KABARINDO, JAKARTA - Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) memberikan hukuman berbeda dari IBL terkait pengaturan skor yang baru saja diungkap.
Ketua Badan Etik dan Hukum Perbasi, Charles Bronson Siringoringo, mengatakan bahwa pihaknya akan mempertimbangkan hukuman berdasarkan berat dan tidaknya keterlibatan sang pemain.
Charles mencontohkan bahwa sanksi terberat adalah hukuman empat tahun dan teringan hanya satu tahun.
"Si A (Aga) paling berat, hukumannya empat tahun sebab dia pencetusnya. Pemain lain beda-beda pastinya dengan yang paling ringan cuma satu tahun," ucap Charles.
"Si A paling berat, hukumannya empat tahun sebab dia pencetusnya. Pemain lain beda-beda pastinya dengan yang paling ringan cuma satu tahun," katanya menambahkan.
Hukuman tersebut berbeda dari yang dijatuhkan oleh operator IBL.
IBL memberikan hukuman larangan bermain di kompetisi di bawah naungan IBL seumur hidup kepada enam pemain yang terlibat pengaturan skor.
Enam Pemain Terlibat Pengaturan Skor
Pada Rabu (29/12/2021), pihak Indonesian Basketball League (IBL) mengungkap ada enam pemain basket yang dijatuhi hukuman skorsing karena terlibat dalam praktik match fixing.
Keenam pemain yang dimaksud adalah Aga Siedarta Wismaya, Jorge Gabriel Senduk, M. Nur Aziz Wardhana, Yoseph Wijaya, Ariesanda Djauhari, dan Yerikho Tuasela.
Dalam kompetisi IBL 2021, lima nama yang disebut pertama tercatat memperkuat Pacific Caesar Surabaya sedangkan sosok terakhir merupakan pemain Bali United Basketball.
Baca Juga: IBL 2022 Akan Digelar di 6 Kota Berbeda
Praktik match fixing ini sejatinya sudah terendus sejak awal 2021 yang diawali dengan laporan manajemen Pacific Caesar Surabaya ke IBL karena mencurigai ada sesuatu yang tak beres.
Sumber berita: IBL
Foto: IBL