ROADSHOW FILM DOKUMENTER DRAMA PAHLAWAN NASIONAL SISINGAMANGARAJA XII MELUAS DARI MEDAN, ACEH, HUMBANG HASUNDUTAN, HINGGA DKI JAKARTA.
Jakarta. Kabarindo- Pertemuan pertama kali pada bulan Agustus tahun 2019 antara Adventure Documentary Festival Academy (ADFA) dengan DPP Keluarga Pomparan Si Raja Oloan yang diketuai oleh Brigjend TNI (Purn) Tarida H. Sinambela, membuahkan komitmen mengangkat jejak sejarah Sisingamangaraja XII.
Pada awalnya ADFA bermaksud mengangkat jejak misionaris di Indonesia. Sudah ada dua konten yang masuk sebagai data penting untuk dieksplor, antara lain jejak misionaris Katolik di daerah Palu Sulawesi Tengah dan juga Nommensen di Tarutung, Tapanuli Utara.
Sebelumnya ADFA pernah mengeksplor Mataram Islam, Petualangan Masjid Bersejarah Nusantara ditayangkan di Rajawali TV dan On Top TV Genflix berjumlah 26 seri, serta Mataram Kuno (era Hindu Budha). Brigjend TNI (Purn) Tarida H. Sinambela mengatakan bahwa untuk mengangkat Nommensen, wajib menelusuri sejarah Sisingamangaraja XII terlebih dahulu. Sejak itulah ADFA fokus menyusun agenda untuk mendokumentasikan dan mengumpulkan data-data Sisingamangaraja XII dengan cermat, dikarenakan peninggalan-peninggalan bersejarahnya masih banyak yang berada di luar negeri, antara lain Belanda, Belgia, dan Italia.
Sedangkan informasi yang ada di internet juga masih terbatas. Setelah ditelusuri, peradaban era Sisingamangaraja XII sangat kental dengan adat istiadat dan agama Parmalim. Sisingamangaraja XII tak hanya pahlawan nasional yang memperjuangkan tanah Batak dari penjajah Belanda, namun juga Imam Suci sekaligus raja dari negeri Bakara. Pengorbanan Sisingamangaraja XII yang gugur dalam pengungsian bersama rakyat Batak, panglima, putra-putranya dan juga putri kesayangannya Lopian, sangat penting digali dan didata secara serius untuk menguatkan karakter jati diri bangsa melalui penyebaran informasi edukasi media teknologi, baik berupa film maupun literasi digital. Sehingga diharapkan masyarakat Batak di seluruh tanah air dan juga masyarakat Indonesia dapat mengenali sosok kepahlawanan Sisingamangaraja XII sesungguhnya, sekaligus memahami budaya Batak sebagai bagian kekayaan kearifan lokal bangsa Indonesia yang patut dijaga bersama.
ADFA merupakan organisasi non profit yang mengedepankan akademi jelajah budaya, dengan melakukan ekspedisi menuju lokasi sejarah peninggalan Sisingamangaraja XII, mulai dari Istana Bakara dan kawasan sekitar Bakara, makam Sisingamangaraja XII di Soposurung Balige dan di Si Onom Hudon, markas besar Sisingamangaraja XII di Pearaja, dan sebagainya. Brigjend TNI (Purn) Tarida H. Sinambela sebagai pimpinan ekspedisi, bersama ADFA yang diketuai Astryd Diana Savitri beserta tim produksi yang dibimbing Profesor Nicolaus Lumanauw (Pembina ADFA), melakukan survey yang melibatkan pakar sejarah diantaranya Haposan Bakara, sejarawan independen yang sudah meriset sejarah Sisingamangaraja XII sejak tahun 2006. Tim ADFA juga mewawancarai dan menjumpai tokoh adat, pakar sejarah, dan keturunan Sisingamangaraja XII secara khusus di Bakara dan Medan Sumatera Utara, sekaligus memohon ijin pembuatan film Sisingamangaraja XII.
Maka selanjutnya diadakanlah dialog terbuka di ruang pertemuan Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Dolok Sanggul pada bulan September 2019, kemudian berlanjut pada sarasehan di Museum Nasional Jakarta tanggal 28 Februari 2020.
Acara tersebut melibatkan peminat sejarah budaya sebagai narasumber seperti Iman SB Situmorang, dan akademisi Kepala Trisakti Multi Media Bapak Budi Suyanto, S. Sn., Msi., sineas Adrianto Sinaga, tokoh-tokoh Batak, dan keturunan Sisingamangaraja XII seperti Raja Parlindungan Sinambela, Raja Sintong Sinambela, untuk berkolaborasi mensukseskan program Sisingamangaraja XII. Acara turut dihadiri perwakilan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Hubungan Antar Lembaga, dan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diwakilkan Direktorat Pelindungan Kebudayaan. Pada akhir acara, audience diajak untuk mengunjungi salah satu koleksi benda pusaka Sisingamangaraja XII yaitu Pisau Gajah Dompak. Meskipun disebut “pisau”, senjata tersebut tidak pernah dipergunakan oleh Sisingamangaraja XII untuk berperang.
