KABARINDO, - Setelah mengunjungi Masjid Niu Jie di Bejing, rombongan ASFA Foundation yang dipimpin ketuanya Komisaris Jenderal (purn) Polisi Drs. Syafruddin Kambo, mendatangi Masjid Idkah Kashgar Provinsi Xinjian, China.
Untuk mencapai Kashgar yang berbatasan dengan India, Pakistan dan Kirgistan ini butuh waktu 5 jam perjalanan. Masjid ini cukup tua dibangun tahun 1400, kira-kira sudah 60 tahun lamanya dan kehidupan cukup harmonis mayoritas muslim di provinsi ini. Kehidupan di kota ini bisa menjadi model dan pencerahan bagi untuk bangsa indonesia dan bangsa lain di dunia.
Berikut petikan wawancara dengan Syafruddin Kambo yang saat ini juga menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia mengenai lawatannya ke China sampai beberapa hari ke depan.
Apa misi Anda dalam kunjungan ke China kali ini?
Kita sedang mencanangkan pembangunan sumberdaya manusia antar negara. Jadi, bukan hanya di dalam negeri. Kita akan mengupayakan pertukaran mahasiswa untuk belajar ilmu sekaligus budaya orang-orang muslim di provinsi ini. Kita akan mengajak sekolah pesantren-pesantren di Indonesia untuk kuliah di perguruan tinggi Islam luar negeri. Lulusan pesantren kita sekarang ini berjumlah 170 yang sekolah di China, akan kita kembangkan tahun depan kira-kira 500 hingga 1000 mahasiswa. Tujuannya kita ingin menciptakan sumber daya manusia yang unggul untuk mencapai indonesia emas 2045.
Potensi apa yang Anda lihat di negeri China?
Selain ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi di China juga sangat cepat. China dengan jumlah penduduk yang besar dan hampir sama dengan Indonesia telah bertransformasi dengan baik. Inilah yang harus kita pelajari. Ilmu dan teknologi kini tidak hanya dikuasai negara Barat.
Bagaimana Anda menilai persepsi negatif Islam di Uighur Xinjiang?
Persepsi itu hanya sebagian kecil seperti juga di negara-negara lain pada umumnya. Namun, faktanya saudara kita di sini hidup sangat baik. Mereka bisa berbaur dan telah mengembangkan pengetahuan serta keterampilan, sehingga punya pekerjaan yang baik.