Jatim Produksi Padi Tertinggi di Indonesia, Capai 9,69 Juta Ton
Dikontribusi oleh Kabupaten Lamongan, Ngawi, Bojonegoro, Jember dan Tuban
Surabaya, Kabarindo- Jatim merupakan propinsi yang memproduksi padi tertinggi di Indonesia mencapai 9,69 juta ton GKG (gabah kering giling) pada 2022. Produksi gabah dan beras Jatim menunjukkan capaian tertinggi di Indonesia dengan NTP (nilai tukar petani) dengan indeks di atas 100 (produsen pangan sejahtera).
Capaian tersebut dipaparkan Wakil Gubernur Jatim, Emil Elistianto Dardak, dalam Jatim Talk II 2023 dengan topik “Mendorong Penguatan Produksi Pertanian dan Agroindustri untuk Mengakselerasi Hilirisasi Pertanian” yang digelar Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Jatim bersama Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya pada Selasa (16/5/2023).
Ia menyebutkan, 5 kabupaten menjadi penyumbang tertinggi produksi padi di Jatim pada 2022 yaitu Lamongan sebanyak 920.936 ton, Ngawi 785.038 ton, Bojonegoro 715.199 ton, Jember 613.237 ton dan Tuban 502.136 ton
Emil menambahkan, luas potensi panen Jatim hingga April 2023 mencapai 828,72 ribu hektar. Namun para petani terkendala oleh akses ketersediaan pupuk bersubsidi, saluran irigasi yang memadai dan alat mesin pertanian modern serta akses permodalan.
Karena itu, Pemprov Jatim berupaya mendukung petani dengan menyediakan akses pinjaman modal maksimal Rp.50 juta oleh Bank BPR Jatim dengan bunga 3% per tahun.
Sementara itu Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Doddy Zulverdi, mengatakan Jatim menjadi lokomotif perekonomian nasional. Jatim juga menjadi penyumbang perekonomian terbesar kedua di Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar 24,99%.
Sejalan dengan ekonomi nasional dan Jawa, ekonomi Jatim pada triwulan I/2023 tumbuh 4,95% (y-on-y), meningkat dibandingkan triwulan IV/2022. Peningkatan terutama ditopang oleh akselerasi kinerja konsumsi seiring pencabutan kebijakan PPKM, kenaikan UMK tahun 2023, adanya HBKN (Imlek, Ramadhan, persiapan Idul Fitri 2023) yang direspon oleh kenaikan LU (lapangan usaha) Perdagangan.
Doddy menyebutkan, kontribusi perekonomian Jatim pada triwulan I/2023 terhadap nasional sebesar 15,16% (peringkat ke-2), sedangkan terhadap Jawa mencapai 25,14% juga merupakan peringkat ke-2.
Ia menambahkan, inflasi Jatim melandai, namun masih berada di atas sasaran. Sasaran inflasi pada 2020-2023 (3±1% yoy). Komoditas utama penyumbang inflasi adalah pangan yang berkaitan dengan sektor pertanian.
“Penurunan produksi dan produktivitas, nilai tambah rendah, impor tinggi dan investasi rendah mendorong urgensi pengembangan sektor pertanian,” ujar Doddy.
Ia mengatakan, tantangan sektor pertanian Jatim adalah terbatasnya hilirisasi di sektor pertanian yang berdampak terhadap masih tingginya persistensi inflasi pangan di Jatim. Ini mencakup komoditas aneka cabai, aneka bawang, daging ayam ras, telu ayam ras, minyak goreng dan beras.
Untuk itu diperlukan penguatan produksi dan produktivitas di sisi hulu, terutama melalui penguatan teknologi pra-panen antara lain benih dan lahan, serta penguatan teknologi pasca panen sepertti handling, storage dan pengolahan untuk konsumsi.
Selain itu, mendorong hilirisasi menuju nilai tambah yang tinggi dengan meningkatknn ekspor dan subsitusi impor produk pertanian yang dapat diproduksi di dalam negeri. Juga mendorong investasi/akses pembiayaan bagi seluruh pemain di rantai hulu hingga hilir di sektor pertanian.
Di rantai hulu yang menjadi komoditas prioritas adalah tanaman pangan seeperti beras dan jagung, hortikultura (aneka cabai dan bawang merah), daging sapi dan susu segar. Sedangkan di rantai hilir adalah aneka cabai olahan, bawang merah olahan, komoditas hasil peternakan (olahan daging dan produk susu), mangga olahan dan pisang olahan.