Burger Menu
Logo

KABAR BAIK MENCERAHKAN

-advertising-

Beranda > Gaya hidup > The Antheia Project Berikan Edukasi Tentang Gaya Hidup Berkelanjutan di Sekolah

The Antheia Project Berikan Edukasi Tentang Gaya Hidup Berkelanjutan di Sekolah

Gaya hidup | Rabu, 23 November 2022 | 19:13 WIB
Editor : Natalia Trijaji

BAGIKAN :
The Antheia Project Berikan Edukasi Tentang Gaya Hidup Berkelanjutan di Sekolah

The Antheia Project Berikan Edukasi Tentang Gaya Hidup Berkelanjutan di Sekolah

Surabaya, Kabarindo- Dampak perubahan iklim yang terjadi di berbagai belahan bumi termasuk di Indonesia antara lain kebakaran hutan, banjir, kemarau, krisis air bersih, tumpukan sampah stryrofoam dirasakan oleh masyarakat.

Perubahan iklim yang terus melaju, membawa kita memasuki kondisi krisis iklim. Hal ini berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia yang meliputi kondisi tempat tinggal, ketersediaan pangan, kesehatan, keselamatan hidup, perubahan perilaku dan mental, bahkan keamanan suatu negara.

Salah satu pemicu krisis iklim yang tidak kunjung usai adalah penggunaan styrofoam yang menjadi masalah lingkungan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang menggunakan styrofoam yang sulit hancur. Sampah styrofoam dapat bertahan selama berabad-abad dan tidak terurai sempurna, melainkan berubah menjadi mikroplastik dan mencemari lingkungan. Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di 18 kota di Indonesia menemukan 0,27 juta ton hingga 0,59 juta ton sampah masuk ke laut selama 2018. Salah satu yang banyak ditemukan adalah styrofoam.

Untuk meminimalisir permasalahan sampah sekaligus menjaga kelangsungan hidup bumi adalah dengan membiasakan gaya hidup yang baik. Buku Psycho Cybernetics oleh Maxwell Maltz menyebutkan, untuk membentuk kebiasaan baru membutuhkan waktu 21 hari. Maka mulailah dengan mengadopsi gaya hidup sustainable living selama 21 hari, sehingga akan menjadi kebiasaan baru yang baik dan berdampak langsung terhadap lingkungan sekitar.

Sustainable living bertujuan meminimalisir kerusakan lingkungan yang disebabkan manusia dalam setiap aspek kesehariannya. Dalam konteks pelestarian lingkungan, sustainable living diartikan sebagai gaya hidup ramah lingkungan yang mencoba untuk membatasi penggunaan sumber daya bumi dan produk-produk yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Konsep ini bertujuan melindungi bumi dan sumber dayanya guna kehidupan berlanjutan yang lebih baik saat ini maupun di masa depan.

Peran pendidikan penting dengan memfasilitasi pengetahuan, sikap dan perilaku yang dapat memberikan panduan para siswa memperdalam pengetahuan dan memahami konsep sustainable living. Pembentukan pola pikir dan perilaku dalam menerapkan kehidupan keseharian yang berbasis berkelanjutan akan efektif bila mulai ditanamkan sejak anak menempuh pendidikan dasar untuk mengatasi permasalahan krisis iklim.

The Antheia Project bersama Sampoerna Academy BSD Campus mengurai berbagai hal yang dapat mempraktikkan sustainable living. Dalam kegiatan Science Week 2022, sekitar 150 siswa antusias dengan materi sustainable living yang diberikan, informasi bagaimana sampah di daur ulang secara benar, tahap-tahap sampah di daur ulang menjadi barang yang bisa di pakai lagi dan kategori sampah di kehidupan sosial.

The Antheia Project berharap para siswa menyadari permasalahan sampah dan limbah yang sudah menggunung di Indonesia karena gaya hidup yang tidak sustainable dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam menahan laju krisis iklim.

Ruhani Nitiyudo, Co Founder The Antheia Project, mengatakan sustanaible living dibutuhkan anak-anak usia dini untuk kehidupan mereka ke depannya serta keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan. The Antheia Project bisa membangun kesadaran anak-anak dan masyarakat mengenai pentingnya sustanaible living untuk lingkungan yang lebih baik.

“Saat ini banyak ditemukan limbah menumpuk seperti sampah plastik, styrofoam dan limbah pangan. Anak-anak yang hidup pada masa sekarang perlu kita persiapkan dengan memberikan edukasi agar membangun masyarakat yang menjalankan sustainable living sehingga dapat menjaga ruang hidup yang lestari dan bumi yang lebih sehat,” ujarnya pada Rabu (23/11/2022).

Menurut Ruhani, sudah banyak para siswa yang sadar tentang lingkungan, namun perlu berbuat lebih banyak. Kita bisa membahas tentang sampah, pengomposan dan sejenisnya. Mereka akan semakin terinspirasi dan menjadi pembuat perubahan. Mereka memainkan peran besar di masa depan karena mereka generasi penerus.


TAGS :
RELATED POSTS


Home Icon


KATEGORI



SOCIAL MEDIA & NETWORK

Kabarindo Twitter Kabarindo Instagram Kabarindo RSS

SUBSCRIBE & NEWSLETTER