Oleh: Hasyim Arsal Alhabsi, Direktur Dehills Institute
KABARINDO, JAKARTA - Hari Jumat yang penuh berkah ini adalah hari istimewa bagi umat Islam, dan salah satu amalan yang sangat dianjurkan adalah memperbanyak sholawat kepada Rasulullah ﷺ. Dalam keutamaan hari yang mulia ini, sholawat menjadi penghubung spiritual antara hamba dan Tuhannya, sekaligus bukti cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ. Namun, lebih dari itu, sholawat memiliki daya luar biasa sebagai pemersatu umat Islam.
Mengapa Sholawat Memiliki Daya Pemersatu?
Sholawat adalah ibadah yang langsung diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an. Firman-Nya:
"Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam dengan penghormatan yang sempurna." (QS. Al-Ahzab: 56).
Ayat ini menjadikan sholawat sebagai amalan universal yang melibatkan Allah, malaikat, dan manusia. Tidak ada ruang untuk perdebatan atau sektarianisme dalam menjalankan perintah yang sedemikian agung. Ketika umat Islam bersholawat, mereka sejatinya menyatu dalam cinta kepada Rasulullah ﷺ.
Cinta yang Melampaui Batas
Cinta kepada Nabi Muhammad ﷺ adalah fondasi bersama umat Islam. Rasulullah ﷺ adalah pembawa risalah terakhir, pemimpin yang menyatukan umat manusia dalam cahaya kebenaran. Sholawat adalah ungkapan cinta yang melampaui batas-batas mazhab dan tradisi. Baik Sunni, Ahlul Bait, maupun kelompok Islam lainnya, semuanya mengakui keagungan Rasulullah ﷺ.
Di sinilah kekuatan sholawat: ia menyatukan hati umat dengan menyampaikan pesan bahwa kita memiliki cinta yang sama kepada Rasulullah ﷺ. Perbedaan yang ada menjadi kecil ketika kita bersholawat bersama.
Sholawat sebagai Jalan Perbaikan
Selain menjadi pemersatu, sholawat juga membawa keberkahan yang luar biasa. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bersholawat kepadanya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosa, dan mengangkat sepuluh derajatnya." (HR. An-Nasa’i).
Ketika umat Islam menghadapi konflik, sholawat menjadi jalan pembersihan hati. Ia mengikis ego, dendam, dan perasaan negatif yang merusak persaudaraan. Sholawat mengajarkan kerendahan hati, cinta kasih, dan pengampunan, nilai-nilai yang menjadi pondasi persatuan.
Dari Perbedaan Menuju Harmoni
Dalam sejarah Islam, Rasulullah ﷺ menjadi pemersatu umat di tengah keanekaragaman budaya, bahasa, dan tradisi. Sholawat adalah perpanjangan dari misi beliau untuk menyatukan umat manusia dalam rahmat Islam. Ketika kita bersholawat, kita meneladani sikap beliau yang penuh kasih dan penghormatan kepada semua golongan.
Sholawat tidak membutuhkan forum debat atau argumen teologis. Ia hanya membutuhkan hati yang tulus dan lidah yang senantiasa menyebut nama Rasulullah ﷺ. Ketika umat Islam memilih untuk memperbanyak sholawat, mereka sebenarnya memilih jalan harmoni dan kedamaian.
Membangun Masa Depan Umat dengan Sholawat
Di tengah era modern yang penuh tantangan, sholawat adalah oase spiritual yang dapat memperbaiki hubungan antar sesama. Ia mengingatkan kita bahwa tugas umat Islam bukanlah memperbesar perbedaan, melainkan menguatkan persatuan. Dengan sholawat, umat Islam dapat bersama-sama menghadirkan keberkahan Allah SWT di bumi.
Sholawat juga menjadi energi spiritual untuk memperjuangkan keadilan, membela kebenaran, dan membawa rahmat kepada semesta. Inilah misi besar yang diwariskan Rasulullah ﷺ kepada kita.
Sholawat bukan hanya ibadah, tetapi juga ikatan hati yang menyatukan umat. Ia mengajarkan bahwa persatuan tidak membutuhkan keseragaman, melainkan cinta kepada satu tujuan yang sama: mengikuti teladan Rasulullah ﷺ. Dalam setiap sholawat yang kita lantunkan, ada doa untuk kedamaian, keberkahan, dan persatuan.
Marilah kita jadikan sholawat sebagai jalan pemersatu umat. Dengan bersholawat, kita tidak hanya menghormati Nabi Muhammad ﷺ, tetapi juga menyatukan langkah umat Islam untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.
"Sesiapa yang tidak sanggup menutupi dosa-dosanya,
maka perbanyaklah bersholawat kepada Sayyidina Muhammad Rosulullah SAW. Sesungguhnya sholawat itu
benar-benar dapat menghancurkan
dosa-dosa." (Imam Jakfar Asshadiq).