KABARINDO, KAIRO - Ketua ASFA Foundation, Komjen Pol Purn DR H Syafruddin MSI mengingatkan mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, untuk bersiap menghadapi revolusi industri 4.0 dan 5.0. Sehingga saat merayakan “Indonesia Emas” pada tahun 2045, para mahasiswa dapat menjadi generasi produktif sehingga Indonesia akan menikmati bonus demografi.
Hal tersebut disampaikan Syafruddin saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Internasional bertema “Pemikiran dan Peradaban Islam: Peran Alumni Al Azhar dalam Membangun Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045” yang diikuti ribuan mahasiswa asal Indonesia di Kairo, Minggu (6/8/2023).
“Mahasiswa harus beradaptasi pada perkembangan teknologi sesuai perkembangan revolusi industri 4.0 dan 5.0. Sehingga para mahasiswa dapat menjadi generasi produktif sehingga Indonesia akan menikmati bonus demografi,” ujar Syafruddin.
Syafruddin menyerukan kepada para mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa untuk bersiap menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 dn 5.0, agar dapat berjaya di tahun “Indonesia Emas 2045” seperti pengalaman kejayaan Islam di dunia pada ribuan tahun silam.
Syafruddin juga menyinggung revolusi industri 4.0 dan 5.0 yang berfokus pada bagaimana mengoptimasi jam kerja untuk menyelesaikan pekerjaan dengan lebih menitikberatkan pada integrasi antara teknologi canggih dengan keahlian manusia. Namun keduanya, revolusi industri 4.0 dan 5.0, menjadi tantangan karena mendorong perkembangan sistem produksi yang lebih efisien dan fleksibel, dengan memperkecil peran manusia.
Namun menurut Syaruddin, Indonesia memiliki empat modal untuk mencapai bonus demografi pada tahun “Indonesia Emas”; pertama, Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan angkatan kerja sebanyak 146,6 juta; kedua, Indonesia berada pada periode Rasio Ketergantungan Penduduk yang paling rendah atau berada pada masa “Puncak Bonus Demografi”; ketiga, letak wilayah Indonesia yang strategis sangat menguntungkan dalam perdagangan internasional; dan keempat, melimpahnya sumber daya alam dengan kekayaan cadangan mineral yang sangat besar, di mana Indonesia menjadi peringkat pertama cadangan Nikel, Bauksit, Tembaga, dan Timah.
“Mahasiswa Al Azhar harus menjadi generasi produktif yang bisa memanfaatkan peluang bonus demografi dan akan berperan dalam pembangunan nasional di tahun 2045. Jika tidak, maka bonus demografi hanya menjadi bencana demografi,” ujar Syafruddin.
Pada acara yang digelar di Gedung Al-Azhar Convention Center (ACC), juga menghadirkan pembicara Duta Besar RI Dr. Lutfi Rauf, Penasehat Grand Syaikh Urusan Mahasiswa Asing, Prof. Dr. Nahlah Sobri As-Suaidy, Rektor Universitas Al-Azhar Prof. Dr. Salamah Daud, Sekjen Akademi Riset Al-Azhar, Prof. Dr. Nadhir Ayyad, dan Wakil Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Pusat Prof. Dr. Muhammad Husein Al-Mahrasawi yang juga mantan Rektor Al-Azhar.
Hadir juga, Penasehat Grand Syaikh Ambassador Abdurrahman Musa dan Prof. Dr. Abdu Daim, Wakil Rektor Al-Azhar Bidang Pascasarjana Prof. Dr. Mahmud Sidiq, Rektor UNIDA Gontor Prof. Dr. KH. Hamid Fahmi Zarkasyi, Ketua Dewan Pengawas Syariah Lazis ASFA KH. Anang Rikza Masyhadi, M.A., Ph.D., dan Ketua Nadzir Wakaf ASFA Irjen Pol (Purn) Mas Guntur Laupe, MH serta jajaran pengurus Yayasan ASFA lainnya.
Pada kesempatan tersebut Lazis ASFA meluncurkan program beasiswa untuk mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar. ASFA Foundation salah satu fokusnya adalah pengembangan sumber daya manusia bangsa Indonesia.
Beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Al-Azhar Kairo adalah kader-kader pesantren dan lembaga pendidikan Islam, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sumber daya insani di masa depan dan memperkuat kelembagaan. Foto: Istimewa