Ekonomi Jatim Triwulan IV/2023 Diprakirakan Tumbuh Lebih Tinggi, Ditopang Konsumsi dan Investasi
Terjadi peningkatan konsumsi pada masa safari politik menjelang pemilu tahun 2024
Surabaya, Kabarindo- Kinerja ekonomi Jawa Timur pada triwulan IV/2023 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan III/2023, ditopang oleh prakiraan konsumsi dan investasi yang lebih tinggi. Hal ini diprakirakan mendorong perbaikan kinerja LU Perdagangan, LU Konstruksi dan LU Akomodasi Makan Minum.
Perkembangan ekonomi Jatim tersebut diungkapkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Doddy Zulverdi, dalam kegiatan Capacity Building dan Bincang Bareng Media yang diadakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur di Magelang pada Selasa-Kamis, 14-16 November 2023.
Ia menyebutkan, akan terjadi peningkatan konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat pada akhir tahun, momen HBKN Nataru, masa libur Natal, hari besar nasional dan libur sekolah, peningkatan konsumsi pada masa safari politik menjelang pemilu tahun 2024 serta insentif Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan PPN DTP untuk rumah di bawah Rp.2 miliar.
Untuk investasi, diprakirakan turut meningkat terutama ditopang oleh berlanjutnya PSN, proyek Perpres No.80 Tahun 2019 dan proyek swasta.
Sedangkan kinerja ekonomi Jatim pada triwulan III/2023 tetap tumbuh positif di tingkat 4,86% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (5,25% yoy).
Secara tahunan, ekonomi Jatim pada 2023 dan 2024 diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,6% - 5,4% dan 4,9% - 5,7%. Sedangkan inflasi gabungan kota IHK Jatim pada Oktober 2023 secara tahunan sudah kembali pada kisaran sasaran inflasi (3,25% yoy).
Hal ini dipengaruhi oleh perlambatan Investasi dan Konsumsi Pemerintah. Perlambatan investasi dipengaruhi oleh pembangunan proyek strategis yang mengalami penundaan konstruksi, pembangunan beberapa proyek yang telah masuk tahap finishing (Bandara Kediri dan smelter tembaga di Gresik), serta investor yang masih wait and see akibat peningkatan ketidakpastian global dan safari politik domestik.
Sementara konsumsi pemerintah melambat disebabkan normalisasi pasca pencairan bansos, THR dan gaji ke-13 untuk ASN pada triwulan II/2023. Perlambatan kinerja ekonomi lebih tinggi tertahan oleh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring dengan kenaikan pengeluaran pendidikan (tahun ajaran baru), peningkatan konsumsi peralatan rumah tangga, bahan bakar dan suku cadang.
Sedangkan inflasi bulanan gabungan kota IHK di Jatim pada Oktober 2023 tercatat sebesar 0,27% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,32% mtm). Namun angka ini masih lebih tinggi dibandingkan inflasi Jawa 0,16% (mtm) dan inflasi nasional 0,17% (mtm).
Dengan capaian inflasi bulanan tersebut, secara tahunan inflasi gabungan kota IHK di Jatim tercatat sebesar 3,25% (yoy). Secara spasial, inflasi bulanan tertinggi tercatat di Kabupaten Sumenep (0,63% mtm) dan terendah di Kabupaten Banyuwangi (0,04% mtm). Lebih tingginya inflasi di Sumenep dibandingkan wilayah lain dipengaruhi oleh kenaikan tarif air minum PAM pada Oktober 2023. Sementara rendahnya inflasi Banyuwangi disebabkan deflasi pada komoditas minyak goreng.
Tekanan inflasi Jatim yang terus melandai tidak lepas dari upaya pengendalian inflasi Jatim melalui implementasi GNPIP yang masif, bersinergi dengan TPIP dan TPID.