Karena ia adalah Imam Suci, pantang marah maupun berperang. Selama kepemimpinannya, Sisingamangaraja XII tidak menyukai penindasan, dan banyak membebaskan tawanan maupun budak. Forum dialog dan sarasehan yang diselenggarakan ADFA bertujuan mengajak masyarakat, pelajar, pakar-pakar bidang sejarah, budaya, pariwisata, dan perfilman, untuk dapat berperan serta mensosialosasikan kisah nyata Sisingamangaraja XII sebagai pahlawan nasional Indonesia lebih meluas.
Keseriusan ini pun membuahkan hasil ketika Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan dukungan Fasilitasi Bidang Kebudayaan tahun 2020 dengan tema “Merajut Harmoni Kebhinekaan”, yang kemudian dibuatlah film dokumenter drama Sisingamangaraja XII melalui tema yang diusung ADFA yaitu Produksi literasi digital Secret Files of Batak dan Film Dokumenter Drama Sisingamangaraja XII. Tim literasi digital melibatkan pakar aplikasi digital antara lain Jaha Nababan, Bullit Sezariza, Sony Wibisono, dan kawan-kawan untuk merancang produk digital www.kingsofbatak.com. Sedangkan film dokumenter drama Sisingamangaraja XII diproduseri Astryd Diana Savitri, sutradara Adrianto Sinaga, Director of Photography Yessaya Hanung, dan para pemain diperankan langsung oleh cicit Sisingamangaraja XII yaitu Raja Tonggo Tua Sinambela, Simson Sinambela, Ferraldo Sinambela, Markoni Sinambela. Crew dan pemain film terdiri dari generasi muda asal Jakarta, Bakara, Samosir, Toba, dan Medan. Tak ketinggalan pula film ini juga dibintangi oleh Wilda Octaviana Situngkir, yang menyandang gelar Putri Supranatural dan Putri Indonesia Pariwisata. Selama pelaksanaan produksi berlangsung, tim produksi harus menghadapi tantangan pandemi covid-19, yang menjadi momok pembatasan gerak antar jarak personil maupun cuaca setempat. Persiapan produksi dilaksanakan sejak bulan Mei 2020 sampai dengan November 2020.
Tim produksi tetap sigap mentaati protokol kesehatan. Sampai pada akhirnya film dokumenter drama berhasil diputar pertama kali di Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 12 Desember 2020, yang mana tempat tersebut juga digunakan sebagai Posko Satgas Covid oleh pemerintah setempat. Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi yang juga berdarah Aceh menyambut baik film dokumenter drama Sisingamangaraja XII, yang memiliki benang merah dengan para panglima hulubalang Aceh. Acara turut dihadiri mantan gubernur Sumatera Utara TYT Dato Seri H. Syamsul Arifin, S.E., dan ADFA juga memutarkan klip film petualangan dokumenter Kesultanan Deli pada saat bekerjasama dengan Bapak H. Gatot Pujo Nugraho, mantan gubernur Sumatera sebelumnya. Kegiatan ini secara langsung menggaungkan program Merajut Harmoni Kebhinekaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Sumatera Utara melalui acara pemutaran film dokudrama Sisingamangaraja XII, yang juga didukung PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) dan Bank Sumatera Utara.
Tak berhenti sampai disitu, kegiatan berkelanjutan dengan mengadakan diskusi dan pemutaran film. Agar semangat perjuangan Sisingamangaraja XII dapat memberikan tauladan bagi bangsa Indonesia, untuk bersama-sama menjaga dan merawat Pancasila dan NKRI, sekaligus mempertahankan kearifan lokal Batak pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya. Maka pada bulan Maret 2021 ADFA bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media Baru, dan juga Direktorat Pemasaran Ekonomi Kreatif Kementerian Parekraf, secara gencar melakukan roadshow diskusi dan pemutaran film dokumenter drama Sisingamangaraja XII, sabagai bagian dari cinta bakti budaya pada sejarah kepahlawan nasional. Kegiatan ini menjadi alternatif open border kepariwisataan lokal sebagai simulasi dunia hiburan pada masa pandemi yang tetap eksis dalam memajukan dunia pendidikan, pariwisata, dan perfilman. Sehingga selain wajib taat protokol kesehatan, masyarakat tetap berempati menjaga data sejarah dan sumber-sumber informasi Sisingamangaraja XI secara benar. Acara roadshow dan pemutaran film diadakan pada tanggal 7 Maret 2021 di Gedung AAC Sayan Dawood Kampus Syah Kuala Banda Aceh, tanggal 15 Maret 2021 di Aula Balai Pertemuan HKBP Kecamatan Baktiraja Kabupaten Humbang Hasundutan, dan tanggal 19 Maret 2021 di Studio Mini Cinema Gedung Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta Selatan. Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru yaitu Bapak Ahmad Mahendra turut memberikan kata sambutannya melalui video taping, guna mendukung film dokudrama Sisingamangaraja XII berjalan sukses hingga sampai pada produksi film layar lebarnya. Tak ketinggalan Dinas Kebudayaan Pemprov DKI Jakarta turut mendukung acara dengan menghadirkan seni tari Betawi, sedangkan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menghadirkan Abang dan None Jakarta.
