KABARINDO, NEW YORK – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa versi baru varian omicron dinilai tidak lebih parah dari pada virus aslinya.
Dr. Boris Pavlin dari Tim Tanggap Covid-19 WHO membahas varian baru itu dalam sebuah briefing secara online karena subvarian BA.1 yang lebih umum dari omicron telah tersisihkan di Denmark dan beberapa negara lain oleh subvarian BA.2 yang lebih baru.
“Mengamati negara-negara lain yang sekarang digantikan oleh BA.2 dari omicron, kami tidak menyaksikan lonjakan pasien rawat inap yang lebih tinggi dari yang diperkirakan,” teragnya.
Pavlin mengatakan hal itu berdasarkan data dari Denmark, negara pertama ketika varian BA.2 melampaui BA.1. Ia menambahkan vaksin tetap memberi perlindungan atas berbagai bentuk varian virus corona.
Menurut sebuah studi Denmark yang menganalisis infeksi atas lebih dari 8.500 rumah tangga Denmark pada Desember dan Januari lalu, versi baru omicron itu lebih menular daripada varian BA.1 pada umumnya.
Tetapi penyebaran subvarian baru, yang juga dominan di India, Nepal, Filipina, dan Qatar, tidak mencegah Denmark pada Selasa (1/2) untuk mencabut sebagian besar aturan pembatasan pandemi
Denmark, negara dengan lebih dari 60% penduduknya yang berusia di atas 12 tahun telah menerima suntikan ketiga vaksin, mengatakan tidak lagi menganggap wabah Covid-19 sebagai "penyakit kritis sosial" karena lonjakan infeksi terbaru tidak membebani sistem kesehatan negara Skandinavia itu.
"Saya tidak berani mengatakan ini merupakan kali terakhir bagi pemberlakuan sejumlah pembatasan Covid-19. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada musim gugur, apakah akan ada varian baru,” terang Perdana Menteri Mette Frederiksen pada Selasa (1/2) di radio Denmark.
Di tempat lainnya di Eropa, Irlandia telah mencabut sebagian besar pembatasan. Sedangkan Belanda dan negara-negara lain melonggarkan beberapa aturan pembatasan virus corona. Foto : Freepik