KABARINDO, SANTIAGO -- Musisi sekaligus pendiri band rock legendaris asal Inggris, Pink Floyd, Roger Waters (80 tahun), mengatakan, kelompok lobi Israel telah berusaha menggagalkan tur konsernya ke Amerika Latin. Hal itu karena Waters vokal mengecam agresi Israel ke Jalur Gaza dan menyuarakan dukungannya untuk penduduk Palestina. Namun Waters menyebut, upaya yang dilakukan kelompok lobi Israel gagal.
Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan TRT World di ibu kota Chile, Santiago, ia menceritakan tentang kampanye kotor yang dilakukan kelompok lobi Israel. “Mereka (kelompok lobi Israel) baru saja mencoba membatalkan pertunjukan saya, di sini, di Santiago, di Chile, di mana saya tahu bahwa saya sangat populer. Tapi tiket pertunjukan sudah terjual habis,” ujar Waters, Selasa (5/12/2023).
“Mereka (kelompok lobi Israel) juga ada di Buenos Aires (Argentina)…mencoba membatalkan pertunjukan saya di Buenos Aires dengan alasan bahwa saya seorang anti-Semit, padahal sebenarnya tidak! Itu benar-benar omong kosong,” kata Waters.
Di Argentina, Waters juga menghadapi gugatan kasus penyebaran kebencian. Kasus itu dilaporkan ke pengadilan oleh seorang pengacara bernama Carlos Broitman. Dalam konsernya di Buenos Aires, Waters sempat menyampaikan kepada para penonton bahwa ia dibungkam karena percaya kepada hak asasi manusia (HAM).
Sementara itu di Uruguay, anggota parlemen sayap kanan-tengah, Felipe Schipani, telah meminta pemerintah menghapus gelar “Distinguished Visitor to Waters” yang pertama kali diberikan kepada Waters pada 2018. Di Uruguay, Roger juga menghadapi reaksi keras dari para pejabat di Komite Pusat Israel (Central Israelite Committee) dan LSM Yahudi, B'Nai B'rith, yang mengklaim bahwa ia telah menyebarkan kebencian terhadap orang-orang Yahudi.
Waters mengatakan bahwa selama turnya yang bertajuk “This Is Not a Drill” ke Argentina, kelompok lobi Israel berhasil mengkooptasi semua hotel di Buenos Aires dan Montevideo (ibu kota Uruguay) serta mengorganisir boikot luar biasa terhadapnya berdasarkan kebohongan jahat. Hotel-hotel di Montevideo dilaporkan menolak mengomentari klaim Waters.
Waters dilaporkan harus tinggal di ibu kota keuangan Brasil, Sao Paulo, menurut harian lokal, Pagina/12, setelah diberitahu bahwa tidak ada kamar yang tersedia di Argentina. Waters yakin bahwa apa yang dihadapinya merupakan hasil pekerjaan kelompok lobi Israel.
Konfederasi Pekerja Amerika Latin (the Latin American Confederation of Workers) mengatakan pihaknya menyediakan sejumlah kamar hotel untuk Waters dan anggota bandnya di tengah apa yang mereka gambarkan sebagai solidaritas internasional dan pembelaan (HAM). Dalam wawancara dengan TRT World, Waters masih menyuarakan kecamannya terhadap Israel atas agresinya ke Jalur Gaza.
“Orang-orang yang tinggal di Gaza dibombardir oleh F-16 siang dan malam, pekan demi pekan. Seseorang bahkan tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya dan bahwa (serangan Israel) yang didukung oleh kekaisaran paling kuat di dunia adalah hal yang sangat menjijikan,” kata Waters.
“Hati dan otak saya penuh dengan intrik politik dan kemanusiaan dalam permasalahan Gaza, mengenai permasalahan Palestina saat ini sehingga saya merasa sulit untuk melepaskan diri darinya, dan semua hal buruk yang saya alami di Amerika Selatan dengan mereka yang mencoba membatalkan pertunjukan saya,” tambah Waters.
Selama turnya di Amerika Latin, Waters sempat bertemu dengan para pejabat dari Club Deportivo Palestino, sebuah klub sepak bola yang didirikan oleh diaspora Palestina di Chile. Waters berfoto bersama mereka. Melalui akun Instagram-nya, Club Deportivo Palestino berterima kasih kepada Walters atas solidaritasnya terhadap Palestina dan memberikan suara kepada komunitas. Red dari berbagai sumber