KABARINDO, JAKARTA - Summarecon Group dan Cita Tenun Indonesia kembali persembahkan tajuk presentasi Jalinan Lungsi Pakan pada perhelatan JF3 Fashion Festival 2024 di La Piazza Fashion Tent, Summarecon Mall Kelapa Gading, Jakarta, sebagai bentuk kepedulian pada wastra Tenun, Jumat (26/7/2024).
Pada kesempatan ini, Cita Tenun Indonesia mengangkat beragam jenis Tenun dengan teknik pembuatan dan karakteristik berbeda. Desainer mode Andreas Odang, Eridani, Hian Tjen, Sherlyta Puspa Lestari serta Zico Halim dan Margaretha Novianty dari label Tangan Privé ditunjuk untuk memaparkan tafsiran partikular akan keindahan
karakteristik kain Tenun tersebut dalam wujud busana modern.
“Penamaan Jalinan Lungsi Pakan mengacu pada filsafat umum pembuatan kain Tenun, yaitu
kegiatan menyelipkan Pakan –benang yang digerakkan secara horizontal, terhadap Lungsi – yaitu benang diam yang terbentang vertikal pada alat Tenun,” tutur Sjamsidar Isa, Pengurus Cita Tenun Indonesia yang menjadi project officer pagelaran mode Jalinan Lungsi Pakan sejak tahun 2012.
”Dari teknik dasar tersebut, tercipta beragam jenis Tenun seperti Tenun Datar, Tenun Songket, Tenun Ikat dan Tenun Sobi yang sore ini ditampilkan lewat interpretasi kontemporer oleh lima desainer dan label mode terpilih," jelasnya lagi.
Koleksi Sherlyta Puspa Lestari
Tenun Datar adalah jenis Tenun dengan teknik pembuatan sederhana, melibatkan benang
Lungsi dan Pakan berwarna tunggal, tanpa penambahan benang ekstra yang biasanya menghasilkan Tenun dengan motif garis (contohnya Tenun Lurik), kotak (seperti Motif Poleng) atau monokrom (satu warna atau polos). Salah satu jenis Tenun Datar adalah Tenun Sabuk Anteng Lombok dari Nusa Tenggara Barat yang diolah pemenang kompetisi desain Next Young Promising Designer 2019, Sherlyta Puspa Lestari, menjadi koleksi busana feminin untuk label besutannya BySherlita dengan judul Roemah Noesantara: Lombok.
Tenun Sabuk Anteng Lombok awalnya berfungsi sebagai korset penahan atau stagen bagi para perempuan tradisional Lombok.
Selain penggunaannya lebih generik, Tenun yang
memiliki motif garis kini juga hadir dalam penambahan ragam hias atau motif tertentu. Tenun Sabuk Anteng yang digunakan pada pagelaran ini, misalnya, dihias dengan teknik Songket sederhana pada bagian Lungsi. Tenun Songket merupakan jenis Tenun yang memiliki ciri fisik timbul atau berdimensi.
Secara umum, Tenun Songket dibuat dengan cara menambahkan benang Pakan di atas benang Lungsi. Benang pakan tambahan tersebut akan diselingkan di atas dan di bawah benang lungsi secara berulang-ulang hingga tercipta ragam hias atau motif. Bagaimanapun, terdapat pula teknik Songket dengan penambahan benang Lungsi di atas benang Pakan.
Stereotip dan pengertian yang keliru akan Tenun Songket yaitu mutlaknya kehadiran benang
emas, perak atau warna metalik lainnya. Berdasar sejarah, penggunaan metalik dominan di
Indonesia bagian Barat (Pulau Sumatra hingga Kalimantan Barat). Bergeser ke Timur, Tenun Songket non-metalik lebih dominan.
Koleksi Andreas Odang
Tenun Songket yang dipamerkan pada Jalinan Lungsi Pakan 2024 berasal dari Kabupaten
Klungkung, Bali dan Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Kedua jenis Tenun Songket
yang dibawakan dalam gelaran ini memiliki desain exquisite dan detail rumit serta membutuhkan keahlian khusus dan waktu pembuatan yang cukup panjang, sehingga layak dimasukkan ke dalam kategori barang mewah atau luxury goods.
Tenun Songket Bali diolah desainer Andreas Odang menjadi koleksi bernapas romantis berjudul Rhapsody Geometry.
Sementara itu, Tenun Songket Sambas atau Tenun Lunggi dengan motif rancangan desainer tekstil Ratna Panggabean dikreasikan oleh perancang busana Hian Tjen lewat teknik potong, draping dan corsetry di bawah tajuk Pitarah.
Tenun Ikat adalah jenis Tenun yang motifnya diperoleh dari teknik pewarnaan benang yang
diikat sesuai dengan desain motif yang telah direncanakan, lalu dicelup sebelum ditenun
menjadi sebuah kain. Proses pembuatan Tenun Ikat melibatkan benang yang dibentangkan terlebih dahulu pada sebuah bingkai dan direntangkan hingga tegang. Setelah itu, benang
tersebut diberi motif dan diikat dengan sangat kencang sesuai dengan motif yang diinginkan
sebelum dicelup ke dalam larutan pewarna, dikeringkan, dan dikerjakan menjadi sebuah kain.
Pada peragaan mode ini, Tenun Ikat yang dipakai merupakan buah rancang mitra kerja desainer tekstil Nining Koestedjo yang terinspirasi dari Pulau Tidore, Maluku Utara. Tenun Ikat dengan motif-motif bernama To Ado Re, Gmode Mabunga dan Sung Sung tersebut digarap menjadi koleksi dekonstruksi-asimetri oleh Zico Halim dan Margaretha Novianty untuk lini khusus dari label Tangan, Tangan Privé.
Tenun Sobi adalah jenis Tenun yang unik karena motifnya hanya terlihat di bagian depan kain, sedangkan bagian belakang polos tanpa motif.
Karakteristik kontras pada dua sisi kain tersebut tercipta karena saat benang Pakan dimasukkan, benang Lungsi akan diselingkan di bawah atau diturunkan. Sobi merupakan teknik pembuatan kain Tenun tradisional khas suku Bugis yang tersebar di beberapa tempat di Pulau Sulawesi (khususnya Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan) beserta pulau-pulau satelitnya (Kepulauan Wakatobi, Pulau Muna dan sejumlah pulau kecil lainnya).
Tenun Sobi yang dihadirkan pada presentasi ini berasal dari Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara dan diolah desainer Eridani menjadi koleksi sarat kesan jukstaposisi maskulin - feminin halus lewat aksen struktur dan draperi berjudul Mae Muna untuk labelnya, Eri.
Jalinan Lungsi Pakan merupakan judul presentasi pagelaran mode kolaboratif yang telah berjalan sejak tahun 2012 dengan melibatkan berbagai perancang busana senior, desainer muda serta label mode yang memiliki beragam garis rancang dan penggemar setia.
Tujuan dengan adanya pemilihan desainer bersifat komprehensif ini adalah agar terus meluasnya stakeholder Tenun lewat bermacam interpretasi dan estetika. Jalinan Lungsi Pakan 2024 merupakan gelaran ke-11 dan hanya absen di tahun 2020 dan 2021 saat wabah Covid-19
melanda Indonesia dan dunia. Foto: Ori Buchori dan Dok. JF3 2024