Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

Beranda > Olahraga > KSU Sampah Komodo; Sukses Bebaskan Labuan Bajo Dari 54,8 Ton Sampah Plastik

KSU Sampah Komodo; Sukses Bebaskan Labuan Bajo Dari 54,8 Ton Sampah Plastik

Olahraga | Rabu, 7 November 2018 | 09:28 WIB
Editor : ARUL Muchsen

BAGIKAN :
 KSU Sampah Komodo; Sukses Bebaskan Labuan Bajo Dari 54,8 Ton Sampah Plastik

Jakarta, Kabarindo- Dari paparan lugas Kusnanto (Biodiversity Monitoring and Plastic Free Ocean, WWF-Indonesia) dilansir dari laman wwf.

Studi Pengelolaan sampah yang dilakukan oleh WWF-Indonesia pada tahun 2017 memperkirakan terdapat 112,4 m3/hari atau sekitar 12,8 ton/hari sampah yang dihasilkan di Labuan Bajo dan di Taman Nasional Komodo terdapat 12,18 m3/hari atau sekitar 0,65 ton/hari.

Kabar gembiranya, salah satu solusi yang telah diinisiasi untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di Labuan Bajo adalah dengan didirikannya Koperasi Serba Usaha (KSU) Sampah Komodo. KSU ini menjadi percontohan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diinisiasi masyarakat Labuan Bajo. KSU Sampah Komodo beralamat di Desa Batu Cermin, Labuan Bajo.

Dengan dukungan dan pendampingan dari WWF-Indonesia, masyarakat mendapatkan edukasi pengelolaan sampah melalui kampanye 3R (Reduce, Reuse, Recycle) sekaligus mempraktikkan pengelolaan sampah.

Pada 5 November 2018, KSU Sampah Komodo melakukan pengiriman sampah keluar Labuan Bajo sebesar 10,8 ton sampah plastik.

Sampah yang sudah dalam bentuk cacahan plastik tersebut dikirim memakai truk ke Bali lalu dikirim ke Surabaya, Jawa Timur. Di sana, sampah plastik didaur ulang menjadi bahan baku plastik, yaitu berupa “pelet” plastik.

Pengiriman sampah pada November 2018 ini adalah pengiriman sampah ke-5 yang dilakukan oleh KSU Sampah Komodo ke Jawa dan Bali. Sejak beroperasi pada November 2017, total sampah yang sudah KSU Sampah komodo kurangi dari Labuan Bajo adalah sebesar 54,8 ton sampah dalam setahun.

“Kami perlahan-lahan mulai mengembangkan diri dalam pengelolaan sampah yang selama ini menjadi musuh bersama di kota pariwisata ini, Labuan bajo,” ungkap Tos Ampur, Ketua KSU Sampah Komodo.

“KSU Sampah Komodo selalu bersinergi dengan masyarakat untuk menghimbau kurangi produksi sampah dari sumbernya,” imbuh ia.

Saat ini, KSU Sampah Komodo baru bisa membantu untuk kelola 850 kg/hari sampah 3R, Itu artinya hanya 6,6% dari total sampah yg dihasilkan di Labuan Bajo. Sampah-sampah yang masuk ke KSU Sampah Komodo berasal dari warga, hotel, restoran, kapal, RS Siloam, komunitas-komunitas seperti Trash Hero Komodo, juga Masyarakat Peduli Sampah Taman Nasional Komodo yang berada dalam tiga desa dalam kawasan taman nasional.

Dari sampah yang masuk, ada beberapa sampah yang didaur ulang untuk menghasilkan produk baru. Sampah yang didaur ulang antara lain botol untuk dinding KSU Sampah Komodo dan botol hias, label minuman untuk isi bantal, kertas untuk dijadikan mangkuk atau vas, dan kerajinan lainnya. Untuk saat ini kerajinan yang dihasilkan masih digunakan sebagai sarana edukasi dan pemakaian sendiri.

“Edukasi juga kita berikan baik di tingkat rumah tangga atau di sekolah-sekolah, kita selalu ada pertemuan pembahasan isu terkait pengelolaan sampah. Mulai dari pemilahan, daur ulang, hingga pentingnya mengurangi sampah, dan lainnya,” kisah Bu Bekty Sebagai Bendahara dan Edukasi Program KSU Sampah Komodo

“Setiap minggu, kegiatan kami melibatkan ibu-ibu industri rumahan dan masyarakat Labuan bajo, khususnya di kelurahan Wae kelambu,” lanjutnya.

KSU Sampah Komodo memang terus berkembang, meskipun dihadapkan pada sistem pengelolaan belum mendukung. Idealnya, sampah dipilah dari sumbernya dan diproses sesuai jenisnya. Harapan kami, tentunya agar pemerintah bersama seluruh stakeholders dapat mewujudkan sistem persampahan yang lebih ideal di Labuan Bajo khususnya, dimulai dari konsumen yang diwajibkan untuk memilah sampahnya sendiri.

Pemilahan pada sumber sampah bisa membantu mempermudah kerja komunitas-komunitas yang bisa mengelola sampah 3R. Perlahan, warga pun diajak untuk mengomposkan sampah organik di rumah, sehingga beban angkut dan timbulan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) bisa berkurang.


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER