Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Iptek > BMKG: Hujan Es Masih Terjadi dari Maret-April 2022

BMKG: Hujan Es Masih Terjadi dari Maret-April 2022

Iptek | Selasa, 22 Februari 2022 | 16:56 WIB
Editor : Sebastian Renaldi

BAGIKAN :
BMKG: Hujan Es Masih Terjadi dari Maret-April 2022

KABARINDO, JAKARTA- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut fenomena hujan es masih bisa terjadi di sejumlah wilayah Indonesia pada periode Maret-April 2022. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan pada bulan-bulan ke depan ancaman cuaca ekstrem masih mengintai wilayah-wilayah di Tanah Air.

"Mengingat potensi cuaca ekstrem berupa puting beliung, hujan es, hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang masih dapat terjadi hingga Maret-April mendatang, maka BMKG memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya potensi cuaca ekstrem tersebut," kata Guswanto dalam keterangan tulis, Selasa (22/2/2022).

"Serta dampak yang dapat ditimbulkan berupa bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, jalan licin, pohon tumbang, dan lain-lain," sambung dia.

Guswanto menjelaskan, fenomena hujan es merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai dengan adanya jatuhan butiran es yang jatuh dari awan serta dapat terjadi dalam periode beberapa menit.

Fenomena hujan es dapat terjadi karena dipicu oleh adanya pola konveksi di atmosfer dalam skala lokal-regional yang signifikan. Hujan es dapat terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb) yang umumnya memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut.

"Sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar. Besarnya dimensi butiran es dan kuatnya aliran udara turun dalam sistem awan CB atau yang dikenal dengan istilah downdraft," jelas dia.

Downdraft ini dapat menyebabkan butiran es dengan ukuran yang cukup besar yang terbentuk di puncak awan Cb tersebut turun ke dasar awan hingga keluar dari awan dan menjadi fenomena hujan es.

Kecepatan downdraft dari awan Cb yang signifikan dapat mengakibatkan butiran es yang keluar dari awan tidak mencair secara cepat di udara.

"Bahkan ketika sampai jatuh ke permukaan bumi pun masih dalam berbentuk butiran es yang dikenal dengan fenomena hujan es," pungkasnya.

Seperti diketahui, kejadian cuaca ekstrem berupa fenomena hujan es telah terjadi dalam sepekan ini. Hujan es ini terjadi Surabaya, Lampung, Bekasi, dan wilayah lainnya.

Kejadian tersebut disertai juga dengan hujan intensitas lebat dalam durasi singkat yang disertai kilat/petir dan angin kencang.

Sumber: Liputan6.com

Foto: LoraPalner dari Pixabay


 


RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER