KABARINDO, MEXICO CITY – Wartawan Meksiko pada Selasa (25/1) memulai protes nasional untuk mengecam pembunuhan tiga wartawan baru-baru ini dan menuntut diakhirinya impunitas yang sering menjadi ciri pembunuhan rekan-rekan mereka, lapor kantor berita Reuters.
Protes tersebut menyusul pembunuhan jurnalis kawakan Lourdes Maldonado pada hari Minggu (20/1), sekitar tiga tahun setelah dia mengangkat masalah pembunuhan terkait Presiden Andres Manuel Lopez Obrador, dan mengatakan dia mengkhawatirkan hidupnya.
Pembunuhan Maldonado terjadi di kota perbatasan utara Tijuana, tempat dia bekerja selama bertahun-tahun, dan terjadi setelah pembunuhan dua jurnalis Meksiko lainnya bulan ini.
Tayangan televisi menunjukkan para pengunjuk rasa di negara bagian Puebla tengah meletakkan bunga dan lilin di jalan bersama dengan tanda-tanda bertuliskan "Saya marah pada penyensoran", sementara di negara bagian utara Chihuahua pengunjuk rasa mencoret-coret di dinding "Jurnalisme adalah sebuah risiko" dan menggambar wajah Maldonado.
(Foto: Lourdes Maldonado, wartawan kawakan di Meksiko yang tewas dibunuh. -Reuters)
Kelompok advokasi Article 19 menyebutkan bahwa Meksiko adalah salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi jurnalis, dengan sekitar 145 orang terbunuh antara tahun 2000-2021.
Dalam pernyataan resmi mereka, Article 19 menekankan "Mencegah serangan, melindungi jurnalis ketika mereka menjadi korban, dan menyelidiki kejahatan yang dilakukan terhadap pers dengan uji tuntas adalah masalah mendesak bagi otoritas negara bagian dan federal."
Gagal Penuhi Janji
Presiden Obrador, yang telah dikritik karena tidak berbuat lebih banyak untuk melindungi wartawan, mengatakan pemerintahnya akan menyelidiki dan "membersihkan kejahatan ini untuk mencegah pembunuhan lebih lanjut terhadap wartawan".
(Foto: Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador -Reuters)
Kritikus mengatakan Lopez Obrador telah gagal memenuhi janji untuk mengurangi kekerasan, memerangi kejahatan terorganisir yang mengakar, atau mengurangi impunitas. Presiden mengatakan kejahatan dan kekerasan adalah produk dari korupsi kronis dan ketidaksetaraan. ***(Sumber dan foto: Reuters)