KABARINDO, TEHERAN -- Iran mengecam keras serangan Israel ke Beirut, Lebanon, yang membunuh wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri. Teheran yakin, kematian Arouri akan menciptakan gelombang perlawanan, tidak hanya di Palestina, tapi juga di kawasan tersebut.
“(Terbunuhnya Arouri) pasti akan menciptakan gelombang perlawanan dan motivasi untuk melawan pendudukan Zionis, tidak hanya di Palestina, tapi juga di wilayah tersebut,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani, Selasa (2/1/2024), dikutip laman Middle East Monitor.
Dia menambahkan, serangan Israel ke Beirut yang membunuh Arouri membuktikan sekali lagi bahwa fondasi rezim Zionis didasarkan pada teror dan kejahatan. “(Pembunuhan Aurori) adalah akibat dari ketidakberdayaan dan kekalahan besar (Israel) yang tidak dapat diperbaikan melawan kelompok perlawanan Palestina,” ucapnya.
Kanaani juga mengingatkan bahwa serangan Israel ke Beirut merupakan pelanggaran kedaulatan dan integritas wilayah Lebanon. Dia meminta Dewan Keamanan PBB segera mengambil tindakan terkait aksi Israel tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah mendesak semua pihak menahan diri menyusul terbunuhnya Saleh al-Arouri akibat serangan pesawat nirawak (drone) Israel di Beirut. “Sekretaris Jenderal mendesak semua pihak untuk menahan diri secara maksimal dan mengambil langkah-langkah mendesak untuk meredakan ketegangan di kawasan,” kata Juru Bicara PBB Florencia Soto Nino pada konferensi pers, Selasa kemarin, dikutip Anadolu Agency.
Dia menambahkan, PBB mengimbau semua anggota komunitas internasional untuk melakukan segala daya mereka untuk mencegah eskalasi situasi. “Kami tidak ingin ada tindakan gegabah yang dapat memicu kekerasan lebih lanjut,” ujar Nino.
Arouri terbunuh dalam serangan drone Israel ke kantor Hamas di Mecherfeh di Beirut selatan, Lebanon, Selasa lalu. Setidaknya enam orang tewas dalam serangan itu. Hamas mengonfirmasi kematian Arouri. Hamas mengungkapkan dua komandan sayap militer mereka, yakni Brigade Al-Qassam, turut terbunuh dalam kejadian itu.
Arouri menjadi pemimpin Hamas paling senior yang dibunuh Israel sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023. Menyusul kematian Arouri, Hamas dilaporkan telah membekukan pembicaraan tentang gencatan senjata di Israel. “Hamas mengatakan kepada mediator tentang keputusannya untuk membekukan semua diskusi mengenai gencatan senjata di Gaza atau pertukaran sandera dengan Israel,” kata seorang sumber Palestina, Selasa kemarin.
Pada 29 Desember 2023 lalu, delegasi tingkat tinggi Hamas dilaporkan telah tiba di Kairo. Mereka hendak berpartisipasi dalam perundingan gencatan senjata dengan Israel yang dimediasi Mesir. Selama ini pihak yang selalu memediasi negosiasi Israel-Hamas adalah Mesir dan Qatar. Red dari berbagai sumber