Mitra lainnya yang huga mendukung kesuksesan kegiatan ini adalah para sineas dan jurnalis yang tergabung dalam organisasi Demi Film Indonesia.
Tampak hadir pula peserta dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), kepala sekolah, guru SD, SMP, SMA/SMK, dan pelajar mahasiswa/i dari Trisakti Multi Media. Manfaat acara diskusi dan pemutaran film ini sebagai wawasan informasi dan aset data pustaka yang berharga, selain dapat digunakan sebagai bahan akademik, kelengkapan riset film layar lebar, juga sebagai aset konten berharga dalam mendukung pembangunan Museum Sisingamangaraja XII, sebagai Wadah Studi Budaya Batak.
Direncanakan pada bulan April 2021 diskusi dan pemutaran film akan diadakan di pusat-pusat kebudayaan di jakarta. Sedangkan target eksplorasi dijadwalkan pada bulan Juni-Juli di Eropa. Target lokasi roadshow diskusi dan pemutaran film Sisingamangaraja XII di Eropa lain di Belanda, Jerman, Belgia, Perancis, Austria, Italia. Selain diskusi dan pemutaran film, tim ahli sekaligus akan melakukan eksplorasi benda-benda bersejarah Sisingamangaraja XII antara lain di Museum Antwerpen Belgia, Museo di Storia Naturale Antropologia e Etnologia, dan sebagainya. Meskipun surat izin dari Kementerian Luar Negeri sudah keluar, namun perijinan antar negara terkait protokol kesehatan tidaklah mudah.
Hal ini menjadi tantangan berat bagi tim ADFA. Tak hanya protokol kesehatan saja, melainkan dukungan sponsor sangat dibutuhkan demi kesuksesan kegiatan dan tercapainya cita-cita sebagai output dan outcome pencapaian program ini. Sebagai gambaran profil ADFA berawal dari festival bernama Adventure Documentary Festival (ADF) telah berkiprah selama sembilan tahun, sejak dilaunching pertama kalinya oleh Wakil Menteri Kemendikbud pada tanggal 7 Maret 2013 di Museum Bank Indonesia. Sebagai organisasi non profit yang memiliki kepedulian terhadap sejarah seni jelajah budaya, ADFA turut melibatkan pusat- pusat kebudayaan, antara lain: Belanda (Erasmus Huis), Amerika (@america), Perancis (Institut Francais), Italia (Istituto Italiano di Cultura) dengan menghadirkan seniman mancanegara untuk berkolaborasi melestarikan kota-kota tua yang ada di Jakarta maupun daerah lainnya. Diantaranya Peter van Dongen (Komikus asal Belanda), Joe Harris (novelis asal USA), Massimo Bassano (Photographer asal Italia), Jean Guellemot (Sutradara dokumenter asal Perancis). ADFA berkontribusi membuka wawasan “True Story” dengan cara eksplorasi sambil memberikan pelatihan media teknologi edukasi. ADFA meramu konten-konten yang berkualitas agar mudah diserap oleh publik, antara lain: Save “Kota Tua”, Ekspedisi Mataram Kuno, Ekspedisi Mataram Islam, Ekspedisi Kesultanan Nusantara, Petualangan Masjid Bersejarah Nusantara, Sarcophagus Onrust, Jacatra Secret.
Konten-konten tersebut merupakan program berkelanjutan Secret Files of Indonesia (SEFI) yang digagas oleh ADFA. Meskipun dirasa masih banyak tantangan dan kendala, ADFA tetap konsisten dan berkomitmen untuk mengabdikan segala upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program-program berkualitas bersama para pakar yang bergabung didalamnya.
Penulis; Nana Penajiwa (ADFA)