Ritel Offline dan Online Berikan Pilihan Belanja Konsumen Indonesia yang Beragam
Kepraktisan mendorong konsumen berbelanja online, sementara pengalaman memegang produk secara langsung menjadi alasan belanja offline
Surabaya, Kabarindo- Berbelanja sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia yang tak terpisahkan dalam keseharian. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, sektor perdagangan menjadi sektor terbesar kedua yang memberikan kontribusi sebesar 12,94% bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada 2023.
Namun tak bisa dipungkiri, pandemi yang terjadi pada 2020 -2022 telah mengakselerasi adopsi belanja online secara signifikan. Meskipun demikian, konsumen Indonesia tetap tidak meninggalkan kebiasaan belanja offline.
Menyadari adanya fenomena menarik dalam tren belanja tersebut, perusahaan data dan insights Populix berusaha menggali lebih lanjut pola belanja konsumen di Indonesia melalui laporan riset bertajuk “Preferensi Konsumen dalam Belanja Online dan Offline”. Riset ini mengulas tren belanja offline dan online, serta situasi pasca pandemi yang turut mempengaruhi perilaku belanja konsumen.
Indah Tanip, Head of Research Populix, mengatakan pasca pandemi terjadi transformasi yang menarik dalam perilaku belanja konsumen di Indonesia. Meskipun pandemi memicu lonjakan belanja online secara signifikan, belanja offline tetap menjadi pilihan yang melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemi.
“Riset kami memperlihatkan dinamika yang kompleks antara ritel online dan offline. Keduanya bertahan dan berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam,“ ujarnya.
Perbandingan preferensi belanja sebelum, saat dan sesudah pandemi
Riset Populix membandingkan preferensi belanja konsumen dalam tiga periode yaitu sebelum, saat dan setelah pandemi. Karena faktor kesehatan dan pembatasan aktivitas sosial, sebanyak 54% dari total responden yang aktif berbelanja online dan offline lebih memilih melakukan aktivitas belanja online selama pandemi berlangsung. Setelah pandemi berakhir, 49% diantaranya juga masih lebih sering melakukan aktivitas belanja online.
Berbeda dari persentase aktivitas belanja online yang mengalami sedikit penurunan, konsumen yang lebih memilih aktivitas belanja offline setelah masa pandemi berakhir, mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tren belanja online cukup populer, konsumen Indonesia juga masih tetap gemar berbelanja offline.
Faktor pendorong belanja online & offline
Dari kacamata konsumen, kehadiran toko offline dan online bisa mengakomodasi preferensi belanja yang beragam. Secara umum, konsumen Indonesia biasanya telah memiliki preferensi masing-masing saat membeli kategori produk tertentu. Riset ini menemukan bahwa produk fashion dan kecantikan (masing-masing sebanyak 46%) dibeli secara online, sementara kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan (34%) lebih dominan dibeli secara offline.
Riset ini juga menyoroti beberapa faktor pendorong yang membuat konsumen memilih melakukan pembelian secara online maupun offline:
● Online: praktis dan mudah membandingkan karga
Praktis (67%) dan mudah membandingkan harga (66%) menjadi dua faktor utama yang mendorong konsumen untuk berbelanja online, diikuti oleh ketersediaan berbagai metode pembayaran (60%) di posisi ketiga. Kemudahan proses pengembalian barang (25%) juga menjadi alasan penting yang membuat konsumen suka berbelanja secara online.
● Offline: tangibility dan tak ada biaya pengiriman
Tangibility atau kesempatan untuk memegang/merasakan produk secara langsung (77%), tidak ada biaya pengiriman (66%) diikuti oleh jarak toko yang dekat (62%) adalah tiga faktor utama yang membuat konsumen lebih memilih berbelanja secara offline.
“Pada akhirnya, transaksi belanja offline maupun online memiliki peranan yang penting dalam mendorong kemajuan perekonomian di Indonesia. Untuk terus memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sinergi antara ritel offline dan online menjadi hal yang esensial dalam mengakomodasi kebutuhan konsumen Indonesia yang beragam,” ujar Indah.