Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Gaya hidup > Website Charm Girl’s Talk; Berikan Edukasi terkait Menstruasi kepada Masyarakat

Website Charm Girl’s Talk; Berikan Edukasi terkait Menstruasi kepada Masyarakat

Gaya hidup | Kamis, 12 November 2020 | 20:41 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
Website Charm Girl’s Talk; Berikan Edukasi terkait Menstruasi kepada Masyarakat

Website Charm Girl’s Talk; Berikan Edukasi terkait Menstruasi kepada Masyarakat

Tren menstruasi semakin dini, edukasi anak masih dianggap tabu

Surabaya, Kabarindo- Bertepatan dengan Hari Kesehatan Nasional, PT Uni-Charm Indonesia Tbk melalui brand-nya Charm, meluncurkan website “Charm Girl’s Talk” Edukasi Menstruasi untuk Anak.

Menurut Junior Brand Manager PT Uni-Charm Indonesia Tbk., Clara Agatha, pihaknya meluncurkan website tersebut, karena merasa memiliki tanggung jawab sosial untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait menstruasi.

Dengan memberikan konten edukatif yang dapat diandalkan, Charm Girls’ Talk juga memiliki fitur games dan UI/UX yang mudah digunakan, sehingga anak tidak merasa bosan dalam mempelajari menstruasi. Pada interface website, terdapat pilihan orang tua atau anak. Jadi website ini tidak sebatas untuk anak, namun bisa menjadi konten edukasi untuk orang tua yang ingin belajar, sehingga dapat mengajarkan menstruasi kepada anaknya.

Psikolog anak, Devi Sani, M. Psi., mengatakan platform edukasi tersebut dapat menjadi opsi bagi orang tua untuk mengedukasi anak tentang menstruasi. Jika tidak bisa berbicara langsung kepada anak, orang tua bisa mengarahkan anak untuk mempelajari menstruasi sendiri dengan mengakses website tersebut.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada 2019, sebanyak 65% orang tua Indonesia tidak membicarakan tentang menstruasi dengan anak, dan 45% orang tua menganggap pembicaraan tentang menstruasi penting untuk dilakukan dengan anak. Juga berdasarkan data Lapangan Survei Demografi & Kesehatan Reproduksi Remaja pada 2017, ditemukan 1 dari 5 remaja putri Indonesia tidak mendapatkan informasi tentang
menstruasi sebelum mereka mendapatkan menstruasi pertama.

“Secara psikis, anak yang mengalami menstruasi pertama kali menjadi bingung harus bertanya ke siapa karena malu. Merekacenderung tidak ingin membicarakannya dengan siapapun. Padahal banyak hal penting yang perlu diketahui oleh anak terkait dengan menstruasi,” ujar Devi dalam webinar peluncuran website pada Kamis (12/11/2020).

Ia menambahkan, masa pubertas, termasuk menarche di dalamnya memiliki banyak dampak psikis terutama pada anak yang pertama kali mengalami. Seperti perubahan fisik yang membingungkan dan perubahan hormon yang menimbulkan banyak pertanyaan bagi mereka.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), mengatakan menstruasi perlu dikomunikasikan dan diedukasi dengan baik, mulai dari siklus-nya hingga mitos-mitos yang berkaitan dengan menstruasi. Banyak terjadi perempuan mengalami masalah terkait reproduksi pada waktu yang terlambat, karena mereka tidak memiliki pemahaman sejak dini.

“Anak dan remaja perempuan harus mengerti tentang reproduksi dan menstruasi sedini mungkin, karena berkaitan dengan masalah reproduksi lainnya,” ujarnya.

Beberapa penelitian mengungkapkan fakta terbaru mengenai usia menarche (menstruasi pertama kali) yang semakin dini. Menarche kini dialami oleh anak perempuan yang usianya cenderung lebih muda. Jika sebelumnya menarche dialami oleh remaja perempuan usia 11-14 tahun, saat ini, anak perempuan mengalami menstruasi pertama kali pada usia 9-11 tahun (Anita, 2018).

Ahli Gizi Beta Sindiana, S.Gz., mengatakan salah satu faktor penyebab semakin dininya usia menarche adalah gaya hidup dan pola makan. Perkembangan tren gaya hidup sedentari dan pilihan makanan seperti restoran cepat saji, junk food (makanan tinggi kalori dan lemak namun rendah mikronutrien) menjadi faktor yang berhubungan dengan usia menarche yang lebih cepat.

“Terdapat korelasi antara frekuensi konsumsi junk food dengan usia menarche. Ditemukan bahwa anak perempuan yang mengonsumsi junk food >2x per minggu, lebih banyak mengalami menarche dini (<12 tahun) dari yang mengonsumsi junk food £2x per minggu. (Anita, 2018)”, ujar Ahli Gizi Beta Sindiana, S.Gz pada saat peluncuran virtual website Charm Girls’ Talk pada tanggal 12 November 2020. Beta juga menjelaskan bahwa ternyata menarche dini memiliki dampak negatif pada anak. Menarche dini diteliti memiliki hubungan dengan meningkatnya risiko obesitas abdominal, kanker payudara, resistensi insulin, penyakit kardiovaskular, dan hipertensi (Maditias D.P, 2015).><12 tahun) dibandingkan yang mengonsumsi junk food <2x per minggu,” ujarnya.

Beta menjelaskan, menarche dini memiliki dampak negatif terhadap anak. Menarche dini diteliti memiliki hubungan dengan meningkatnya risiko obesitas abdominal, kanker payudara, resistensi insulin, penyakit kardiovaskular dan hipertensi (Maditias D.P, 2015).

Penulis: Natalia Trijaji


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER