting asuransi dalam kehidupan masyarakat. “Saya optimistis jika kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi semakin tinggi maka akan semakin kuat pula perekonomian kita, karena perlindungan asuransi mampu memberikan rasa aman dan stabilitas bagi individu, keluarga, maupun pelaku usaha,” jelas Yulius.
Industri asuransi terbukti memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan bangsa. Termasuk dalam menggerakkan perekonomian melalui sektor jasa keuangan. Total investasi industri asuransi jiwa hingga Juni 2024 tercatat sebesar Rp538,80 triliun. Dari total tersebut, sebanyak Rp194,60 triliun ditempatkan pada instrumen Surat Berharga Negara (SBN), yang menunjukkan bahwa industri asuransi jiwa senantiasa mendukung program-program pembangunan jangka panjang pemerintah. Kepala Departemen R&D AAJI, Benny Hadiwibowo, menyatakan bahwa total investasi industri asuransi jiwa hingga Juni 2024 tidak mengalami perubahan sign ifikan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Stabilitas inimencerminkan daya tahan industri di tengah dinamika pasar dan fluktuasi ekonomi global.
“Industri asuransi jiwa juga berperan dalam menjaga stabilitas pasar modal Indonesia melalui penempatan investasi dalam bentuk saham sebesar Rp140,69 triliun, sukuk korporasi sebesar Rp46,62 triliun, dan reksadana sebesar Rp73,10 triliun. Kami mencatat adanya penurunan hasil investasi yang dipengaruhi oleh volatilitas pasar saham, terutama penurunan IHSG. Meskipun demikian, kami tetap berkomitmen mengelola portofolio investasi kami dengan hati-hati dan menerapkan strategi yang efektif untuk memitigasi risiko,” ucap Benny.
Namun demikian, kondisi ekonomi global dan domestik yang tidak menentu juga berkontribusi pada ketidakstabilan pasar dan berdampak pada hasil investasi. “Kami memahami bahwa penurunan hasil investasi ini dapat memengaruhi kepercayaan, dan kami ingin memastikan bahwa kami transparan tentang faktor-faktor yang memengaruhi kinerja kami. Penurunan IHSG yang signifikan adalah salah satu penyebab utama penurunan hasil investasi kami pada Semester 1 2024. Namun, kami tetap berkomitmen mengelola portofolio kami dengan bijaksana dan menjaga kepentingan nasabah sebagai prioritas utama,” tutup Benny.