KABARINDO, JAKARTA - Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Rycko Amelza Dahniel menyebutkan dinamika radikalisme dan terorisme terus mengalami pengembangan dengan menyusup ke sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Selain itu, kelompoknya yang dimaksud juga mulai melakukan perubahan pendekatan, dari hard menjadi soft approach.
"Sel-sel terorisme ini di permukaan menggunakan jubah agama, sementara di bawah permukaan melakukan gerakan ideologi dalam ruang yang gelap secara sistematis, masif, dan terencana," kata Rycko dalam sambutannya di acara syukuran Hari Ulang Tahun (HUT) BNPT ke-13 dengan Tema 'BNPT Hadir untuk Negeri, Indonesia Damai Menuju Indonesia Emas' di Djakarta Theater, Jalan M.H. Thamrin No.9 Jakarta Pusat, Jumat (28/7/2023).
"Mereka terus melakukan konsolidasi, melakukan rekrutmen dan penggalangan dana dengan berbagai cara," sambungnya.
Rycko menjelaskan, kelompok tersebut pun memiliki target yang mereka anggap mudah untuk "dicekoki".
"Hasil penelitian daripada Indonesian IK Hub BNPT-Output tahun 2023 menunjukkan bahwa kelompok-kelompok rentan, para remaja, anak-anak, dan perempuan menjadi sasaran utama daripada radikalisasi," ucapnya.
Sebelumnya, Rycko menyatakan kemajuan dunia teknologi dan pandemi Covid-19 menjadi salah dua penyebab tingginya radikalisasi yang merujuk pada hasil penelitian IK Hub BNPT Outlook 2023.
"Kemajuan teknologi IT dan masa pandemi covid-19 mendorong semakin masifnya online radicalization yang melahirkan self-radicalization dan lone wolf," kata Rycko.
Hal tersebut diperkuat, jelas Rycko dengan hasil penelitian Setara Institut yang dilakukan di Padang, Surabaya, Bogor, Bandung, dan Surakarta dalam kurun waktu 2016-2023.
"Penelitian ini menunjukkan, terjadi peningkatan migrasi dari kategori toleran menjadi intoleran pasif, dari intolerean pasif menjadi intoleran aktif, dan dari intoleran aktif menjadi terparpar," papar Rycko.