Hamid Nabhan Tampilkan “Bukit Kokoh” di Pameran Lukisan “Ruang Estetika – Merdeka dalam Rupa”
Surabaya, Kabarindo- Wyndham Surabaya City Centre berkolaborasi dengan Adhicipta Art Community menggelar pameran lukisan bertajuk “Ruang Estetika – Merdeka dalam Rupa” di lobi hotel yang berlangsung mulai 7 Agustus hingga 30 September 2025.
Kegiatan tersebut digelar menyambut 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang diikuti 21 pelukis dari berbagai aliran yang berasal dari Surabaya, Sidoarjo, Porong dan Madura. Mereka adalah Sakti Laksono, Asri Noegroho, Zawawi Imron, S. Pandji Wiryoatmojo, Nuniek Silalahi, Dyah Katarina, Lian M. Margareta, Murniati, Nunung Harso, Maria Novita, R. Nagayomi, Hamid Nabhan, Endang Waliati, Supi’I, Anny Djon, Erna Jo, Mr.D, Aji Joyo, Andri Setiawan, Widijawati Wilopo dan Lis S. Toyo.
Salah satu pelukis, Hamid Nabhan, yang beraliran impresionis, mengatakan ia senang bisa ambil bagian dalam pameran tersebut. Ini merupakan bentuk partisipasinya sebagai seniman dalam mendukung kegiatan untuk menyemarakkan peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia melalui karya seni lukis.
“Saya dan teman-teman pelukis lainnya menggelar pameran ini untuk menunjukkan kecintaan kami kepada Indonesia melalui karya kami. Kami berharap Indonesia menjadi lebih baik, terus menjaga kerukunan dan kedamaian dalam Kebhinekaan,” ujarnya.
Hamid menampilkan karyanya berjudul “Bukit Kokoh” berupa landscape sebuah bukit di Bangkalan, Madura. Ia menuturkan membuat lukisan itu pada akhir Mei 2025 saat musim hujan. Ia memang tidak melukis langsung di Lokasi, karena tak memungkinkan. Namun ia memotretnya dan merasakan suasana di sana, kemudian menuangkannya ke dalam lukisan.
“Bukit Kokoh itu berada di Bangkalan. Dari situ, kita bisa melihat pemandangan kota Surabaya dari jauh,” ujarnya.
Hamid menuturkan, ia mengambil lokasi Madura, karena tak banyak pelukis yang mengangkat pulau di Jatim ini sebagai obyek lukisan. Padahal banyak tempat yang bagus di sini, di antaranya Bukit Kokoh.
“Saya sengaja mengambil waktu Mei saat musim hujan, karena memberikan suasana yang berbeda dibandingkan saat musim kemarau. Cuaca sedang mendung, menghadirkan warna-warna yang kontras estetis, bagus dan indah untuk dilukis,” tuturnya.
Hamid melukis dengan cat minyak menggunakan pisau palet, bukan kuas seperti biasanya, sehingga karyanya memberikan kesan yang kuat dan tegas. Namun penggunaan palet membutuhkan lebih banyak cat minyak, karena lukisannya lebih tebal. Ia menyelesaikan karyanya hanya dalam 2 hari dan merasa puas dengan hasilnya.
Hamid menambahkan, ia lebih suka menggunakan cat minyak dari pada akrilik, karena memiliki kematangan warna dan terlihat elegan.
“Seiring waktu, lukisan yang menggunakan cat minyak, warnanya akan lebih matang. Ini tidak ditemukan pada akrilik,” ujarnya.
Hamid mempersilakan jika ada yang berminat untuk mengoleksi karyanya “Bukit Kokoh” bisa memilikinya dengan harga Rp.5 juta.
Ribuan karya dan launching buku
Hamid menuturkan, ia hobi melukis sejak kecil. Namun mulai serius melukis pada 1999 dan telah menghasilkan ribuan karya, termasuk 800 lukisan di atas kanvas, dari pastel maupun krayon serta berupa sketsa. Ia menyukai warna-warna soft, namun yang menghasilkan tampilan kontras estetis. Ia mengikuti pameran bersama pertama kali pada 2000. Hingga kini ia telah mengikuti pameran bersama sebanyak 50 kali dan menggelar pameran tunggal sebanyak 5 kali.
“Saya akan terus berkarya dengan melukis dan mengikuti pameran, baik pameran bersama maupun secara tunggal. Saya juga menulis buku,” ujarnya.
Hamid mengatakan, ia akan menggelar pameran tunggal pada tahun depan sekaligus meluncurkan buku berjudul “Aku dan Impresionisme”. Ia menjelaskan, buku ini membahas tentang ilmu impresionisme, juga ketertarikannya yang besar terhadap Madura.
“Madura jarang diangkat ke dalam lukisan atau karya seni rupa lainnya. Padahal landscape di sana banyak yang menarik dan indah untuk dituangkan ke dalam lukisan. Saya sering melukis Madura,” pungkasnya.